Sering Dikira Limbah Tidak Berguna, Ini Manfaat Cangkang Telur Bagi Tanaman

Sering Dikira Limbah Tidak Berguna, Ini Manfaat Cangkang Telur Bagi Tanaman

Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling murah dan paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat karena mudah dijumpai dimana saja. Telur memiliki banyak manfaat bagi tubuh di antaranya seperti menguatkan sistem imunitas, membentuk jaringan tubuh, dll. Namun demikian, semakin banyak telur yang dikonsumsi maka semakin banyak pula limbah yang dihasilkan yaitu berupa cangkang telur.

Cangkang telur merupakan salah satu limbah rumah tangga yang jarang dipandang potensinya. Cangkang telur biasanya hanya akan dibuang dan tidak dimanfaatkan lagi karena dianggap sebagai limbah yang tidak berguna. Sifat fisik cangkang telur yang keras dan beraroma amis juga semakin membuat cangkang telur tidak diminati untuk diolah. Selain itu, cangkang telur juga mengandung garam yang tinggi serta senyawa organik dalam telur dikhawatirkan dapat mencemari lingkungan akibat aktivitas mikroba di dalamnya. Namun, kandungan kalsium pada cangkang telur cukup tinggi dan dapat bermanfaat sebagai sumber nutrisi pada tanaman. Cangkang telur juga memiliki kandungan fosfor yang cukup yang dapat bermanfaat pula untuk tanaman. Salah satu pemanfaatan cangkang telur yaitu dengan mengolah cangkang telur menjadi pupuk organik cair.

(Sitohang dkk., 2016). Butcher & Miles (2012) menyatakan bahwa kandungan cangkang telur terdiri atas 97% kalsium karbonat, sisanya fosfor, magnesium, natrium, kalium, seng, mangan, besi, dan tembaga. Cangkang telur mengandung hampir 95,1% adalah garam-garam organik, 3,3% bahan organik (terutama protein), dan 1,6% air. Kandungan kalsium pada cangkang telur yang cukup besar dapat dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi bagi tanaman. Kalsium merupakan suatu zat yang berperan penting dalam pembentukan struktur tubuh, tulang, dan gigi pada manusia dan hewan serta dinding sel pada tanaman. Peran kalsium lain khususnya pada tanaman antara lain, menebalkan dinding sel, meningkatkan pemanjangan sel akar, kofaktor proses enzimatis dan hormonal, pelindung dari cekaman panas, hama, dan penyakit. 

Manfaat cangkang telur untuk tanaman :

  1. Pupuk Kompos 

Cangkang telur mengandung kalsium yang berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan dinding sel tanaman

  1. Mencegah Pembusukan Tanaman 
  2. Penangkal Hama 
  3. Penyubur Tanah 

Cara membuat pupuk organik dari cangkang telur :

  1. Bersihkan cangkang telur yang akan dibuat pupuk.
  2. Sterilkan cangkang telur dengan memasukkan ke dalam air panas.
  3. Keringkan cangkang telur dengan cara dijemur.
  4. Tumbuk cangkang telur hingga menjadi serpihan halus.
  5. Campurkan cangkang telur dengan air ke dalam botol bekas.
  6. Tambahkan gula jawa dan EM4 dengan perbandingan 1:1 ke dalam botol.
  7. Tutup botol bekas dan campurkan pupuk dengan cara mengocok botol.
  8. Diamkan selama 10-14 hari untuk memaksimalkan proses fermentasi.
  9. Bila perlu, sesekali buka tutup botol bekas supaya gas yang ditimbulkan selama proses fermentasi dapat keluar.

Cara lain juga dapat langsung menaburkan serpihan cangkang telur diatas tanaman

Budidaya Blewah Buah Khas Ramadhan

Budidaya Blewah Buah Khas Ramadhan

Tanaman BLEWAH adalah tumbuhan menjalar (bukan merambat) yang termasuk dalam genus cucumis dari keluarga cucurbitaceae. Buah blewah memiliki rasa segar dan banyak dimanfaatkan sebagai minuman. Blewah dalam bahasa ilmiah disebut Cucumis melo L. dan termasuk dalam kelompok Cantalupensis. Tanaman blewah adalah tanaman semusim yang masih satu keluarga dengan labu, timun, melon, semangka, pare dan lain-lain. Blewah umumnya berbentuk bulat atau lonjong, dengan kulit bergelombang berwarna jingga terang dengan bercak kehijauan dan sekilas terlihat mirip sekali dengan waluh.

Menjelang bulan ramadhan permintaan blewah cenderung tinggi, hal ini bisa menjadi peluang usaha tahunan untuk meraup keuntungan. Jika ingin mendapatkan keuntungan lebih dari berbudidaya blewah, sebaiknya menanam blewah dilakukan 2,5 atau 2 bulan sebelum ramadhan.

Syarat tumbuh 

Blewah akan tumbuh dengan subur, jika ditanam pada lokasi lahan yang tepat. Lokasi lahan yang sesuai tersebut memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi seperti; 

  • Ketinggian tempat 100 sampai 1.500 mdpl.
  • Suhu udara 18 hingga 32 derajat C. 
  • Tanah yang gembur dan memiliki banyak bahan organik. 
  • Memiliki pH tanah 6.0 sampai 7.0. 
  • Ketersediaan air mencukupi.
  1. Persiapan Lahan

Tanaman blewah tidak akan tumbuh dengan baik pada tanah yang keras atau padat dan tidak menyukai lahan yang becek atau terlalu lembab. Tanah atau lahan untuk menanam blewah sebaiknya dicangkul atau dibajak terlebih dahulu agar tanah menjadi gembur. Sebelum penggemburan tanah dilakukan, sebaiknya lahan dibersihkan dari gulma atau sisa-sisa tanaman sebelumnya, terutama sisa-sisa tanaman sejenis. Hal ini dilakukan untuk memutus mata rantai hama dan penyakit. Kemudian pembuatan bedengan, bentuk bedengan lahan untuk budidaya blewah dibuat sama persis dengan bedengan untuk budidaya semangka. Bedengan dibuat ganda dengan parit kecil diantara bedengan. Lebar bedengan masing-masing 60 – 80 cm dan lebar parit 40 cm. Jarak antar bedengan antara 2 – 3 meter, tempat ini digunakan untuk tempat batang tanaman blewah menjalar. Pembuatan bedengan dengan sistem ini akan memudahkan kita dalam melakukan pemeliharaan dan perawatan tanaman.

  1. Pemberian Pupuk Dasar

Setelah selesai membuat bedengan selanjutnya lahan diberi pupuk dasar. Pupuk dasar yang digunakan antara lain kapur pertanian/dolomit, pupuk kandang / kompos, NPK atau campuran TSP/SP36, KCL dan ZA. Sebelum penaburan dolomit cek terlebih dahulu pH tanah, jika pH dibawah 6.0 taburkan dolomit sesua dengan kebutuhan. Tetapi jika pH menunjukkan angka 6.0 – 7.0 dolomit tidak perlu diberikan. Biarkan tersiram air hujan, satu minggu kemudian taburkan 1 kg pupuk kandang dan 250 gram pupuk NPK per lubang tanam. Tutup bedengan menggunakan MULSA PLASTIK agar pertumbuhan bisa optimal dan mencegah tumbuhnya gulma. Buat lubang tanam dengan jarak antara 60 – 70 cm. Bibit ditanam 10 – 15 hari setelah panaburan pupuk dasar.

  1. Persiapan Bibit dan Penyemaian Benih

benih disemai terlebih dahulu menggunakan polybag semai atau tray semai. Setelah bibit berumur 10 – 14 hari bibit blewah siap dipindah tanam kelahan. Bibit bisa dibuat sendiri menggunakan buah blewah yang sudah cukup tua, memiliki bentuk sempurna dan buah blewah yang sehat. Bisa juga menggunakan bibit hibrida yang bisa diperoleh di toko pertanian, misalnya Aruna, Baladewa, Nimas, Bisma, Salvo, Hikmah.

  1. Cara Penanaman

Bibit blewah siap dipindah tanam kelahan ketika berumur 10 atau 14 hari. Pilihlah benih yang sehat, memiliki vigor yang kuat dan tidak cacat. Sebelum bibit ditanam, lubang tanam disiram terlebih dahulu sampai basah. Kemudian ditugal dengan kedalaman sesuai dengan ukuran polybag semai. Polybag semai dilepas dengan hati-hati agar media semai tidak pecah dan bibit tidak stres. Masukkan kelubang tanam sambil ditekan sedikit tanah disekitar lubang tanam agar bibit dapat berdiri kokoh. Penanaman bibit sebaiknya dilakukan pada sore hari, setelah selesai menanam kemudian bibit disiram secukupnya.

  1. Perawatan dan Pemeliharaan

Cara pemeliharaan dan perawatan tanaman meliputi kegiatan penyiraman, penyulaman dan penyiangan.

  • Penyiraman dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Sejak umur 0 – 10 hari penyiraman dilakukan setiap hari, selanjutnya penyiraman dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
  • Segera lakukan penyulaman jika terdapat tanaman yang mati atau diganggu hama. Penyulaman bisa dilakukan sampai tanaman berumur 21 hari setelah tanam.
  1. Cara Pemupukan Susulan

Pemupukan susulan dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman agar tanaman blewah dapat tumbuh optimal dan berbuah banyak. Aplikasinya bisa dilakukan dengan cara dikocor atau ditabur. Pupuk yang digunakan antara lain pupuk NPK, KCL, TSP atau SP36, dan ZA. Pemupukan pertama dilakukan ketika tanaman berumur 15 hari setelah tanam. Pupuk diaplikasikan dengan cara dikocor dengan dosis rendah

  1. Cara Pengendalian Hama dan Penyakit

Beberapa hama yang sering menyerang tanaman blewah antara lain jangkrik, oteng-oteng, ulat grayak, ulat buah, lalat buah. Pengendalian hama tanaman blewah bisa dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida. Gunakan insektisida yang sesuai dengan jenis hama yang menyerang tanaman. Sedangkan penyakit pada tanaman blewah antara lain penyakit layu, penyakit bercak daun, busuk daun dan sebagainya. Pengendaliannya bisa dilakukan dengan penyemprotan fungisida.

Berbagai Macam Cara Pembuatan POC (Pupuk Organik Cair)

Berbagai Macam Cara Pembuatan POC (Pupuk Organik Cair)

Bahan :

  • Urine kelinci 10 liter
  • EM4 1 Botol
  • Molases / tetes tebu 1 liter
  • Air cucian beras (leri) 10 liter 
  • Air Kelapa 10 liter
  • Kunyit 200 gram 
  • Jahe 200 gram 
  • Temu Ireng 200 gram 
  • Bawang Merah 200 gram
  • Daun kelor secukupnya

Alat :

  • Galon/Drum 15 liter 3 buah
  • Ember Plastik 3 buah 
  • Plastisin/malam secukupnya
  • Selang kecil 5 liter
  • Ulegan atau blender 
  • Pisau
Alat dan Bahan Pembuatan POC

Cara Pembuatan POC Urin Kelinci :

  1. Haluskan kunyit, temu ireng, jahe, daun kelor, dan bawang merah menggunakan ulegan atau blender. 
  2. Masukkan urin kelinci 10 liter ke dalam drum 15 liter.
  3. Tambahkan molases dan EM4 masing-masing 200 ml, kemudian aduk.
  4. Diamkan di ruang yang teduh atau tidak terkena cahaya selama 7-10 hari hingga selesai fermentasi. Sesekali buka jerigen untuk membuang gas yang ada, dan aduk selama 1 menit. 
  5. Setelah 7-10 hari, fermentasi yang berhasil ditandai saat membuka tutup jerigen tidak berbau. 

Cara Pembuatan POC Air Leri (Cucian Beras) :

  1. Masukkan 10 liter air leri (cucian beras) ke dalam wadah drum/galon. 
  2. Tambahkan EM4 dan molases atau tetes tebu, masing-masing 200 ml. 
  3. Aduk semua bahan agar tercampur, lalu tutup rapat. 
  4. Hari ke 2, buka penutup dan aduk agar gas yang terbentuk dapat keluar, lalu tutup kembali. Lakukan seperti itu hingga hari ke-10. 
  5. Proses fermentasi berjalan sukses ditandai dengan bau khas mirip tape.

Cara Pembuatan POC Air Kelapa :

  1. Masukkan 10 liter air kelapa ke dalam wadah drum atau galon. 
  2. Tambahkan EM4 dan molases atau tetes tebu masing-masing 200 ml. 
  3. Aduk semua bahan agar tercampur. Lakukan setiap hari selama 1 menit. 
  4. Diamkan di ruang yang teduh atau tidak terkena sinar matahari selama 10 hari hingga selesai fermentasi. (Hari ke 10 POC siap digunakan). 
  5. Fermentasi berhasil apabila setelah 10 hari, saat tutup dibuka berbau tape, bukan berbau busuk.

Cara Pengaplikasian POC Urine Kelinci 

Aplikasi Air Leri (cucian beras) :

Untuk Pupuk Daun : Ambil 10 ml pupuk cair cucian beras dan larutkan dalam 1 liter air. Semprot ke seluruh bagian tanaman terutama bagian bawah daun (cukup sekedar basah saja). Lakukan penyemprotan pupuk daun setiap seminggu 2 kali.

Untuk Pupuk akar : Ambil 10-20 ml pupuk cair air cucian beras, larutkan dalam 5 liter air. Siram ke media tumbuh tanaman sekitar perakaran sebanyak 250 ml (secukupnya) per tanaman. Aplikasikan seminggu sekali.

Aplikasi Urine Kelinci :

1 liter POC urine kelinci diencerkan dengan 10 liter air bersih, kemudian disemprotkan keseluruh bagian tanaman. Pemakaian umumnya dilakukan dengan penyemprotan pada bagian tanaman, terutama daun. Daun yang disemprot sebaiknya bagian bawah dilakukan pada pagi hari sebelum matahari terik. Aplikasi dapat dilakukan setiap 7-10 hari sekali.

1 liter POC urine kelinci diencerkan dengan 1 liter air bersih, kemudian dikocorkan pada tanaman.

Aplikasi Air Kelapa :

Pupuk Daun : Ambil 10 ml POC air kelapa lalu larutkan ke dalam 1 liter air. Semprotkan ke seluruh bagian tanaman . Lakukan penyemprotan setiap seminggu sekali

Pupuk Akar : Ambil 10 – 20 ml POC air kelapa lalu larutkan ke dalam 5 liter air. Siramkan ke media tanam sekitar perakaran sebanyak 250 ml Lakukan aplikasi tersebut setiap 10 hari sekali.

Teknik Budidaya Tanaman Secara Vertikultur

Teknik Budidaya Tanaman Secara Vertikultur

Teknik penanaman secara vertikultur dalam sejarahnya dikenalkan oleh sebuah perusahaan benih di Swiss pada tahun 1944 yang merujuk sebuah ide Vertical Garden. Kemudian vertikultur merajalela di negara Eropa yang memiliki iklim sub-tropis lalu menyebar keseluruh dunia dengan mengusung misi ketahanan pangan di level rumah tangga.

Secara awam pengertian vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilaksanakan secara vertikal atau bertingkat pada skala indoor maupun outdoor. Umumnya vertikultur dilakukan menggunakan bangunan atau model wadah tertentu untuk penanaman, tergantung kondisi tempat dan keinginan setiap orang.

Ketersediaan lahan pertanian, terutama didaerah urban serta kebutuhan akan pangan yang mendesak memang mendorong masyarakat untuk mensikapinya dengan bertanam di sekitar rumah dengan menggunakan teknik vertikultur yang model dan jenis tanaman yang ditanam menyesuaikan dengan kondisi setempat. Sehingga bisa dikatakan bahwa tujuan vertikultur adalah untuk memanfaatkan lahan yang sempit secara optimal. Sistem bertanam secara vertikultur sekilas memang terlihat rumit, tetapi sebenarnya sangat mudah dilakukan. Tingkat kesulitan bertanam secara vertikultur. tergantung kepada model dan sistem tambahan yang dipergunakan. Dalam model sederhana, struktur dasar yang digunakan mudah diikuti dan bahan pembuatannya mudah ditemukan, sehingga dapat diterapkan di rumah-rumah.

Dengan berkembangnya terminolog urban farming, home gardening, Kawasan Rumah Pangan Lestari vertikultur mulai diterapkan dirumah-rumah khususnya para ibu rumah tangga yang hobi bercocok tanam. Secara umum vertikultur digunakan untuk menanam sayuran seperti bayam, kangkung, seledri, tanaman lain yang dibutuhkan oleh satu keluarga setiap hari.

Jajar Legowo/Jarak Tanam Tanaman Padi

Jajar Legowo/Jarak Tanam Tanaman Padi

Sistem tanam legowo adalah pola bertanam yang berselang-seling antara dua atau lebih (biasanya dua atau empat) baris tanaman padi dan satu baris kosong. Istilah Legowo di ambil dari bahasa jawa, yaitu berasal dari kata ”lego” berarti luas dan ”dowo”  berarti memanjang.

Legowo di artikan pula sebagai cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan dan diselingi satu barisan kosong.

Baris tanaman (dua atau lebih) dan baris kosongnya (setengah lebar di kanan dan di kirinya) disebut satu unit legowo. Bila terdapat dua baris tanam per unit legowo maka disebut legowo 2:1, sementara jika empat baris tanam per unit legowo disebut legowo 4:1, dan seterusnya.

Pada awalnya tanam jajar legowo umum diterapkan untuk daerah yang banyak serangan hama dan penyakit, atau kemungkinan terjadinya keracunan besi. Jarak tanam dua baris terpinggir pada tiap unit legowo lebih rapat daripada baris yang di tengah (setengah jarak tanam baris yang di tengah), dengan maksud untuk mengkompensasi populasi tanaman pada baris yang dikosongkan. Pada baris kosong, di antara unit legowo, dapat dibuat parit dangkal. Parit dapat berfungsi untuk mengumpulkan keong mas, menekan tingkat keracunan besi pada tanaman padi atau untuk pemeliharaan ikan kecil (muda).

Sistem tanam legowo kemudian berkembang untuk mendapatkan hasil panen yang lebih tinggi dibanding sistem tegel melalui penambahan populasi. Selain itu, dapat mempermudah pada saat pengendalian hama, penyakit, gulma, dan juga pemupukan.

Pada penerapannya, perlu diperhatikan tingkat kesuburan tanah pada areal yang akan ditanami. Jika tergolong subur, maka disarankan untuk menerapkan pola tanaman sisipan hanya pada baris pinggir kiri dan kanannya (legowo 4:1 tipe 1). Hal ini bertujuan untuk mengurangi resiko kerebahan tanaman akibat serapan hara yang tinggi. Sedangkan pada areal yang kurang subur semua barisan disisipkan tanaman (legowo 4:1 tipe 2).

Saat ini, sistem logowo sudah mulai banyak di adopsi oleh petani di Indonesia. Banyak petani yang sudah merasakan manfaat dan keuntungannya dengan menggunakan teknik tersebut. Dengan sistem tanam legowo, populasi tanaman dapat ditingkatkan yang pada gilirannya diperoleh peningkatan hasil gabah.

Tujuan cara tanam legowo adalah :

1. Memanfaatkan sinar matahari bagi tanaman yang berada pada bagian pinggir barisan. Semakin banyak sinar matahari yang mengenai tanaman, maka proses fotosintesis oleh daun tanaman akan semakin tinggi sehingga akan mendapatkan bobot buah yang lebih berat. 

2. Mengurangi kemungkinan serangan hama, terutama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka, hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya. 

3. Menekan serangan penyakit. Pada lahan yang relatif terbuka, kelembaban akan semakin berkurang, sehingga serangan penyakit juga akan berkurang. 

4. Mempermudah pelaksanaan pemupukan dan pengendalian hama / penyakit. Posisi orang yang melaksakan pemupukan dan pengendalian hama / penyakit bisa leluasa pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo. 

5. Menambah populasi tanaman. Misal pada legowo 2 : 1, populasi tanaman akan bertambah sekitar 30 %. Bertambahnya populasi tanaman akan memberikan harapan peningkata produktivitas hasil.

  • Legowo 2:1

Sistem tanam legowo 2:1 akan menghasilkan jumlah populasi tanaman per ha sebanyak 213.300 rumpun, serta akan meningkatkan populasi 33,31% dibanding pola tanam tegel (25×25) cm yang hanya 160.000 rumpun/ha. Dengan pola tanam ini, seluruh barisan tanaman akan mendapat tanaman sisip.

http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/images/stories/3.jpg
  • Legowo 4:1

Tipe 1 

Sistem tanam legowo 4:1 tipe 1 merupakan pola tanam legowo dengan keseluruhan baris mendapat tanaman sisipan. Pola ini cocok diterapkan pada kondisi lahan yang kurang subur. Dengan pola ini, populasi tanaman mencapai 256.000 rumpun/ha dengan peningkatan populasi sebesar 60% dibanding pola tegel (25×25) cm.

http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/images/stories/4.jpg

Tipe 2 

Sistem tanam legowo 4:1 tipe 2 merupakan pola tanam dengan hanya memberikan tambahan tanaman sisipan pada kedua barisan tanaman pinggir. Populasi tanaman 170.667 rumpun/ha dengan persentase peningkatan hanya sebesar 6,67% dibanding pola tegel (25×25) cm. Pola ini cocok diterapkan pada lokasi dengan tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Meskipun penyerapan hara oleh tanaman lebih banyak, tetapi karena tanaman lebih kokoh sehingga mampu meminimalkan resiko kerebahan selama pertumbuhan.

http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/images/stories/5.jpg

Menurut Sembiring (2001), sistem tanam legowo merupakan salah satu komponen PTT pada padi sawah yang apabila dibandingkan dengan sistem tanam lainnya memiliki keuntungan sebagai berikut:

  1. Terdapat ruang terbuka yang lebih lebar diantara dua kelompok barisan tanaman yang akan memperbanyak cahaya matahari masuk ke setiap rumpun tanaman padi, sehingga meningkatkan aktivitas fotosintesis yang berdampak pada peningkatan produktivitas tanaman.
  2. Sistem tanaman berbaris ini memberi kemudahan petani dalam pengelolaan usahataninya seperti: pemupukan susulan, penyiangan, pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit (penyemprotan). Disamping itu juga lebih mudah dalam mengendalikan hama tikus.
  3. Meningkatkan jumlah tanaman pada kedua bagian pinggir untuk setiap set legowo, sehingga berpeluang untuk meningkatkan produktivitas tanaman akibat peningkatan populasi.
  4. Sistem tanaman berbaris ini juga berpeluang bagi pengembangan sistem produksi padi-ikan (mina padi) atau parlebek (kombinasi padi, ikan, dan bebek).
  5. Meningkatkan produktivitas padi hingga mencapai 10-15%.

Sumber:

  • Sistem Tanam Jajar Legowo, Sembiring. 2001
Photo Synthetic Bacteria (PSB): Bakteri Penghasil Energi dan Penjernih Lingkungan

Photo Synthetic Bacteria (PSB): Bakteri Penghasil Energi dan Penjernih Lingkungan

Photo Synthetic Bacteria (PSB) atau bakteri fotosintetik merupakan jenis bakteri yang mampu melakukan fotosintesis, yaitu mengubah energi cahaya menjadi energi kimia untuk kebutuhan metabolisme mereka. PSB umumnya memiliki pigmen fotosintetik seperti klorofil, bakterioklorofil, dan karotenoid yang digunakan untuk menyerap energi cahaya dan menghasilkan oksigen sebagai produk sampingan.

Bakteri fotosintetik ditemukan pada berbagai lingkungan seperti air, tanah, dan bahkan dalam kondisi ekstrem seperti di dalam vulkanik air panas atau lingkungan asam. Bakteri fotosintetik memiliki peran penting dalam lingkungan dan telah dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi, termasuk produksi biofuel, pengolahan limbah, dan pemulihan lingkungan.

  1. Produksi Biofuel dengan PSB

Bakteri fotosintetik menjadi salah satu fokus penelitian dalam pengembangan biofuel karena kemampuannya untuk menghasilkan energi melalui fotosintesis. PSB menghasilkan sejumlah besar energi dalam bentuk glukosa dan oksigen melalui fotosintesis, yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk produksi biofuel seperti etanol dan biodiesel.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Science pada tahun 2020 melaporkan bahwa bakteri fotosintetik dapat digunakan untuk menghasilkan bahan bakar terbarukan dengan biaya lebih rendah dan lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Dalam penelitian tersebut, para peneliti menggunakan bakteri fotosintetik untuk mengubah karbon dioksida dan air menjadi senyawa organik melalui fotosintesis. Senyawa organik tersebut kemudian diubah menjadi etanol dengan bantuan enzim.

  1. Pengolahan Limbah dengan PSB

PSB juga telah dimanfaatkan dalam pengolahan limbah karena kemampuannya untuk mengurangi kandungan polutan dalam limbah. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Southampton, bakteri fotosintetik digunakan untuk menghilangkan logam berat seperti merkuri dari air limbah. Para peneliti memanfaatkan kemampuan PSB untuk menyerap logam berat dari lingkungan dan mengubahnya menjadi senyawa yang lebih stabil dan tidak berbahaya.

  1. Pemulihan Lingkungan dengan PSB

Selain itu, bakteri fotosintetik juga dapat digunakan untuk memulihkan lingkungan terutama dalam mengurangi emisi karbon dioksida dan polutan lainnya di udara dan air. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Illinois, bakteri fotosintetik digunakan untuk mengurangi emisi karbon dioksida dari industri petrokimia. Para peneliti memanfaatkan kemampuan PSB untuk menyerap karbon dioksida dari udara dan mengubahnya menjadi senyawa organik yang dapat dimanfaatkan untuk produksi biofuel.

Selain itu, bakteri fotosintetik juga digunakan untuk memperbaiki kualitas tanah dengan memanfaatkan kemampuannya untuk mengurangi polusi air. PSB dapat digunakan untuk menghilangkan limbah organik dan anorganik dari air limbah serta menghilangkan zat kimia berbahaya seperti arsenik dan nitrat dari sumber air.

Selain itu, bakteri fotosintetik juga dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pertanian. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Wageningen di Belanda, bakteri fotosintetik digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Para peneliti memanfaatkan kemampuan PSB untuk mengubah nitrogen di udara menjadi senyawa nitrogen yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Hal ini dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan mengurangi penggunaan pupuk kimia yang berbahaya bagi lingkungan.

Meskipun memiliki potensi yang besar, penggunaan PSB dalam aplikasi praktis masih terbatas karena masih membutuhkan penelitian dan pengembangan lebih lanjut. Selain itu, cara yang efisien untuk mengumpulkan dan mengolah PSB untuk aplikasi tertentu juga masih menjadi tantangan.

Namun, dengan kemampuan PSB untuk menghasilkan energi dan menjernihkan lingkungan, PSB menjadi harapan sebagai alternatif energi terbarukan yang ramah lingkungan dan dapat membantu mengatasi masalah lingkungan saat ini.

Penulis : Admin BPP Mantingan

Dasar referensi artikel diatas:

Hwang, S. J., Jin, H. J., & Chang, I. S. (2019). Photosynthetic bacteria for biohydrogen production: Current state and perspectives. Bioresource technology, 277, 27-33.

Zhang, W., Song, X., Li, W., Qian, L., & Jiang, H. (2020). Microbial electrosynthesis of biofuels: Current state and prospects. Bioresource technology, 318, 124085.

Leal, M. C., Ferreira, A. C., Nunes, O. C., Reis, M. A., & Crespo, J. G. (2019). Harvesting photosynthetic bacteria for industrial applications: Promise and challenges. Bioresource technology, 275, 206-215.

Rengasamy, K. R. R., Katuri, K. P., Chavan, S. G., & Chakraborty, S. (2019). Bioremediation of industrial wastewater using photosynthetic bacteria. Chemosphere, 216, 341-351.

Ganesh Kumar, A., & Vinoth Kumar, J. (2020). Photosynthetic bacteria-mediated removal of heavy metals: a review. Environmental Science and Pollution Research, 27(6), 6076-6090.

Hidese, R., & Miyanaga, K. (2021). Photosynthetic bacteria for carbon dioxide removal and conversion into useful products. Current Opinion in Biotechnology, 67, 215-222.

Jiang, Y., Li, M., Li, Q., & Liu, X. (2019). Application of photosynthetic bacteria in agriculture: current status and future prospects. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 67(16), 4485-4492.

University of Illinois Urbana-Champaign. (2021, January 6). Photosynthetic bacteria could help produce clean hydrogen fuel. ScienceDaily. Diakses pada tanggal 17 Maret 2023 dari www.sciencedaily.com/releases/2021/01/210106135212.htm

University of Southampton. (2019, March 20). Scientists develop new method to remove mercury from contaminated water. ScienceDaily. Diakses pada tanggal 17 Maret 2023 dari www.sciencedaily.com/releases/2019/03/190320121305.htm

Wageningen University & Research. (2018, April 9). Photosynthetic bacteria improve crop yield. ScienceDaily. Diakses pada tanggal 17 Maret 2023 dari www.sciencedaily.com/releases/2018/04/180409105833.htm