Kerjasama Pertanian Organik Bali – Jepang

Kerjasama Pertanian Organik Bali – Jepang

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi (DKPP) mewakili Bupati Ngawi dalam kegiatan perintisan kerjasama Kabupaten Karangasem dalam bidang pertanian organik dengan petani dari Jepang bertempat di Jero Tumbuk, Banjar Dinas Santi, Desa Selat, Kabupaten Karangasem pada Kamis-Jumat tanggal 14-15 September 2023. Bupati Ngawi diundang untuk memberikan sumbangsih bagi kemajuan pertanian Karangasem karena perhatiannya terhadap pengembangan pertanian yang menjadi salah satu program pemerintah Kabupaten Ngawi.
Acara yang dilaksanakan pada kegiatan tersebut yakni sharing dan diskusi Pertanian Organik bersama petani organik Jepang, Mr. Masayuki Akizuki, Ketua Yayasan Bali Kuna Santi sekaligus pencetus Komunitas Bali Kuna Agri, Ir. I Gusti Lanang Muliarta dan Pengelola Konservasi Alam Nusantara, DR. Catrini Pratihari Kubontubuh. Kepala DKPP, Supardi, S.E., M.Si. hadir didampingi Kabid Tanaman Pangan M. Hasan Zunairi, S.P., M.M. bersama Petani Milenial sekaligus Direktur LOC (Lawu Organic Certification) Ngawi, Andi Saputro.


Potensi pertanian di Bali khususnya di Desa Selat, Karangasem di kaki Gunung Agung, Bali adalah anugerah alam untuk mewujudkan pertanian organik. Selain itu budaya yang sudah terpatri di masyarakat dalam pengelolaan irigasi (subak) dan menjaga kelestarian alam serta konservasi bagi ekosistem dan tanaman budidayanya. Jadi untuk perwujudan pertanian organik di Karangasem hanya perlu kemauan dan sedikit sentuhan. Sangat berbeda dengan Kabupaten Ngawi, baik dari sisi geografis maupun budayanya yang masih banyak kendala dan pembenahan untuk menuju ke organik, misalnya penggunaan pupuk dan pestisida kimia sintetis yang tinggi. Jadi masing-masing daerah mempunyai kelebihan dan kekurangan, tinggal bagaimana caranya berproses untuk mengelola dan mewujudkan hal tersebut. Di Kabupaten Ngawi melalui visi misi utama Bupati Ony Anwar Harsono, Pertanian Ramah Lingkungan Berkelanjutan dan Kemandirian Petani yang mensinergikan semua perangkat daerah untuk kemajuan pembangunan pertanian menjadi kemudahan menuju pertanian organik secara bertahap, ungkap Supardi.
Acara dilanjutkan dengan mengenal lebih dekat budaya dan pertanian Karangasem yang diakhiri dengan Mengibung (acara makan bersama budaya khas Karangasem untuk menjalin keakraban).

Berbagai Macam Cara Pembuatan POC (Pupuk Organik Cair)

Berbagai Macam Cara Pembuatan POC (Pupuk Organik Cair)

Bahan :

  • Urine kelinci 10 liter
  • EM4 1 Botol
  • Molases / tetes tebu 1 liter
  • Air cucian beras (leri) 10 liter 
  • Air Kelapa 10 liter
  • Kunyit 200 gram 
  • Jahe 200 gram 
  • Temu Ireng 200 gram 
  • Bawang Merah 200 gram
  • Daun kelor secukupnya

Alat :

  • Galon/Drum 15 liter 3 buah
  • Ember Plastik 3 buah 
  • Plastisin/malam secukupnya
  • Selang kecil 5 liter
  • Ulegan atau blender 
  • Pisau
Alat dan Bahan Pembuatan POC

Cara Pembuatan POC Urin Kelinci :

  1. Haluskan kunyit, temu ireng, jahe, daun kelor, dan bawang merah menggunakan ulegan atau blender. 
  2. Masukkan urin kelinci 10 liter ke dalam drum 15 liter.
  3. Tambahkan molases dan EM4 masing-masing 200 ml, kemudian aduk.
  4. Diamkan di ruang yang teduh atau tidak terkena cahaya selama 7-10 hari hingga selesai fermentasi. Sesekali buka jerigen untuk membuang gas yang ada, dan aduk selama 1 menit. 
  5. Setelah 7-10 hari, fermentasi yang berhasil ditandai saat membuka tutup jerigen tidak berbau. 

Cara Pembuatan POC Air Leri (Cucian Beras) :

  1. Masukkan 10 liter air leri (cucian beras) ke dalam wadah drum/galon. 
  2. Tambahkan EM4 dan molases atau tetes tebu, masing-masing 200 ml. 
  3. Aduk semua bahan agar tercampur, lalu tutup rapat. 
  4. Hari ke 2, buka penutup dan aduk agar gas yang terbentuk dapat keluar, lalu tutup kembali. Lakukan seperti itu hingga hari ke-10. 
  5. Proses fermentasi berjalan sukses ditandai dengan bau khas mirip tape.

Cara Pembuatan POC Air Kelapa :

  1. Masukkan 10 liter air kelapa ke dalam wadah drum atau galon. 
  2. Tambahkan EM4 dan molases atau tetes tebu masing-masing 200 ml. 
  3. Aduk semua bahan agar tercampur. Lakukan setiap hari selama 1 menit. 
  4. Diamkan di ruang yang teduh atau tidak terkena sinar matahari selama 10 hari hingga selesai fermentasi. (Hari ke 10 POC siap digunakan). 
  5. Fermentasi berhasil apabila setelah 10 hari, saat tutup dibuka berbau tape, bukan berbau busuk.

Cara Pengaplikasian POC Urine Kelinci 

Aplikasi Air Leri (cucian beras) :

Untuk Pupuk Daun : Ambil 10 ml pupuk cair cucian beras dan larutkan dalam 1 liter air. Semprot ke seluruh bagian tanaman terutama bagian bawah daun (cukup sekedar basah saja). Lakukan penyemprotan pupuk daun setiap seminggu 2 kali.

Untuk Pupuk akar : Ambil 10-20 ml pupuk cair air cucian beras, larutkan dalam 5 liter air. Siram ke media tumbuh tanaman sekitar perakaran sebanyak 250 ml (secukupnya) per tanaman. Aplikasikan seminggu sekali.

Aplikasi Urine Kelinci :

1 liter POC urine kelinci diencerkan dengan 10 liter air bersih, kemudian disemprotkan keseluruh bagian tanaman. Pemakaian umumnya dilakukan dengan penyemprotan pada bagian tanaman, terutama daun. Daun yang disemprot sebaiknya bagian bawah dilakukan pada pagi hari sebelum matahari terik. Aplikasi dapat dilakukan setiap 7-10 hari sekali.

1 liter POC urine kelinci diencerkan dengan 1 liter air bersih, kemudian dikocorkan pada tanaman.

Aplikasi Air Kelapa :

Pupuk Daun : Ambil 10 ml POC air kelapa lalu larutkan ke dalam 1 liter air. Semprotkan ke seluruh bagian tanaman . Lakukan penyemprotan setiap seminggu sekali

Pupuk Akar : Ambil 10 – 20 ml POC air kelapa lalu larutkan ke dalam 5 liter air. Siramkan ke media tanam sekitar perakaran sebanyak 250 ml Lakukan aplikasi tersebut setiap 10 hari sekali.

Photo Synthetic Bacteria (PSB): Bakteri Penghasil Energi dan Penjernih Lingkungan

Photo Synthetic Bacteria (PSB): Bakteri Penghasil Energi dan Penjernih Lingkungan

Photo Synthetic Bacteria (PSB) atau bakteri fotosintetik merupakan jenis bakteri yang mampu melakukan fotosintesis, yaitu mengubah energi cahaya menjadi energi kimia untuk kebutuhan metabolisme mereka. PSB umumnya memiliki pigmen fotosintetik seperti klorofil, bakterioklorofil, dan karotenoid yang digunakan untuk menyerap energi cahaya dan menghasilkan oksigen sebagai produk sampingan.

Bakteri fotosintetik ditemukan pada berbagai lingkungan seperti air, tanah, dan bahkan dalam kondisi ekstrem seperti di dalam vulkanik air panas atau lingkungan asam. Bakteri fotosintetik memiliki peran penting dalam lingkungan dan telah dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi, termasuk produksi biofuel, pengolahan limbah, dan pemulihan lingkungan.

  1. Produksi Biofuel dengan PSB

Bakteri fotosintetik menjadi salah satu fokus penelitian dalam pengembangan biofuel karena kemampuannya untuk menghasilkan energi melalui fotosintesis. PSB menghasilkan sejumlah besar energi dalam bentuk glukosa dan oksigen melalui fotosintesis, yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk produksi biofuel seperti etanol dan biodiesel.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Science pada tahun 2020 melaporkan bahwa bakteri fotosintetik dapat digunakan untuk menghasilkan bahan bakar terbarukan dengan biaya lebih rendah dan lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Dalam penelitian tersebut, para peneliti menggunakan bakteri fotosintetik untuk mengubah karbon dioksida dan air menjadi senyawa organik melalui fotosintesis. Senyawa organik tersebut kemudian diubah menjadi etanol dengan bantuan enzim.

  1. Pengolahan Limbah dengan PSB

PSB juga telah dimanfaatkan dalam pengolahan limbah karena kemampuannya untuk mengurangi kandungan polutan dalam limbah. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Southampton, bakteri fotosintetik digunakan untuk menghilangkan logam berat seperti merkuri dari air limbah. Para peneliti memanfaatkan kemampuan PSB untuk menyerap logam berat dari lingkungan dan mengubahnya menjadi senyawa yang lebih stabil dan tidak berbahaya.

  1. Pemulihan Lingkungan dengan PSB

Selain itu, bakteri fotosintetik juga dapat digunakan untuk memulihkan lingkungan terutama dalam mengurangi emisi karbon dioksida dan polutan lainnya di udara dan air. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Illinois, bakteri fotosintetik digunakan untuk mengurangi emisi karbon dioksida dari industri petrokimia. Para peneliti memanfaatkan kemampuan PSB untuk menyerap karbon dioksida dari udara dan mengubahnya menjadi senyawa organik yang dapat dimanfaatkan untuk produksi biofuel.

Selain itu, bakteri fotosintetik juga digunakan untuk memperbaiki kualitas tanah dengan memanfaatkan kemampuannya untuk mengurangi polusi air. PSB dapat digunakan untuk menghilangkan limbah organik dan anorganik dari air limbah serta menghilangkan zat kimia berbahaya seperti arsenik dan nitrat dari sumber air.

Selain itu, bakteri fotosintetik juga dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pertanian. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Wageningen di Belanda, bakteri fotosintetik digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Para peneliti memanfaatkan kemampuan PSB untuk mengubah nitrogen di udara menjadi senyawa nitrogen yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Hal ini dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan mengurangi penggunaan pupuk kimia yang berbahaya bagi lingkungan.

Meskipun memiliki potensi yang besar, penggunaan PSB dalam aplikasi praktis masih terbatas karena masih membutuhkan penelitian dan pengembangan lebih lanjut. Selain itu, cara yang efisien untuk mengumpulkan dan mengolah PSB untuk aplikasi tertentu juga masih menjadi tantangan.

Namun, dengan kemampuan PSB untuk menghasilkan energi dan menjernihkan lingkungan, PSB menjadi harapan sebagai alternatif energi terbarukan yang ramah lingkungan dan dapat membantu mengatasi masalah lingkungan saat ini.

Penulis : Admin BPP Mantingan

Dasar referensi artikel diatas:

Hwang, S. J., Jin, H. J., & Chang, I. S. (2019). Photosynthetic bacteria for biohydrogen production: Current state and perspectives. Bioresource technology, 277, 27-33.

Zhang, W., Song, X., Li, W., Qian, L., & Jiang, H. (2020). Microbial electrosynthesis of biofuels: Current state and prospects. Bioresource technology, 318, 124085.

Leal, M. C., Ferreira, A. C., Nunes, O. C., Reis, M. A., & Crespo, J. G. (2019). Harvesting photosynthetic bacteria for industrial applications: Promise and challenges. Bioresource technology, 275, 206-215.

Rengasamy, K. R. R., Katuri, K. P., Chavan, S. G., & Chakraborty, S. (2019). Bioremediation of industrial wastewater using photosynthetic bacteria. Chemosphere, 216, 341-351.

Ganesh Kumar, A., & Vinoth Kumar, J. (2020). Photosynthetic bacteria-mediated removal of heavy metals: a review. Environmental Science and Pollution Research, 27(6), 6076-6090.

Hidese, R., & Miyanaga, K. (2021). Photosynthetic bacteria for carbon dioxide removal and conversion into useful products. Current Opinion in Biotechnology, 67, 215-222.

Jiang, Y., Li, M., Li, Q., & Liu, X. (2019). Application of photosynthetic bacteria in agriculture: current status and future prospects. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 67(16), 4485-4492.

University of Illinois Urbana-Champaign. (2021, January 6). Photosynthetic bacteria could help produce clean hydrogen fuel. ScienceDaily. Diakses pada tanggal 17 Maret 2023 dari www.sciencedaily.com/releases/2021/01/210106135212.htm

University of Southampton. (2019, March 20). Scientists develop new method to remove mercury from contaminated water. ScienceDaily. Diakses pada tanggal 17 Maret 2023 dari www.sciencedaily.com/releases/2019/03/190320121305.htm

Wageningen University & Research. (2018, April 9). Photosynthetic bacteria improve crop yield. ScienceDaily. Diakses pada tanggal 17 Maret 2023 dari www.sciencedaily.com/releases/2018/04/180409105833.htm

Perbanyakan Agens Pengendali Hayati (APH) Beauveria bassiana, Pembuatan Bubur California, dan Biosaka

Perbanyakan Agens Pengendali Hayati (APH) Beauveria bassiana, Pembuatan Bubur California, dan Biosaka

Kamis, 23 Februari 2023 petani Desa Budug mengikuti kegiatan pembuatan Agens Pengendali Hayati (APH) Beauveria bassiana, Bubur California, dan Biosaka. Kegiatan pembuatan dilakukan di Desa Budug Kecamatan Kwadungan. Kegiatan pembuatan ini dilakukan oleh anggota Kelompok Tani Sari Sandang, dengan didampingi oleh Petugas POPT Kecamatan Kwadungan (Toha Maksum), dan PPL Desa Budug (Yuni Rahmawati).

Sebelum pembuatan dimulai, Toha Maksum menyampaikan kepada para petani agar memulai merubah cara bertaninya yaitu dengan menggunakan pestisida maupun pupuk yang terbuat dari bahan-bahan yang ramah lingkungan. Salah satu tujuan penerapan sistem pertanian ramah lingkungan adalah agar generasi mendatang mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh produktivitas dan manfaat dari sumber daya lahan sebagaimana dicapai saat ini. Kondisi tersebut hanya dapat dicapai jika kualitas lahan terjaga secara terus menerus.

Selain itu Toha Maksum juga menambahkan  pertanian ramah lingkungan berkelanjutan diperlukan sebagai suatu bentuk adaptasi dengan kondisi alam saat ini. Konsep pertanian ramah lingkungan tersebut bermuara pada kualitas tanah yang mempengaruhi :

  1. Produktivitas tanah untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan aspek hayati lainnya
  2. Memperbaiki kualitas lingkungan dalam menetralisasi kontaminan-kontaminan dalam tanah dan produk pertanian
  3. Kesehatan manusia yang mengkonsumsi produk pertanian

Setelah penyampaian arahan, kegiatan dilanjutkan dengan proses pembuatan pertama yaitu pembuatan APH Beauveria bassiana. APH ini merupakan salah satu cendawan yang ditemukan pada tanah yang menguntungkan bagi berbagai tanaman. Cendawan ini memiliki kemampuan untuk menginfeksi beragam ordo serangga yang menjadi hama tanaman tanpa menyebabkan penyakit tanaman atau merusak produk hasil tanaman. 

C:\Users\ACER\Downloads\budug\3.jpeg

Selanjutnya, proses pembuatan yang kedua adalah pembuatan Bubur California. Bahan-bahan untuk membuat bubur California yaitu belerang, kapur dan air dengan perbandingan 1 : 2 : 10. Cara Pembuatan : Air direbus sampai mendidih, setelah mendidih masukkan belerang dan kapur. Diaduk sampai warna berubah menjadi coklat kemerahan. Diamkan sampai dingin dan terpisah antara cairan dan endapan.

C:\Users\ACER\Downloads\budug\5.jpeg

Kemudian yang ketiga adalah pembuatan biosaka, proses pembuatannya dilakukan dengan cara meremas dedaunan atau rerumputan (minimal 5 jenis tanaman) di dalam air kurang lebih 5 liter selama kurang lebih 10-15 menit sampai tercampur homogen tidak mengendap, tidak berubah warna menjadi bening dan tidak mengeluarkan gas meskipun disimpan dalam waktu yang lama).