Kunjungan Lapang Petani Tembakau Dan Petugas Pertanian Kabupaten Ngawi Ke Kabupaten Bondowoso

Kunjungan Lapang Petani Tembakau Dan Petugas Pertanian Kabupaten Ngawi Ke Kabupaten Bondowoso

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi melaksanakan kegiatan Kunjungan Lapang Petani Tembakau ke Kabupaten Bondowoso pada tanggal 12-13 September 2022. Kunjungan Lapang yang dilaksanakan oleh Dinas ketahanan pangan dan Pertanian ini bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bondowoso, UPTD Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso, PT. Natobin Internasional Kabupaten Bondowoso, dan PT. Dwi Cahaya Tembakau Kabupaten Bondowoso. Dalam kunjungan lapangan petani tembakau ini di ikuti oleh jajaran dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi, APTI Kabupaten Ngawi, PPL Kecamatan Karangjati dan Kasreman, serta Kelompok Tani dari kecamatan Karangjati dan Kecamatan Kasreman. 

Kabupaten Bondowoso merupakan daerah penghasil Tembakau terbesar nomor 5 di Jawa Timur dengan total luas sebesar  1300 Hektar. Varietas unggulan yang dibudidayakan di Kabupaten Bondowoso dan mempunyai nilai jual tertinggi yaitu varietas Miasan 1, Maisan 2, Maisan 3, dan Maisan 4. Namun tidak hanya itu di Kabupaten Bondowoso tembakau juga dimanfaatkan untuk diversifikasi produk yang dilakukan oleh UPTD Dinas Kesehatan bagian  Pengembangan Tanaman Obat dan Pelayanan Kesehatan Tradisional Kabupaten Bondowoso. Bentuk hasil diversifikasi produk tembakau di beri nama Tobacco Divine Kretek, Tobasec, dan Incese Tobacco. Tidak hanya untuk mengendalikan serangga yang ramah lingkungan tetapi juga bisa digunakan untuk pengobatan penyakit manusia. 

Tobacco Divine Kretek menjadi salah satu produk untuk kesehatan, bahan yang digunakan yaitu daun tembakau yang mempunyai kadar nikotin tinggi, kemudian dihilangkan radikal bebasnya dengan menambahkan scavenger (zat pengikat radikal bebas) dan zat nikotin yang dibuat ukuran nano sehingga nikotin bisa keluar dan masuk melalui celah antar sel. Cara kerja nikotin adalah mengikat radikal bebas logam berat yang menjadi penyebab penyakit degenerative seperti kanker, hiperkolesterol, DM termasuk autis.

Kunjungan Lapang di PT. Natobin

Tidak hanya itu selain daunnya, batang tembakau juga bisa dimanfaatkan juga limbah tembakau lainnya yang tidak bisa di jual, namun di PT. Natobin Internasional limbah tembakau yang sudah tidak bisa digunakan lagi menurut para petani tembakau ternyata bisa diolah dan mempunyai nilai jual tinggi. PT. Natobin Internasional merupakan salah satu pabrik yang menampung limbah tembakau untuk di daur ulang dan dimanfaatkan kembali hingga produknya sudah diekspor sampai manca negara. Hal tersebut menjadi perhatian para petani tembakau untuk memanfaatkan kembali limbah yang selama ini dianggap tidak ternilai.

Kunjungan Lapang di PT. Dwi Cahaya

Kemudian ada salah satu produk tembakau yang bernilai jual tinggi yaitu Cerutu, PT. Dwi Cahaya Tembakau merupakan salah satu perusahaan yang membudidayakan tembakau untuk bahan rokok cerutu dengan konsep budidaya dengan rumah kaca. Sehingga tembakau yang dibudidayakan tidak kenal musim biasa disebut Na-Oogst (NO). Luas lahan yang dimiliki perusahaan tersebut ada 1 hektar lebih. Produksi yang dihasilkan juga sudah di ekspor sampai manca negara. 

Pemanfaatan Urine Sapi Sebagai POC (Pupuk Organik Cair)

Pemanfaatan Urine Sapi Sebagai POC (Pupuk Organik Cair)

Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, kenaikan tingkat intensifikasi serta makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha peningkatan hasil pertanian. Para ahli lingkungan hidup khawatir dengan pemakaian pupuk kimia akan menambah tingkat polusi tanah akhirnya berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Penggunaan pupuk kimia secara berkelanjutan menyebabkan pengerasan tanah. Kerasnya tanah disebabkan oleh penumpukan sisa atau residu pupuk kimia, yang berakibat tanah sulit terurai. Sifat bahan kimia adalah relatif lebih sulit terurai atau hancur dibandingkan dengan bahan organik. 

Salah satu cara yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan memanfaaatkan limbah peternakan menjadi pupuk organik, untuk mencegah semakin merosotnya kesuburan tanah. Pupuk organik padat lebih banyak dimanfaatkan pada usahatani, sedangkan limbah cair (urine) masih belum banyak dimanfaatkan. Urine sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair sehingga dapat menjadi produk pertanian yang lebih bermanfaat yang biasa disebut dengan biourine. Penggunaan mikroorganisme pada pembuatan pupuk organik cair biasanya menggunakan dekomposer yang dapat diperoleh di toko sarana pertanian

Daur ulang limbah ternak berperan dalam mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, dan secara bersamaan juga meningkatkan produksi tanaman. Suatu hal yang cukup nyata bahwa limbah ternak yang cukup banyak dapat diubah menjadi pupuk organik yang bermanfaat untuk pertanian yang dapat memberikan unsur hara dalam tanah.

Urine sapi mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh. Lebih lanjut dijelaskan bahwa urine sapi juga memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman. Karena baunya yang khas, urine sapi juga dapat mencegah datangnya berbagai hama tanaman, sehingga urine sapi juga dapat berfungsi sebagai pengendalian hama tanaman 

Urine sapi dapat diolah menjadi pupuk organik cair setelah diramu dengan campuran tertentu. Bahan baku urine yang digunakan merupakan limbah dari peternakan yang selama ini juga sebagai bahan buangan. Pemanfaatan pupuk organic Urine Sapi banyak sekali manfaatnya yaitu membantu memperbaiki struktur tanah, meningkatkan permeabilitas tanah, dan ketergantungan lahan pada pupuk anorganik, selain itu, pupuk organic juga berperan sebagai dimetabolisme di dalam sel-sel tubuh

Sistem pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk organik pada tanaman pertanian semakin lama semakin berkembang. Dalam upaya mengatasi masalah pencemaran lingkungan dan lahan pertanian tersebut, maka sistem budidaya tanaman pertanian dengan limbah ternak terutama urine sapi kini juga mulai digalakkan.

Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Urin Sapi

Peralatan

  1. Drum/Jerigen 
  2. Aerator 
  3. Selang 
  4. Kapas 
  5. Ember 
  6. Lumpang
  7. Alu 
  8. Botol bekas dan Plastikcin 

Bahan-Bahan 

  1. Urin Sapi 100 Liter 
  2. Tetes Tebu 5 Liter 
  3. Susu Segar/Kaleng 5 Liter 
  4. Terasi 1 Kg 
  5. Kunir 2 Kg
  6. Jahe 2 Kg
  7. Laos 2 Kg 
  8. Kencur 2 Kg 
  9. Temuireng 2 Kg 
  10. Dekomposer 1 Liter 
  11. PK 2 Gram

Cara Pembuatan 

  • Bahan No 5-9 ditumbuk atau diselep 
  • Semua bahan No 1-10 dicampur dalam drum 
  • Alat (Aerator), PK, Kapas dipasang sesuai urutan aliran
  • Fermentasi selama 21 hari  

Cara aplikasi 

  1. Tanaman umur 14 hst, 28 hst, 42 hst, 60 hst.
  2. 1 gelas mineral Ferinsa Plus dalam 1 (satu ) tangka 10 Liter 
  3. Volume semprot mengabut 1 Ha dengan 400 Liter air atau 28 – 29 tangki iai 14 Liter 
  4. Kebutuhan ferinsa plus untuk 1 Ha sekali semprot adalah 40 gelas air mineral atau sekitar 
Penanganan Pasca Panen Buah Pisang

Penanganan Pasca Panen Buah Pisang

Buah pisang banyak dijumpai di pasar modern, supermarket maupun pasar tradisional. Namun sering dijumpai buah pisang secara visual tidak menarik, seperti kulit yang kehitaman, terdapat bintik-bintik kecoklatan dan tergores. Hal ini disebabkan buah pisang termasuk bahan pangan yang mudah rusak akibat masih berlangsungnya proses respirasi walaupun buah tersebut sudah dipanen.

Kondisi demikian menyebabkan nilai jual pisang jatuh dan berimbas pada rendahnya pendapatan petani. Untuk itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan dan menjaga mutu pisang on farm sampai off farm. Salah satunya dengan penanganan pasca panen yang baik, seperti yang diamanatkan dalam Permentan No. 44 Tahun 2009 tentang Pedoman Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian Asal Tanaman Yang Baik ( Good Hadling Practices – GHP). Tujuan penerapan GHP adalah agar buah dapat dipertahankan mutu, daya simpan dan menekan kehilangan hasil sehingga dapat meningkatkan daya saing pisang, terutama untuk pisang bertujuan ekspor. Penanganan pasca panen yang baik akan membantu mengurangi kehilangan hasil, yang pada gilirannya dapat membantu keberhasilan agribisnis buah-buahan.

  1. Pengumpulan

Pisang yang telah dipanen dikumpulkan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung, bisa menggunakan daun pisang untuk alas agar buah pisang tidak luka dan tidak terkena sinar matahari. Sebelum dilakukan sortasi, tandan buah disisir dengan menggunakan pisau yang tajam.

  1. Sortasi dan pengkelasan (Grading)

Buah yang sudah disisir,  diseleksi dengan memisahkan buah yang tidak memenuhi syarat untuk dipasarkan, seperti buah yang rusak, terserang hama dan penyakit, busuk, buah yang tidak normal bentuk, ukuran dan tingkat ketuaannya (terlalu muda/ terlalu tua). Pengkelasan dilakukan sesuai dengan permintaan pasar.  Umumnya persyaratan mutu buah pisang yang akan diekspor adalah seragam baik tingkat ketuaan, ukuran maupun kultivarnya. Buah mempunyai bentuk bagus, ukuran dan jumlah buah/sisir tertentu, tangkai buah pada sisiran kuat, bersih, bebas dari kotoran, serangan jamur, bakteri dan serangga, bebas kerusakan (perubahan warna, cacat, memar, busuk, dll).

        3. Pemeraman

Buah pisang tergolong buah yang klimaterik artinya buah yang kurang tua saat panen, menjadi matang selama penyimpanan, hanya saja mutunya kurang baik, rasanya kurang enak dan aromanya kurang kuat. Buah yang cukup tingkat ketuaannya akan menjadi matang dalam 4-5 hari setelah dipanen tanpa perlakuan pemeraman, namun kematangan tidak seragam dan warnanya kurang menarik. Beberapa cara pemeraman yang dilakukan untuk mendapatkan pematangan buah serempak antara lain:

(a). Pemeraman tradisional

buah pisang diperam di dalam tempayan dari tanah liat diikuti dengan pengasapan secukupnya agar udara dalam tempayan menjadi panas karena panas menyebabkan buah menjadi cepat matang. Lama pemeraman antara 2-3 hari.

b). Pemeraman dengan pengemposan,

Cara ini sering  dilakukan oleh pedagang pengumpul di sentra produksi pisang. Buah pisang yang akan diempos dalam bentuk tandan, dimasukkan ke dalam lubang  dalam tanah. Untuk seratus tandan pisang ukuran lubang 2 x 3 x 3 m2, lubang ditutup dengan papan dan ditimbun dengan tanah, penutupan disisakan untuk tempat masuknya pisang. Pada ujung lubang diberi bumbung bambu untuk tempat masuknya asap. Daun kelapa dibakar, asapnya dimasukkan ke dalam bumbung bambu dengan cara dikipas. Pengasapan dilakukan 2 kali setiap 12 jam sekali, setelah pengasapan buah dibiarkan di dalam lubang selama 24 jam. Setelah 24 jam buah diangkat dari dalam lubang, diangin-anginkan, kemudian dibungkus daun pisang kering dan siap diangkut ke daerah pemasarannya.

c). Pemeraman dengan Karbit,

Karbit (CaC2) adalah bahan penghasil gas karbit yang dapat memacu kematangan buah. Pemeraman dengan karbit dilakukan di pohon atau sesudah dipanen. Bila buah masih dipohon, segumpal karbit (10 gr) diletakkan diantara sisir pisang dibagian tengah. Tandan pisang kemudian dibungkus dengan plastik atau karung dan diikat di bagian atasnya. Untuk buah yang diperam setelah panen, caranya karbit dibungkus kertas, setiap 1 ton buah pisang dipergunakan karbit sebanyak 1 kg, buah pisang kemudian ditutup dengan plastik dan dibiarkan selama 2 hari, kemudian tutup dibuka dan buah diangin-anginkan. Dalam 2-3 hari buah akan menjadi matang secara serempak.

d). Pemeraman dengan daun gamal

     buah pisang diperam disusun dalam keranjang yang diberi alas koran. Bagian atasnya diberi daun gamal kurang lebih 20% dari berat pisang yang diperam, dalam 3-4 hari buah pisang akan menjadi masak. Selain daun gamal dapat pula dipergunakan daun mindi (Melna Zedarch) atau daun picung (Pangum edule).

4. Pengemasan

Tujuan pengemasan untuk melindungi buah dari kerusakan mekanis (luka, tertusuk dan memar) juga memudahkan penanganan selama pengangkutan untuk distribusi dan pemasaran. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengangkutan:

  • Kemasan jarak dekat menggunakan keranjang bambu dengan kapasitas 3-4 sisir, namun ada yang menggunakan peti kayu berisi 150 pisang gandeng (per 2 buah).
  • Kemasan untuk pemasaran dalam negeri dianjurkan buah berupa sisiran dengan menggunakan peti kayu ukuran 19 cm x 33 cm x 23 cm dengan menggunakan lapisan lembaran plastik berlubang dan bantalan kertas potongan.
  • Kemasan untuk ekspor /Jarak jauh
  • Gunakan karton berventilasi dan lapisan plastik.
  • Setelah buah dipetik harus dicuci dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida,
  • Beri perlakuan untuk mempertahankan kesegarannya. Kemasan yang digunakan mempunyai kapasitas 18,14 kg dan 12 kg
  • Karton bagian dalam  dilapisi lilin dan untuk menghambat pematangan diberikan KmnO4 sebanyak 0,1 ml/sisir.
  • Lakukan pencegahan penyakit antraknos, dengan pencelupan ke dalam air panas suhu 55 0C selama 2 menit atau untuk pencegahan bisa menggunakan benomil 500 ppm.

  1. Penyimpanan

Bertujuan untuk menghambat proses enzimatis, dengan meniadakan terjadinya respirasi dan transpirasi. Beberapa cara penyimpanan diantaranya :

  1. Penyimpanan dengan pelapisan lilin, yaitu penyimpanan buah dengan mencelupkan ke dalam emulsi lilin yang dikombinasikan dengan pestisida. Cara ini pisang dapat tahan disimpan selama 13 hari;

(b). Penyimpanan dengan suhu rendah, suhu 10 C dan kelembaban 85-90%. Buah yang disimpan masih berwarna hijau akan bertahan selama 5 minggu dan buah yang sudah masak mempunyai daya simpan 11 hari;

c). Penyimpanan dengan menggunakan KmnO4 yaitu dengan tujuan untuk menyerap etilen yang dihasilkan oleh buah, tahan disimpan selama 3 minggu pada suhu ruang.

Source: Diseminasi Teknologi, Cybex Pertanian

Pemetaan Lahan di Desa Kwadungan dan Desa Simo Kecamatan Kwadungan

Pemetaan Lahan di Desa Kwadungan dan Desa Simo Kecamatan Kwadungan

KWADUNGAN – Dalam rangka menjaga ketahanan pangan daerah, Petugas Pemetaan Lahan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi melaksanakan pemetaan lahan sawah yang dijadwalkan di Desa Kwadungan pada tanggal 22-23 Agustus dan di Desa Simo pada 29-30 Agustus 2022 yang bertempat di salah satu rumah kelompok tani setempat.

Kegiatan dimulai dengan pembukaan serta sambutan dari Koordinator PPL wilayah Kwadungan, Agus Pasianto, SP. MMA menyampaikan tujuan dilaksanakan kegiatan pemetaan/ digitasi lahan sawah kepada perwakilan kelompok tani yang hadir dalam kegiatan tersebut. Mengingat ketersediaan lahan produktif menjadi salah satu masalah utama dalam pembangunan ketahanan pangan dan kemandirian petani Indonesia. Dengan memetakan lokasi lahan kawasan sentra tanaman pangan khususnya komoditi padi, lahan sawah nantinya akan diajukan untuk program Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Lahan sawah tersebut akan ditentukan berapa jarak maksimal dari jalan untuk dapat didirikan bangunan.

Kelompok tani yang diwakilkan oleh ketua dan salah satu pengurus sebagai narasumber mempersiapkan data lahan dan kepemilikan karena kegiatan tersebut dilaksanakan dengan menggunakan aplikasi Arcgis dengan sistem by name by address agar lebih detail dalam pendataan. 

Desa Kwadungan digarap oleh 3 kelompok tani antara lain Poktan Margo Mulyo, Poktan Margo Utomo, dan Poktan Ngudi Tani. Dahono Dolatsusanto,SP selaku staf Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi memaparkan total lahan sawah keseluruhan di Desa Kwadungan kurang lebih 119,94 ha.

Sedangkan di Desa Simo terdapat 4 kelompok tani, antara lain Poktan Tani Jaya, Poktan Tani Agung, Poktan Tani Makmur, dan Poktan Sri Kembang. Dengan total luas lahan yang dipetakan di Desa Simo Kecamatan Kwadungan kurang lebih berjumlah 137, 2 ha.

Harapannya, dengan kegiatan ini dapat menghasilkan peta yang dapat memberikan representasi akurat dari kepemilikan lahan, menghitung luas area, menghitung jarak dari satu tempat ke tempat lain, mengetahui titik koordinat lokasi tertentu serta dapat dijadikan data dukung untuk meningkatkan kualitas data pertanian.

Budidaya Tanaman Kedelai

Budidaya Tanaman Kedelai

  1. Syarat Tumbuh

Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis  tanah asal drainase (tata air) dan earasi (tata udara) tanah cukup baik, curah hujan 100 – 400 mm/bulan, suhu udara  23 – 30 ºC, kelembaban 60 – 70 %, pH tanah 5,8 – 7, ketinggian kurang dari 600 m dpl.

  1. Pengolahan Tanah

Tanaman kedelai biasanya ditanam pada tanah kering (tegalan) atau tanah persawahan. Tanah bekas  penanaman padi tidak perlu diolah (tanpa olah tanah= TOT), namun jerami padi perlu dipotong pendek. Untuk memberantas gulma perlu disemprot dengan herbisida kontak atau sistemik.

  1. Penanaman

  • Jarak Tanam

Jarak tanam : 40 cm x 25 cm atau 40 cm x 20 cm atau 40 cm x 15 cm atau 40 cm x 10 cm tergantung dari tingkat    kesuburan tanah dan umur tanaman. Begitu pula pada umur varietas, varietas yang umur pendek  (genjah), sebaiknya menggunakan jarak tanam yang lebih rapat (40 cm x 10 cm), varietas yang umur sedang sebaiknya menggunakan jarak tanam yang sedang (40 cm x 15 cm), dan varietas yang umur dalam (umur panjang), jarak tanam yang digunakan lebih renggang (40 cm x 25 cm).

  • Persiapan Benih

Varietas berbiji kecil : Gepak Kuning , Gepak Hijau. Varietas berbiji besar : Agro mulyo , Grobogan, Panderman, Anjasmoro, Burangrang, Arjasari, Mahameru. Berdasarkan potensi hasil dan kemampuan adaptasi terhadap perubahan lingkungan dianjurkan menanam VUB : Kaba, Argomolyo, Anjasmoro, Burangrang, Grobogan, dan Sinabung. Kebutuhan benih 40 kg/ha dengan daya tumbuh 90%.

Varietas unggul kedelai mempunyai sifat beragam terkait dengan ukuran biji, umur panen, potensi hasil, warna biji, daya tahan terhadap cekaman biotik atau abiotik serta daya adaptasi.

  • Penanaman dan Pemupukan Dasar

Sebelum dilakukan kegiatan penanaman, terlebih dulu diberi pupuk dasar. Pupuk yang digunakan berupa TSP sebanyak 75 kg – 200 kg/ha, KCl 50 kg – 100 kg/ha, dan Urea  50 kg/ha. Untuk menghindari hama lalat bibit, sebaiknya pada saat penanaman benih diberikan pula Furadan, Curater, atau Indofuran      kedalam lubang tanam.

Cara tanam yang  terbaik untuk memperoleh produktivitas tinggi yaitu dengan membuat lubang tanam memakai tugal dengan kedalaman antara 1,5 – 2cm. Penanaman dilakukan dengan memasukkan ke dalam lubang penanaman sebanyak 2 benih/lubang kemudian tabur dengan tanah.

Cara Menanam Kedelai Dengan Hasil Melimpah dan Unggul, Ini Dia Tipsnya ! -  Abahtani

Gambar 1. Penanaman Kedelai

  1. Pemeliharaan

Tanaman kedelai sangat memerlukan air saat perkecambahan (0–5 hari setelah tanam), stadium awal vegetatif (15–20 hari), masa pembungaan (25–35hari) dan pembentukan biji (55–70 hari). Pengairan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari.

Pada saat tanaman berumur 20 – 30 hari setelah tanam, dilakukan kegiatan penyiangan. Penyiangan dilakukan dengan cara pemantauan baik secara mekanik– konvensional atau manual atau secara kimia denganmenggunakan herbisida Penyiangan pertama dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemupukan susulan. Penyiangan kedua dilakukan setelah tanaman kedelai selesai berbunga. Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh menggunakan tangan atau kored. Selain itu, dilakukan  pula penggemburan  tanah.  Penggemburan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran tanaman.

  1. Pemupukan

Pupuk diberikan pada saat tanaman berumur 20-30 hari setelah tanam yaitu menjelang kedelai berbunga. Pemupukan dilakukan dengan cara menaburkan pupuk di sekeliling tanaman dengan jarak kurang lebih 10 cm. Dosis pupuk secara tepat adalah sebagai berikut:

  • Sawah kondisi tanah subur: pupuk Urea= 50 kg/ha.
  • Sawah kondisi tanah subur sedang: pupuk Urea= 50 kg/ha, TSP= 75 kg/ha dan KCl= 100 kg/ha.
  • Sawah kondisi tanah subur rendah: pupuk Urea= 100 kg/ha, TSP= 75 kg/ha dan KCl= 100 kg/ha.
  • Lahan kering kondisi tanah kurang subur: pupuk kandang= 2000 – 5000 kg/ha; Urea= 50 – 100 kg/ha, TSP= 50 – 75 kg/ha dan KCl= 50-75 kg/ha

  1. Pengelolaan Hama dan Penyakit

Beberapa jenis hama yang menyerang tanaman kedelai :

  • Ulat Grayak : Ulat memakan seluruh bagian daun kecuali tulang daun, sehingga daun-daun yang terserang dari jauh terlihat berwarna putih.
  • Penggerek polong: Gejala serangan yang biasa ditandai dengan masuk ke dalam polong. Selain makan polong, ulat muda juga menyerang daun-daun dan bunga. 
  • Penggerek polong kedelai : Penggerek polong dapat ditemukan dipermukaan pertanaman kedelai sejak pembungaan sampai menjelang panen.

Secara umum pengendalian hama pada tanaman kedelai dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida dilakukan bila mencapai intensitas kerusakan lebih dari 2% dan jika ditemukan 1 pasang serangga dewasa pada 20 rumpun tanaman, atau jika ditemukan 2 ulat per tanaman (tingkat serangan mencapai lebih dari 2,5%).

Beberapa jenis penyakit yang menyerang tanaman kedelai :

  • Penyakit Busuk Akar : Penyakit busuk akar disebabkan oleh jamur yang menyerang biji sebelum dan sesudah munculnya dipermukan tanah. Pembusukan pada akar dan batang menyebabkan tanaman menjadi layu pada saat perkecambahan dan tanaman dewasa.
  • Penyakit Busuk Batang : Gejala penyakit busuk batang tanaman yang sakit menunjukkan gejala penyakit berupa kerusakan pada tanaman dewasa pada bagian daun bahkan polong kedelai.
  • Penyakit Karat Daun : Gejala timbul pada daun pertama berupa bercak-bercak yang berkembang ke daun-daun di atasnya dengan bertambahnya umur tanaman. Bercak terutama terdapat pada permukaan bawah daun. Warna berupa coklat kemerahan seperti warna karat.

  1. Panen dan Pasca Panen

  • Panen

Panen dilakukan pada saat tanaman sudah masak. Umur panen kedelai ditentukan oleh jenis varietas, musim tanam, kelengasan tanah serta perlakuan agronomis, umumnya 70 – 90 hari. Kedelai masak ditandai dengan 95% polong berwarna coklat atau daun sudah berwarna kuning. Panen dimulai sekitar jam 09.00 pagi, pada saat ini air embun sudah hilang. Pangkal batang tanaman dipotong menggunakan sabit. Hindari pemanenan dengan cara mencabut tanaman, agar tanah/kotoran tidak terbawa. Hasil panen ditempatkan ditempat kering dan diberi alas terpal/plastik.

  • Pasca Panen

Ayep Zaki Tampung Hasil Panen Kedelai Petani Manggarai Barat NTT -  Jurnalglobal

Gambar 2. Penanganan Pasca Panen Kedelai

Penanganan pasca panen yang terdiri dari penjemuran brangkasan tanaman, pembijian, pengeringan, pembersihan, dan penyimpanan biji. Kedelai sebagai bahan konsumsi dipetik pada umur 75 – 100 hari, sedangkan untuk benih umur 100 – 110 hari, agar kemasakan biji benar-benar sempurna dan merata. Penjemuran yang terbaik adalah penjemuran brangkasan kedelai diberi alas terpal. Pengumpulan dan Pengeringan Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen hendaknya segera dijemur. Kedelai dikumpulkan kemudian dijemur di atas tikar, anyaman bambu, atau di lantai semen selama 3 hari. 

Sesudah kering sempurna dan merata, polong kedelai akan mudah pecah sehingga bijinya mudah dikeluarkan. Agar kedelai kering sempurna, pada saat penjemuran hendaknya dilakukan pembalikan berulang kali. Pembalikan juga menguntungkan karena dengan pembalikan banyak polong pecah dan banyak biji lepas dari polongnya. Sedangkan biji-biji masih terbungkus polong dengan mudah bisa dikeluarkan dari polong, asalkan polong sudah cukup kering. 

Penyortiran dan penggolongan terdapat beberapa cara untuk memisahkan biji dari kulit polongan. Diantaranya dengan cara memukul-mukul tumpukan brangkasan kedelai secara langsung dengan kayu atau brangkasan kedelai sebelum dipukul-pukul dimasukkan ke dalam karung, atau dirontokkan dengan alat pemotong padi. Setelah biji terpisah, brangkasan disingkirkan. Biji yang terpisah kemudian ditampi agar terpisah dari kotoran- kotoran lainnya. Biji yang luka dan keriput dipisahkan. Biji yang bersih ini selanjutnya dijemur kembali sampai kadar airnya 9-11 %. Biji yang sudah kering lalu dimasukkan ke dalam karung dan dipasarkan atau disimpan.

Sumber :

BPTP Aceh. 2009. Budidaya Tanaman Kedelai. 

BPTP Balitbangtan Sulawesi Barat. 2021. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Kedelai.

BPTP Sulawesi Selatan. 2018. Teknologi Budidaya Kedelai pada Lahan Sawah.