Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap penduduk dan seiring pertambahan penduduk yang diikuti dengan peningkatan produksi pangan terutama beras, Pemerintah Kabupaten Ngawi bersama Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi melakukan upaya kegiatan intensifikasi budidaya padi dengan model Optimalisasi Peningkatan Indeks Pertanaman (PIP). Percepatan Gerakan Tanam Padi didasarkan pada tersedianya varietas unggul dan teknologi terapan lain yang dapat mendorong peningkatan produksi padi dan pendapatan petani secara nasional.
Gerakan Tanam Padi bersama Bupati Ngawi dalam rangka upaya khusus peningkatan produksi padi dan ketahanan pangan nasional di Kabupaten Ngawi merupakan salah satu program yang tengah dijalankan oleh Bupati Ngawi. Kegiatan ini juga sebagai upaya mewaspadai dampak El-Nino. Gerakan ini juga disebabkan oleh realisasi tanam padi yang disebut lebih rendah 1,5% dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Dalam kegiatan ini turut dilaksanakan penyerahan secara simbolis oleh Bupati Ngawi dan Wakil Bupati Ngawi kepada kelompok tani penerima bantuan pemerintah. Adanya bantuan pemerintah tersebut diharapkan dapat meningkatan produksi pangan di Kabupaten Ngawi.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi turut mengingatkan kepada seluruh peserta terhadap pelarangan penggunaan jebakan tikus menggunakan aliran listrik. Penggunaan aliran listrik dalam pengendalian hama tikus tersebut merupakan tindakan ilegal, dan tentunya berbahya bagi masyarakat sekitar.
Sinergitas Pentahelix Akademisi PIAT UGM bersama TNI, Pelaku Usaha Tani, Pemerintah Daerah beserta Dinas Ketahanan Pangan Dan Pertanian Kabupaten Ngawi menyelenggarakan acara Panen Raya Padi Varietas Gamagora-7 (Gadjah Mada Gogo Rancah 7) di Ds. Guyung Kec. Gerih Kab. Ngawi pada 21 Desember 2023.
Varietas padi “amphibi” ini merupakan Varietas yg resmi dirilis oleh PIAT UGM dan telah mengantongi surat keputusan (SK) pelepasan varietas dari Menteri Pertanian RI, pada 28 Maret 2023. Berdasarkan demplot di Ds. Guyung Kec. Gerih Kab. Ngawi saat dilakukan Ubinan Panen menghasilkan angka 6.02 kg setara dengan 9.63 ton GKP. Selain tangguh kekeringan dan anti rebah saat musim hujan, varietas Gamagora-7 juga memiliki ketahanan terhadap hama wereng, hawar bakteri dan blast. Adanya varietas tersebut dapat mendukung program peningkatan index pertanaman padi karena juga memiliki umur genjah ≤85 hst.
Langkah selanjutnya, sinergitas antar stakeholder akan ditingkatkan dengan melakukan Scale Up Project 1.000 ha di Kabupaten Ngawi dimana tetap menggunakan prinsip Ramah Lingkungan Berkelanjutan sebagai ideologi pertanian Kabupaten Ngawi, langkah tersebut akan menjadi perhatian khusus sebagai pertimbangan peningkatan index pertanaman di Kabupaten Ngawi dalam upaya menggenjot produksi di Tahun 2024.
Menghadapi Dampak Perubahan Iklim El-Nino Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi dan Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Gerih mendorong pertain untuk segera mengolah tanah dan pergerakan tanaman padi, pada musim kemarau sebagai upaya pengamatan padi dan menjadi ketersediaan pangan.
Jawa Timur merupakan produsen padi terbesar di Indonesia dan harus terus melakukan upaya-upaya pengamanan produksi pada saat El Nino. El Nino memberikan dampak signifikan terhadap sektor pertanian dan menjadi tantangan besar karena dapat mengganggu pola cuaca yang berdampak pada produksi pertanian dan kesejahteraan petani. Oleh karena itu, pemantauan dan pemahaman yang baik tentang El Nino sangat penting agar dapat mengambil langkah-langkah pencegahan dan penyesuaian yang tepat untuk mengurangi dampaknya, salah satunya melalui percepatan tanam ini,
Penyuluh di Kecamatan Gerih langsung terjun lapangan untuk mendorong petani tanam padi di bulan September agar mengurangi dampak terkena Elnino yang dapat berpengaruh terhadap produktifitas tanam padi
Selain percepatan olah tanah dan tanam, langkah-langkahyang dapat di lakukan dengan penggunaan air irigasi, sosialisasi budidaya tanaman sesuai dengan iklim dan kondisi setempat serta meningkatkan monitoring dan pelaporan terhadap serangan OPT dan dampak kekeringan.
Hari ini telah dilaksanakan Monitoring terhadap Organisme Pengganggu Tanaman pada hamparan Lahan sawah Dusun Pudak Desa Wonokerto. Monitoring dilakukan tidak lepas dari usaha yang dilakukan oleh POPT Kecamatan Kedunggalar untuk mengantisipasi adanya serangan dari Hama Penyakit yang dapat menyerang Tanaman Padi.
Hasil yang dapat diperoleh dari pantauan hari ini tidak ditemukan gejala awal serangan penyakit pada tanaman padi di Desa Wonokerto. Namun dari sampel yang dilakukan pada tanah didapatkan bahwa masih terdapat lahan sawah yang memiliki pH dibawah normal yaitu 4,5 – 5.
Pada waktu yang bersamaan monitoring juga dilakukan di Dusun Poh Sluku Desa Bangunrejo Kidul Kecamatan Kedunggalar. Namun pada pengamatan di Desa Bangunrejo Kidul ini bertepatan dengan petani yang sedang melakukan penyiangan terhadap tanaman padi di lahan.
Pengamatan yang dilakukan berfokus pada serangan tikus yang per hari ini menjadi masalah yang sangat meresahkan di kalangan petani. Selain serangan tikus yang memang sudah menjadi musuh setiap musim, rumput liar juga menjadi pengganggu di lahan padi milik petani. Melakukan penyiangan terhadap tanaman merupakan metode yang paling aman untuk memisahkan gulma dengan tanaman utama. Inti pokok dari monitoring bersama pada lokasi berbeda yang dilakukan Personil BPP Kecamatan Kedunggalar yaitu untuk mencegah terjadinya gagal produksi pangan yang diakibatkan oleh serangan OPT maupun hal-hal lain diluar kendali Petani. Hal lain yang mendasari kegiatan ini adalah agar daya saing produksi semakin tinggi dengan saling bertemunya peteni dengan petugas untuk saling memberi Informasi sebagai bentuk sinergitas bersama.
Sistem tanam legowo adalah pola bertanam yang berselang-seling antara dua atau lebih (biasanya dua atau empat) baris tanaman padi dan satu baris kosong. Istilah Legowo di ambil dari bahasa jawa, yaitu berasal dari kata ”lego” berarti luas dan ”dowo” berarti memanjang.
Legowo di artikan pula sebagai cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan dan diselingi satu barisan kosong.
Baris tanaman (dua atau lebih) dan baris kosongnya (setengah lebar di kanan dan di kirinya) disebut satu unit legowo. Bila terdapat dua baris tanam per unit legowo maka disebut legowo 2:1, sementara jika empat baris tanam per unit legowo disebut legowo 4:1, dan seterusnya.
Pada awalnya tanam jajar legowo umum diterapkan untuk daerah yang banyak serangan hama dan penyakit, atau kemungkinan terjadinya keracunan besi. Jarak tanam dua baris terpinggir pada tiap unit legowo lebih rapat daripada baris yang di tengah (setengah jarak tanam baris yang di tengah), dengan maksud untuk mengkompensasi populasi tanaman pada baris yang dikosongkan. Pada baris kosong, di antara unit legowo, dapat dibuat parit dangkal. Parit dapat berfungsi untuk mengumpulkan keong mas, menekan tingkat keracunan besi pada tanaman padi atau untuk pemeliharaan ikan kecil (muda).
Sistem tanam legowo kemudian berkembang untuk mendapatkan hasil panen yang lebih tinggi dibanding sistem tegel melalui penambahan populasi. Selain itu, dapat mempermudah pada saat pengendalian hama, penyakit, gulma, dan juga pemupukan.
Pada penerapannya, perlu diperhatikan tingkat kesuburan tanah pada areal yang akan ditanami. Jika tergolong subur, maka disarankan untuk menerapkan pola tanaman sisipan hanya pada baris pinggir kiri dan kanannya (legowo 4:1 tipe 1). Hal ini bertujuan untuk mengurangi resiko kerebahan tanaman akibat serapan hara yang tinggi. Sedangkan pada areal yang kurang subur semua barisan disisipkan tanaman (legowo 4:1 tipe 2).
Saat ini, sistem logowo sudah mulai banyak di adopsi oleh petani di Indonesia. Banyak petani yang sudah merasakan manfaat dan keuntungannya dengan menggunakan teknik tersebut. Dengan sistem tanam legowo, populasi tanaman dapat ditingkatkan yang pada gilirannya diperoleh peningkatan hasil gabah.
Tujuan cara tanam legowo adalah :
1. Memanfaatkan sinar matahari bagi tanaman yang berada pada bagian pinggir barisan. Semakin banyak sinar matahari yang mengenai tanaman, maka proses fotosintesis oleh daun tanaman akan semakin tinggi sehingga akan mendapatkan bobot buah yang lebih berat.
2. Mengurangi kemungkinan serangan hama, terutama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka, hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya.
3. Menekan serangan penyakit. Pada lahan yang relatif terbuka, kelembaban akan semakin berkurang, sehingga serangan penyakit juga akan berkurang.
4. Mempermudah pelaksanaan pemupukan dan pengendalian hama / penyakit. Posisi orang yang melaksakan pemupukan dan pengendalian hama / penyakit bisa leluasa pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo.
5. Menambah populasi tanaman. Misal pada legowo 2 : 1, populasi tanaman akan bertambah sekitar 30 %. Bertambahnya populasi tanaman akan memberikan harapan peningkata produktivitas hasil.
Legowo 2:1
Sistem tanam legowo 2:1 akan menghasilkan jumlah populasi tanaman per ha sebanyak 213.300 rumpun, serta akan meningkatkan populasi 33,31% dibanding pola tanam tegel (25×25) cm yang hanya 160.000 rumpun/ha. Dengan pola tanam ini, seluruh barisan tanaman akan mendapat tanaman sisip.
Legowo 4:1
Tipe 1
Sistem tanam legowo 4:1 tipe 1 merupakan pola tanam legowo dengan keseluruhan baris mendapat tanaman sisipan. Pola ini cocok diterapkan pada kondisi lahan yang kurang subur. Dengan pola ini, populasi tanaman mencapai 256.000 rumpun/ha dengan peningkatan populasi sebesar 60% dibanding pola tegel (25×25) cm.
Tipe 2
Sistem tanam legowo 4:1 tipe 2 merupakan pola tanam dengan hanya memberikan tambahan tanaman sisipan pada kedua barisan tanaman pinggir. Populasi tanaman 170.667 rumpun/ha dengan persentase peningkatan hanya sebesar 6,67% dibanding pola tegel (25×25) cm. Pola ini cocok diterapkan pada lokasi dengan tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Meskipun penyerapan hara oleh tanaman lebih banyak, tetapi karena tanaman lebih kokoh sehingga mampu meminimalkan resiko kerebahan selama pertumbuhan.
Menurut Sembiring (2001), sistem tanam legowo merupakan salah satu komponen PTT pada padi sawah yang apabila dibandingkan dengan sistem tanam lainnya memiliki keuntungan sebagai berikut:
Terdapat ruang terbuka yang lebih lebar diantara dua kelompok barisan tanaman yang akan memperbanyak cahaya matahari masuk ke setiap rumpun tanaman padi, sehingga meningkatkan aktivitas fotosintesis yang berdampak pada peningkatan produktivitas tanaman.
Sistem tanaman berbaris ini memberi kemudahan petani dalam pengelolaan usahataninya seperti: pemupukan susulan, penyiangan, pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit (penyemprotan). Disamping itu juga lebih mudah dalam mengendalikan hama tikus.
Meningkatkan jumlah tanaman pada kedua bagian pinggir untuk setiap set legowo, sehingga berpeluang untuk meningkatkan produktivitas tanaman akibat peningkatan populasi.
Sistem tanaman berbaris ini juga berpeluang bagi pengembangan sistem produksi padi-ikan (mina padi) atau parlebek (kombinasi padi, ikan, dan bebek).
Meningkatkan produktivitas padi hingga mencapai 10-15%.