Giat Sosialisasikan Lumbung Pangan Masyarakat

Giat Sosialisasikan Lumbung Pangan Masyarakat

Pengelolaan Lumbung pangan masyarakat  merupakan amanah dalam UU 18/2012 tentang Pangan. Lumbung pangan masyarakat sendiri adalah sarana untuk penyimpanan dan pengelolaan bahan pangan pokok sebagai cadangan pangan masyarakat untuk antisipasi terjadinya kerawanan pangan, keadaan darurat, dan gangguan produksi pada musim kemarau. 

D:\2022\DAK\sosialisasi\guyung4.jpg

Idealnya di setiap desa harus ada lumbung pangan, karena fungsinya yang sangat penting untuk cadangan pangan di tingkat desa. Di kabupaten Ngawi sendiri sudah ada sekitar 50 lumbung pangan yang tersebar di beberapa desa. Ada yang aktif dan sebagian juga tidak difungsikan sebagaimana mestinya.

D:\2022\DAK\sosialisasi\Tambakboyo1.jpg

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kab Ngawi melalui Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan gencar memberikan sosialisasi ke tingkat desa untuk memotivasi kelompok tani atau Gapoktan untuk mengoptimalkan fungsi lumbung pangan yang ada di desa. Dalam aktifitasnya nanti keberadaan lumbung pangan masyarakat diarahkan untuk mengoptimalkan penyerapan gabah petani. Diharapkan dengan berfungsinya lumbung pangan masyarakat yang ada di desa bisa untuk mewujudkan Ketahanan pangan wilayah desa dan peningkatan kesejahteraan petani.

Budidaya Tanaman Kedelai

Budidaya Tanaman Kedelai

  1. Syarat Tumbuh

Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis  tanah asal drainase (tata air) dan earasi (tata udara) tanah cukup baik, curah hujan 100 – 400 mm/bulan, suhu udara  23 – 30 ºC, kelembaban 60 – 70 %, pH tanah 5,8 – 7, ketinggian kurang dari 600 m dpl.

  1. Pengolahan Tanah

Tanaman kedelai biasanya ditanam pada tanah kering (tegalan) atau tanah persawahan. Tanah bekas  penanaman padi tidak perlu diolah (tanpa olah tanah= TOT), namun jerami padi perlu dipotong pendek. Untuk memberantas gulma perlu disemprot dengan herbisida kontak atau sistemik.

  1. Penanaman

  • Jarak Tanam

Jarak tanam : 40 cm x 25 cm atau 40 cm x 20 cm atau 40 cm x 15 cm atau 40 cm x 10 cm tergantung dari tingkat    kesuburan tanah dan umur tanaman. Begitu pula pada umur varietas, varietas yang umur pendek  (genjah), sebaiknya menggunakan jarak tanam yang lebih rapat (40 cm x 10 cm), varietas yang umur sedang sebaiknya menggunakan jarak tanam yang sedang (40 cm x 15 cm), dan varietas yang umur dalam (umur panjang), jarak tanam yang digunakan lebih renggang (40 cm x 25 cm).

  • Persiapan Benih

Varietas berbiji kecil : Gepak Kuning , Gepak Hijau. Varietas berbiji besar : Agro mulyo , Grobogan, Panderman, Anjasmoro, Burangrang, Arjasari, Mahameru. Berdasarkan potensi hasil dan kemampuan adaptasi terhadap perubahan lingkungan dianjurkan menanam VUB : Kaba, Argomolyo, Anjasmoro, Burangrang, Grobogan, dan Sinabung. Kebutuhan benih 40 kg/ha dengan daya tumbuh 90%.

Varietas unggul kedelai mempunyai sifat beragam terkait dengan ukuran biji, umur panen, potensi hasil, warna biji, daya tahan terhadap cekaman biotik atau abiotik serta daya adaptasi.

  • Penanaman dan Pemupukan Dasar

Sebelum dilakukan kegiatan penanaman, terlebih dulu diberi pupuk dasar. Pupuk yang digunakan berupa TSP sebanyak 75 kg – 200 kg/ha, KCl 50 kg – 100 kg/ha, dan Urea  50 kg/ha. Untuk menghindari hama lalat bibit, sebaiknya pada saat penanaman benih diberikan pula Furadan, Curater, atau Indofuran      kedalam lubang tanam.

Cara tanam yang  terbaik untuk memperoleh produktivitas tinggi yaitu dengan membuat lubang tanam memakai tugal dengan kedalaman antara 1,5 – 2cm. Penanaman dilakukan dengan memasukkan ke dalam lubang penanaman sebanyak 2 benih/lubang kemudian tabur dengan tanah.

Cara Menanam Kedelai Dengan Hasil Melimpah dan Unggul, Ini Dia Tipsnya ! -  Abahtani

Gambar 1. Penanaman Kedelai

  1. Pemeliharaan

Tanaman kedelai sangat memerlukan air saat perkecambahan (0–5 hari setelah tanam), stadium awal vegetatif (15–20 hari), masa pembungaan (25–35hari) dan pembentukan biji (55–70 hari). Pengairan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari.

Pada saat tanaman berumur 20 – 30 hari setelah tanam, dilakukan kegiatan penyiangan. Penyiangan dilakukan dengan cara pemantauan baik secara mekanik– konvensional atau manual atau secara kimia denganmenggunakan herbisida Penyiangan pertama dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemupukan susulan. Penyiangan kedua dilakukan setelah tanaman kedelai selesai berbunga. Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh menggunakan tangan atau kored. Selain itu, dilakukan  pula penggemburan  tanah.  Penggemburan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran tanaman.

  1. Pemupukan

Pupuk diberikan pada saat tanaman berumur 20-30 hari setelah tanam yaitu menjelang kedelai berbunga. Pemupukan dilakukan dengan cara menaburkan pupuk di sekeliling tanaman dengan jarak kurang lebih 10 cm. Dosis pupuk secara tepat adalah sebagai berikut:

  • Sawah kondisi tanah subur: pupuk Urea= 50 kg/ha.
  • Sawah kondisi tanah subur sedang: pupuk Urea= 50 kg/ha, TSP= 75 kg/ha dan KCl= 100 kg/ha.
  • Sawah kondisi tanah subur rendah: pupuk Urea= 100 kg/ha, TSP= 75 kg/ha dan KCl= 100 kg/ha.
  • Lahan kering kondisi tanah kurang subur: pupuk kandang= 2000 – 5000 kg/ha; Urea= 50 – 100 kg/ha, TSP= 50 – 75 kg/ha dan KCl= 50-75 kg/ha

  1. Pengelolaan Hama dan Penyakit

Beberapa jenis hama yang menyerang tanaman kedelai :

  • Ulat Grayak : Ulat memakan seluruh bagian daun kecuali tulang daun, sehingga daun-daun yang terserang dari jauh terlihat berwarna putih.
  • Penggerek polong: Gejala serangan yang biasa ditandai dengan masuk ke dalam polong. Selain makan polong, ulat muda juga menyerang daun-daun dan bunga. 
  • Penggerek polong kedelai : Penggerek polong dapat ditemukan dipermukaan pertanaman kedelai sejak pembungaan sampai menjelang panen.

Secara umum pengendalian hama pada tanaman kedelai dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida dilakukan bila mencapai intensitas kerusakan lebih dari 2% dan jika ditemukan 1 pasang serangga dewasa pada 20 rumpun tanaman, atau jika ditemukan 2 ulat per tanaman (tingkat serangan mencapai lebih dari 2,5%).

Beberapa jenis penyakit yang menyerang tanaman kedelai :

  • Penyakit Busuk Akar : Penyakit busuk akar disebabkan oleh jamur yang menyerang biji sebelum dan sesudah munculnya dipermukan tanah. Pembusukan pada akar dan batang menyebabkan tanaman menjadi layu pada saat perkecambahan dan tanaman dewasa.
  • Penyakit Busuk Batang : Gejala penyakit busuk batang tanaman yang sakit menunjukkan gejala penyakit berupa kerusakan pada tanaman dewasa pada bagian daun bahkan polong kedelai.
  • Penyakit Karat Daun : Gejala timbul pada daun pertama berupa bercak-bercak yang berkembang ke daun-daun di atasnya dengan bertambahnya umur tanaman. Bercak terutama terdapat pada permukaan bawah daun. Warna berupa coklat kemerahan seperti warna karat.

  1. Panen dan Pasca Panen

  • Panen

Panen dilakukan pada saat tanaman sudah masak. Umur panen kedelai ditentukan oleh jenis varietas, musim tanam, kelengasan tanah serta perlakuan agronomis, umumnya 70 – 90 hari. Kedelai masak ditandai dengan 95% polong berwarna coklat atau daun sudah berwarna kuning. Panen dimulai sekitar jam 09.00 pagi, pada saat ini air embun sudah hilang. Pangkal batang tanaman dipotong menggunakan sabit. Hindari pemanenan dengan cara mencabut tanaman, agar tanah/kotoran tidak terbawa. Hasil panen ditempatkan ditempat kering dan diberi alas terpal/plastik.

  • Pasca Panen

Ayep Zaki Tampung Hasil Panen Kedelai Petani Manggarai Barat NTT -  Jurnalglobal

Gambar 2. Penanganan Pasca Panen Kedelai

Penanganan pasca panen yang terdiri dari penjemuran brangkasan tanaman, pembijian, pengeringan, pembersihan, dan penyimpanan biji. Kedelai sebagai bahan konsumsi dipetik pada umur 75 – 100 hari, sedangkan untuk benih umur 100 – 110 hari, agar kemasakan biji benar-benar sempurna dan merata. Penjemuran yang terbaik adalah penjemuran brangkasan kedelai diberi alas terpal. Pengumpulan dan Pengeringan Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen hendaknya segera dijemur. Kedelai dikumpulkan kemudian dijemur di atas tikar, anyaman bambu, atau di lantai semen selama 3 hari. 

Sesudah kering sempurna dan merata, polong kedelai akan mudah pecah sehingga bijinya mudah dikeluarkan. Agar kedelai kering sempurna, pada saat penjemuran hendaknya dilakukan pembalikan berulang kali. Pembalikan juga menguntungkan karena dengan pembalikan banyak polong pecah dan banyak biji lepas dari polongnya. Sedangkan biji-biji masih terbungkus polong dengan mudah bisa dikeluarkan dari polong, asalkan polong sudah cukup kering. 

Penyortiran dan penggolongan terdapat beberapa cara untuk memisahkan biji dari kulit polongan. Diantaranya dengan cara memukul-mukul tumpukan brangkasan kedelai secara langsung dengan kayu atau brangkasan kedelai sebelum dipukul-pukul dimasukkan ke dalam karung, atau dirontokkan dengan alat pemotong padi. Setelah biji terpisah, brangkasan disingkirkan. Biji yang terpisah kemudian ditampi agar terpisah dari kotoran- kotoran lainnya. Biji yang luka dan keriput dipisahkan. Biji yang bersih ini selanjutnya dijemur kembali sampai kadar airnya 9-11 %. Biji yang sudah kering lalu dimasukkan ke dalam karung dan dipasarkan atau disimpan.

Sumber :

BPTP Aceh. 2009. Budidaya Tanaman Kedelai. 

BPTP Balitbangtan Sulawesi Barat. 2021. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Kedelai.

BPTP Sulawesi Selatan. 2018. Teknologi Budidaya Kedelai pada Lahan Sawah.

Pelatihan Penggunaan Combine Harvester

Pelatihan Penggunaan Combine Harvester

Selasa, 23 Agustus 2022 berlangsung kegiatan pelatihan penggunaan combine harvester yang dilakukan di Kelompok Tani Edi Peni Desa Banget. Dalam kegiatan pelatihan ini peserta dibimbing oleh perwakilan dari perusahaan swasta yang mengirimkan tenaga ahlinya. Pelatihan ini dihadiri oleh perwakilan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi, PPL Desa Banget, teknisi combine dari perusahaan swasta dan anggota Kelompok Tani Edi Peni.

C:\Users\HP\Downloads\WhatsApp Image 2022-08-23 at 15.01.45.jpeg

Dalam praktik, peserta diberi penjelasan mengenai komponen dari mesin combine harvester. Selanjutnya kepada peserta juga dipaparkan cara mengoperasikan mesin tersebut. Tak terkecuali juga penjelasan tentang cara perawatan mesin. Usai sesi penjelasan, peserta diberi kesempatan untuk mengoperasikan mesin combine harvester secara bergantian dengan dibimbing tenaga ahli. Peserta tampak tertarik dan senang dengan kegiatan praktik ini. Dengan adanya pelatihan penggunaan combine ini diharapkan petani khususnya calon operator combine harvester tahu dan terampil  mengoperasikan combine harvester.

Integrated Farming System

Integrated Farming System

Integrated Farming merupakan sistem pertanian dengan memanfaatkan keterkaitan antara tanaman perkebunan/pangan/hortikultura) serta ternak dan perikanan untuk mendapatkan agroekosistem yang mendukung produksi pertanian, peningkatan ekonomi dan pelestarian sumberdaya alam. Integrated Farming System atau sistem pertanian terpadu merupakan sistem pertanian yang mengintegrasikan kegiatan sub sektor pertanian, tanaman, ternak, ikan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas sumber daya (lahan, manusia, dan faktor tumbuh lainnya), yang mendukung produksi pertanian, peningkatan ekonomi dan pelestarian sumberdaya alam, serta kemandirian dan kesejahtraan petani secara berkelanjutan.  

Penerapan pertanian terpadu pada dasarnya adalah mengoptimalkan pemanfaatan seluruh potensi sumber daya yang ada sehingga, terjadi hubungan timbal balik secara langsung antara lingkungan biotik dan abiotik dalam ekosistem lahan pertanian dimana output dari salah satu budidaya menjadi input kultur lainnya.

Prinsip keterpaduan dalam Integrated Farming yang harus diperhatikan, yaitu: 

(1) Agroekosistem yang berkeanekaragaman tinggi yang memberi jaminan yang lebih tinggi bagi petani secara berkelanjutan; 

(2) Diperlukan keanekaragaman fungsional yang dapat dicapai dengan mengkombinasikan spesies tanaman dan hewan yang memiliki sifat saling melengkapi dan berhubungan dalam interaksi sinergetik dan positif, dan bukan hanya kestabilan yang dapat diperbaiki, namun juga produktivitas sistem pertanian dengan input yang lebih rendah; 

(3) Dalam menerapkan pertanian berkelanjutan diperlukan dukungan sumberdaya manusia, pengetahuan dan teknologi, permodalan, hubungan produk dan konsumen, serta masalah keseimbangan misi pertanian dalam pembangunan; 

(4) Pemanfaatan keanekaragaman fungsional sampai pada tingkat yang maksimal yang menghasilkan sistem pertanian yang kompleks dan terpadu yang menggunakan sumberdaya dan input yang ada secara optimal; 

(5) Menentukan kombinasi tanaman, hewan dan input yang mengarah pada produktivitas yang tinggi, keamanan produksi serta konservasi sumberdaya yang relatif sesuai dengan keterbatasan lahan, tenaga kerja dan modal.

Sistem pertanian terpadu dapat meningkatkan kemampuan para petani dalam memproduksi pupuk organik dan kemudian dapat membudayakan pertanian organik. Pertanian organik akan dapat menghasilkan produk pertanian dengan kualitas tinggi dan higienis yang tidak terkontaminasi dengan bahan kimia yang kurang baik bagi kesehatan

 Konsep terapan sistem pertanian terpadu akan menghasilkan F4, yang terdiri dari Food, Feed, Fuel dan Fertilizer. 

  1. F1 (Food). Sumber pangan bagi manusia (beras, jagung, kedelai, kacang-kabangan, jamur, sayuran, dll), produk peternakan (daging, susu, telur, dll), produk budidaya ikan air tawar (lele, mujair, nila, gurami, dll.) dan hasil perkebunan (salak, pisang, kayu manis, sirsak, dll.).
  2. F2 (Feed), Pakan ternak termasuk di dalamnya ruminasia (sapai, kambing, kerbau, kelinci), ternak unggas (ayam, itik, entok, angsa, burung dara, dll), pakan ikan budidaya air tawar (ikan hias dan ikan konsumsi).
  3. F3 (Fuel), akan dihasilkan energi dalam berbagai bentuk mulai energi panas (bio gas) untuk kebutuhan domestik/masak memasak, energi panas untuk industri makanan di kawasan pedesaan juga untuk industri kecil . Hasil akhir dari bio gas adalah bio fertilizer berupa pupuk pupuk organik cair dan kompos.
  4. F4 (Fertilizer), Sisa produk pertanian melalui proses dekomposer maupun pirolisis akan menghasikan pupuk kompos (organik fertilizer) dengan berbagai kandungan unsur hara dan C-Organik yang relatif tinggi.

Gambar di atas merupakan salah satu contoh penerapan Sistem pertanian terpadu pada lahan sawah.

Penerapan sistem integrasi padi-ternak sapi (SIPT) mampu memberikan keuntungan karena penggunaan pupuk kandang yang bisa meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya produksi dan meningkatkan pendapatan petani. Kontribusi pendapatan dari SIPT terhadap pendapatan total rumah tangga petani cukup tinggi. Kemudian SIPT juga dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal seperti pemanfaatan jerami sebagai pakan ternak dan kotoran sapi sebagai pupuk organik, sehingga tidak ada limbah yang terbuang

Pertanian integrasi tanaman-ternak dapat memperbaiki kualitas tanah, meningkatkan hasil, menghasilkan pangan beragam dan memperbaiki efisiensi penggunaan lahan. Manfaat integrasi tanaman-ternak dan tanaman-ikan dapat disintesis melalui: 

1) aspek agronomi yaitu peningkatan kapasitas tanah untuk berproduksi, 

(2) aspek ekonomi yaitu diversifikasi produk, hasil dan kualitas yang lebih tinggi, serta menurunkan biaya, 

(3) aspek ekologi yaitu menurunkan serangan hama dan penggunaan pestisida, dan pengendalian erosi, dan 

(4) aspek sosial yaitu distribusi pendapatan lebih merata

Sumber : M. Nurcholis dan G. Supangkat,2011, Pengembangan Integrated Farming System Untuk Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian, Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian,ISBN 978-602-19247-0-9

Sri Utami1, Khairunnisa Rangkuti. 2021. Sistem pertanian terpadu tanaman ternak untuk peningkatan produktivitas lahan: A Review. AGRILAND Jurnal Ilmu Pertanian 9(1) Januari-April 2021 1-6

Sosialisasi Pengembangan Diversifikasi Tanaman Bagi Petani Tembakau

Sosialisasi Pengembangan Diversifikasi Tanaman Bagi Petani Tembakau

Sosialisasi dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 2022 di rumah ketua APTI Kabupaten Ngawi. Kegiatan tersebut dihadiri dan dibuka oleh Kepala Bidang Perkebunan dan Hortikultura Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Hendro Budi Suryawan, SP.MM. Kegiatan tersebut berisi teknik budidaya bawang merah oleh PPL setempat dan pengendalian Hama Penyakit oleh petugas POPT, serta narasumber dari pelaku usaha bawang merah. Dengan adanya sosialisasi ini  diharapkan petani dapat membudidayakan tanaman bawang merah  dengan baik dan dapat menghasilkan secara optimal. Kegiatan penanaman Bawang merah akan dimulai pada bulan Oktober(memasuki musim labuh), maka diharapkan kelompok tani dapat mempersiapkan lahan dan perlengkapan lainnya.

Untuk meningkatkan pendapatan petani tembakau dan kesejahteraan petani tembakau di Kabupaten Ngawi, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi mengadakan kegiatan diversifikasi tanaman bagi petani tembakau melalui kegiatan Penggunaan Sarana Pertanian Sub Kegiatan Pengawasan Penggunaan Sarana Pendukung Pertanian Sesuai dengan Komoditas,Teknologi dan Spesifik Lokasi yang bersumber dana dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil tembakau (DBHCHT) TA 2022 dengan pengembangan tanaman bawang merah seluas 2 Ha untuk petani tembakau di kecamatan Karangjati

Tujuan dari kegiatan ini adalah  penganekaragaman tanaman selain tembakau oleh petani tembakau sebagai nilai tambah untuk meningkatkan pendapatan petani tembakau melalui pengembangan budidaya bawang merah. Direncanakan pelaksanaan kegiatan ini di dua kelompok tani di kecamatan Karangjati yang saat ini menanam tembakau dilanjutkan dengan budidaya bawang merah. Bantuan yang digelontorkan berupa bibit bawang merah dan pupuk sebagai stimulant kepada petani tembakau di poktan tersebut.