Kunjungan Lapang Petani Tembakau Dan Petugas Pertanian Kabupaten Ngawi Ke Kabupaten Bondowoso

Kunjungan Lapang Petani Tembakau Dan Petugas Pertanian Kabupaten Ngawi Ke Kabupaten Bondowoso

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi melaksanakan kegiatan Kunjungan Lapang Petani Tembakau ke Kabupaten Bondowoso pada tanggal 12-13 September 2022. Kunjungan Lapang yang dilaksanakan oleh Dinas ketahanan pangan dan Pertanian ini bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bondowoso, UPTD Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso, PT. Natobin Internasional Kabupaten Bondowoso, dan PT. Dwi Cahaya Tembakau Kabupaten Bondowoso. Dalam kunjungan lapangan petani tembakau ini di ikuti oleh jajaran dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi, APTI Kabupaten Ngawi, PPL Kecamatan Karangjati dan Kasreman, serta Kelompok Tani dari kecamatan Karangjati dan Kecamatan Kasreman. 

Kabupaten Bondowoso merupakan daerah penghasil Tembakau terbesar nomor 5 di Jawa Timur dengan total luas sebesar  1300 Hektar. Varietas unggulan yang dibudidayakan di Kabupaten Bondowoso dan mempunyai nilai jual tertinggi yaitu varietas Miasan 1, Maisan 2, Maisan 3, dan Maisan 4. Namun tidak hanya itu di Kabupaten Bondowoso tembakau juga dimanfaatkan untuk diversifikasi produk yang dilakukan oleh UPTD Dinas Kesehatan bagian  Pengembangan Tanaman Obat dan Pelayanan Kesehatan Tradisional Kabupaten Bondowoso. Bentuk hasil diversifikasi produk tembakau di beri nama Tobacco Divine Kretek, Tobasec, dan Incese Tobacco. Tidak hanya untuk mengendalikan serangga yang ramah lingkungan tetapi juga bisa digunakan untuk pengobatan penyakit manusia. 

Tobacco Divine Kretek menjadi salah satu produk untuk kesehatan, bahan yang digunakan yaitu daun tembakau yang mempunyai kadar nikotin tinggi, kemudian dihilangkan radikal bebasnya dengan menambahkan scavenger (zat pengikat radikal bebas) dan zat nikotin yang dibuat ukuran nano sehingga nikotin bisa keluar dan masuk melalui celah antar sel. Cara kerja nikotin adalah mengikat radikal bebas logam berat yang menjadi penyebab penyakit degenerative seperti kanker, hiperkolesterol, DM termasuk autis.

Kunjungan Lapang di PT. Natobin

Tidak hanya itu selain daunnya, batang tembakau juga bisa dimanfaatkan juga limbah tembakau lainnya yang tidak bisa di jual, namun di PT. Natobin Internasional limbah tembakau yang sudah tidak bisa digunakan lagi menurut para petani tembakau ternyata bisa diolah dan mempunyai nilai jual tinggi. PT. Natobin Internasional merupakan salah satu pabrik yang menampung limbah tembakau untuk di daur ulang dan dimanfaatkan kembali hingga produknya sudah diekspor sampai manca negara. Hal tersebut menjadi perhatian para petani tembakau untuk memanfaatkan kembali limbah yang selama ini dianggap tidak ternilai.

Kunjungan Lapang di PT. Dwi Cahaya

Kemudian ada salah satu produk tembakau yang bernilai jual tinggi yaitu Cerutu, PT. Dwi Cahaya Tembakau merupakan salah satu perusahaan yang membudidayakan tembakau untuk bahan rokok cerutu dengan konsep budidaya dengan rumah kaca. Sehingga tembakau yang dibudidayakan tidak kenal musim biasa disebut Na-Oogst (NO). Luas lahan yang dimiliki perusahaan tersebut ada 1 hektar lebih. Produksi yang dihasilkan juga sudah di ekspor sampai manca negara. 

Pemanfaatan Urine Sapi Sebagai POC (Pupuk Organik Cair)

Pemanfaatan Urine Sapi Sebagai POC (Pupuk Organik Cair)

Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, kenaikan tingkat intensifikasi serta makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha peningkatan hasil pertanian. Para ahli lingkungan hidup khawatir dengan pemakaian pupuk kimia akan menambah tingkat polusi tanah akhirnya berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Penggunaan pupuk kimia secara berkelanjutan menyebabkan pengerasan tanah. Kerasnya tanah disebabkan oleh penumpukan sisa atau residu pupuk kimia, yang berakibat tanah sulit terurai. Sifat bahan kimia adalah relatif lebih sulit terurai atau hancur dibandingkan dengan bahan organik. 

Salah satu cara yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan memanfaaatkan limbah peternakan menjadi pupuk organik, untuk mencegah semakin merosotnya kesuburan tanah. Pupuk organik padat lebih banyak dimanfaatkan pada usahatani, sedangkan limbah cair (urine) masih belum banyak dimanfaatkan. Urine sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair sehingga dapat menjadi produk pertanian yang lebih bermanfaat yang biasa disebut dengan biourine. Penggunaan mikroorganisme pada pembuatan pupuk organik cair biasanya menggunakan dekomposer yang dapat diperoleh di toko sarana pertanian

Daur ulang limbah ternak berperan dalam mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, dan secara bersamaan juga meningkatkan produksi tanaman. Suatu hal yang cukup nyata bahwa limbah ternak yang cukup banyak dapat diubah menjadi pupuk organik yang bermanfaat untuk pertanian yang dapat memberikan unsur hara dalam tanah.

Urine sapi mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh. Lebih lanjut dijelaskan bahwa urine sapi juga memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman. Karena baunya yang khas, urine sapi juga dapat mencegah datangnya berbagai hama tanaman, sehingga urine sapi juga dapat berfungsi sebagai pengendalian hama tanaman 

Urine sapi dapat diolah menjadi pupuk organik cair setelah diramu dengan campuran tertentu. Bahan baku urine yang digunakan merupakan limbah dari peternakan yang selama ini juga sebagai bahan buangan. Pemanfaatan pupuk organic Urine Sapi banyak sekali manfaatnya yaitu membantu memperbaiki struktur tanah, meningkatkan permeabilitas tanah, dan ketergantungan lahan pada pupuk anorganik, selain itu, pupuk organic juga berperan sebagai dimetabolisme di dalam sel-sel tubuh

Sistem pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk organik pada tanaman pertanian semakin lama semakin berkembang. Dalam upaya mengatasi masalah pencemaran lingkungan dan lahan pertanian tersebut, maka sistem budidaya tanaman pertanian dengan limbah ternak terutama urine sapi kini juga mulai digalakkan.

Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Urin Sapi

Peralatan

  1. Drum/Jerigen 
  2. Aerator 
  3. Selang 
  4. Kapas 
  5. Ember 
  6. Lumpang
  7. Alu 
  8. Botol bekas dan Plastikcin 

Bahan-Bahan 

  1. Urin Sapi 100 Liter 
  2. Tetes Tebu 5 Liter 
  3. Susu Segar/Kaleng 5 Liter 
  4. Terasi 1 Kg 
  5. Kunir 2 Kg
  6. Jahe 2 Kg
  7. Laos 2 Kg 
  8. Kencur 2 Kg 
  9. Temuireng 2 Kg 
  10. Dekomposer 1 Liter 
  11. PK 2 Gram

Cara Pembuatan 

  • Bahan No 5-9 ditumbuk atau diselep 
  • Semua bahan No 1-10 dicampur dalam drum 
  • Alat (Aerator), PK, Kapas dipasang sesuai urutan aliran
  • Fermentasi selama 21 hari  

Cara aplikasi 

  1. Tanaman umur 14 hst, 28 hst, 42 hst, 60 hst.
  2. 1 gelas mineral Ferinsa Plus dalam 1 (satu ) tangka 10 Liter 
  3. Volume semprot mengabut 1 Ha dengan 400 Liter air atau 28 – 29 tangki iai 14 Liter 
  4. Kebutuhan ferinsa plus untuk 1 Ha sekali semprot adalah 40 gelas air mineral atau sekitar 
Penanganan Pasca Panen Buah Pisang

Penanganan Pasca Panen Buah Pisang

Buah pisang banyak dijumpai di pasar modern, supermarket maupun pasar tradisional. Namun sering dijumpai buah pisang secara visual tidak menarik, seperti kulit yang kehitaman, terdapat bintik-bintik kecoklatan dan tergores. Hal ini disebabkan buah pisang termasuk bahan pangan yang mudah rusak akibat masih berlangsungnya proses respirasi walaupun buah tersebut sudah dipanen.

Kondisi demikian menyebabkan nilai jual pisang jatuh dan berimbas pada rendahnya pendapatan petani. Untuk itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan dan menjaga mutu pisang on farm sampai off farm. Salah satunya dengan penanganan pasca panen yang baik, seperti yang diamanatkan dalam Permentan No. 44 Tahun 2009 tentang Pedoman Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian Asal Tanaman Yang Baik ( Good Hadling Practices – GHP). Tujuan penerapan GHP adalah agar buah dapat dipertahankan mutu, daya simpan dan menekan kehilangan hasil sehingga dapat meningkatkan daya saing pisang, terutama untuk pisang bertujuan ekspor. Penanganan pasca panen yang baik akan membantu mengurangi kehilangan hasil, yang pada gilirannya dapat membantu keberhasilan agribisnis buah-buahan.

  1. Pengumpulan

Pisang yang telah dipanen dikumpulkan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung, bisa menggunakan daun pisang untuk alas agar buah pisang tidak luka dan tidak terkena sinar matahari. Sebelum dilakukan sortasi, tandan buah disisir dengan menggunakan pisau yang tajam.

  1. Sortasi dan pengkelasan (Grading)

Buah yang sudah disisir,  diseleksi dengan memisahkan buah yang tidak memenuhi syarat untuk dipasarkan, seperti buah yang rusak, terserang hama dan penyakit, busuk, buah yang tidak normal bentuk, ukuran dan tingkat ketuaannya (terlalu muda/ terlalu tua). Pengkelasan dilakukan sesuai dengan permintaan pasar.  Umumnya persyaratan mutu buah pisang yang akan diekspor adalah seragam baik tingkat ketuaan, ukuran maupun kultivarnya. Buah mempunyai bentuk bagus, ukuran dan jumlah buah/sisir tertentu, tangkai buah pada sisiran kuat, bersih, bebas dari kotoran, serangan jamur, bakteri dan serangga, bebas kerusakan (perubahan warna, cacat, memar, busuk, dll).

        3. Pemeraman

Buah pisang tergolong buah yang klimaterik artinya buah yang kurang tua saat panen, menjadi matang selama penyimpanan, hanya saja mutunya kurang baik, rasanya kurang enak dan aromanya kurang kuat. Buah yang cukup tingkat ketuaannya akan menjadi matang dalam 4-5 hari setelah dipanen tanpa perlakuan pemeraman, namun kematangan tidak seragam dan warnanya kurang menarik. Beberapa cara pemeraman yang dilakukan untuk mendapatkan pematangan buah serempak antara lain:

(a). Pemeraman tradisional

buah pisang diperam di dalam tempayan dari tanah liat diikuti dengan pengasapan secukupnya agar udara dalam tempayan menjadi panas karena panas menyebabkan buah menjadi cepat matang. Lama pemeraman antara 2-3 hari.

b). Pemeraman dengan pengemposan,

Cara ini sering  dilakukan oleh pedagang pengumpul di sentra produksi pisang. Buah pisang yang akan diempos dalam bentuk tandan, dimasukkan ke dalam lubang  dalam tanah. Untuk seratus tandan pisang ukuran lubang 2 x 3 x 3 m2, lubang ditutup dengan papan dan ditimbun dengan tanah, penutupan disisakan untuk tempat masuknya pisang. Pada ujung lubang diberi bumbung bambu untuk tempat masuknya asap. Daun kelapa dibakar, asapnya dimasukkan ke dalam bumbung bambu dengan cara dikipas. Pengasapan dilakukan 2 kali setiap 12 jam sekali, setelah pengasapan buah dibiarkan di dalam lubang selama 24 jam. Setelah 24 jam buah diangkat dari dalam lubang, diangin-anginkan, kemudian dibungkus daun pisang kering dan siap diangkut ke daerah pemasarannya.

c). Pemeraman dengan Karbit,

Karbit (CaC2) adalah bahan penghasil gas karbit yang dapat memacu kematangan buah. Pemeraman dengan karbit dilakukan di pohon atau sesudah dipanen. Bila buah masih dipohon, segumpal karbit (10 gr) diletakkan diantara sisir pisang dibagian tengah. Tandan pisang kemudian dibungkus dengan plastik atau karung dan diikat di bagian atasnya. Untuk buah yang diperam setelah panen, caranya karbit dibungkus kertas, setiap 1 ton buah pisang dipergunakan karbit sebanyak 1 kg, buah pisang kemudian ditutup dengan plastik dan dibiarkan selama 2 hari, kemudian tutup dibuka dan buah diangin-anginkan. Dalam 2-3 hari buah akan menjadi matang secara serempak.

d). Pemeraman dengan daun gamal

     buah pisang diperam disusun dalam keranjang yang diberi alas koran. Bagian atasnya diberi daun gamal kurang lebih 20% dari berat pisang yang diperam, dalam 3-4 hari buah pisang akan menjadi masak. Selain daun gamal dapat pula dipergunakan daun mindi (Melna Zedarch) atau daun picung (Pangum edule).

4. Pengemasan

Tujuan pengemasan untuk melindungi buah dari kerusakan mekanis (luka, tertusuk dan memar) juga memudahkan penanganan selama pengangkutan untuk distribusi dan pemasaran. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengangkutan:

  • Kemasan jarak dekat menggunakan keranjang bambu dengan kapasitas 3-4 sisir, namun ada yang menggunakan peti kayu berisi 150 pisang gandeng (per 2 buah).
  • Kemasan untuk pemasaran dalam negeri dianjurkan buah berupa sisiran dengan menggunakan peti kayu ukuran 19 cm x 33 cm x 23 cm dengan menggunakan lapisan lembaran plastik berlubang dan bantalan kertas potongan.
  • Kemasan untuk ekspor /Jarak jauh
  • Gunakan karton berventilasi dan lapisan plastik.
  • Setelah buah dipetik harus dicuci dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida,
  • Beri perlakuan untuk mempertahankan kesegarannya. Kemasan yang digunakan mempunyai kapasitas 18,14 kg dan 12 kg
  • Karton bagian dalam  dilapisi lilin dan untuk menghambat pematangan diberikan KmnO4 sebanyak 0,1 ml/sisir.
  • Lakukan pencegahan penyakit antraknos, dengan pencelupan ke dalam air panas suhu 55 0C selama 2 menit atau untuk pencegahan bisa menggunakan benomil 500 ppm.

  1. Penyimpanan

Bertujuan untuk menghambat proses enzimatis, dengan meniadakan terjadinya respirasi dan transpirasi. Beberapa cara penyimpanan diantaranya :

  1. Penyimpanan dengan pelapisan lilin, yaitu penyimpanan buah dengan mencelupkan ke dalam emulsi lilin yang dikombinasikan dengan pestisida. Cara ini pisang dapat tahan disimpan selama 13 hari;

(b). Penyimpanan dengan suhu rendah, suhu 10 C dan kelembaban 85-90%. Buah yang disimpan masih berwarna hijau akan bertahan selama 5 minggu dan buah yang sudah masak mempunyai daya simpan 11 hari;

c). Penyimpanan dengan menggunakan KmnO4 yaitu dengan tujuan untuk menyerap etilen yang dihasilkan oleh buah, tahan disimpan selama 3 minggu pada suhu ruang.

Source: Diseminasi Teknologi, Cybex Pertanian

Pemetaan Lahan di Desa Kwadungan dan Desa Simo Kecamatan Kwadungan

Pemetaan Lahan di Desa Kwadungan dan Desa Simo Kecamatan Kwadungan

KWADUNGAN – Dalam rangka menjaga ketahanan pangan daerah, Petugas Pemetaan Lahan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi melaksanakan pemetaan lahan sawah yang dijadwalkan di Desa Kwadungan pada tanggal 22-23 Agustus dan di Desa Simo pada 29-30 Agustus 2022 yang bertempat di salah satu rumah kelompok tani setempat.

Kegiatan dimulai dengan pembukaan serta sambutan dari Koordinator PPL wilayah Kwadungan, Agus Pasianto, SP. MMA menyampaikan tujuan dilaksanakan kegiatan pemetaan/ digitasi lahan sawah kepada perwakilan kelompok tani yang hadir dalam kegiatan tersebut. Mengingat ketersediaan lahan produktif menjadi salah satu masalah utama dalam pembangunan ketahanan pangan dan kemandirian petani Indonesia. Dengan memetakan lokasi lahan kawasan sentra tanaman pangan khususnya komoditi padi, lahan sawah nantinya akan diajukan untuk program Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Lahan sawah tersebut akan ditentukan berapa jarak maksimal dari jalan untuk dapat didirikan bangunan.

Kelompok tani yang diwakilkan oleh ketua dan salah satu pengurus sebagai narasumber mempersiapkan data lahan dan kepemilikan karena kegiatan tersebut dilaksanakan dengan menggunakan aplikasi Arcgis dengan sistem by name by address agar lebih detail dalam pendataan. 

Desa Kwadungan digarap oleh 3 kelompok tani antara lain Poktan Margo Mulyo, Poktan Margo Utomo, dan Poktan Ngudi Tani. Dahono Dolatsusanto,SP selaku staf Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi memaparkan total lahan sawah keseluruhan di Desa Kwadungan kurang lebih 119,94 ha.

Sedangkan di Desa Simo terdapat 4 kelompok tani, antara lain Poktan Tani Jaya, Poktan Tani Agung, Poktan Tani Makmur, dan Poktan Sri Kembang. Dengan total luas lahan yang dipetakan di Desa Simo Kecamatan Kwadungan kurang lebih berjumlah 137, 2 ha.

Harapannya, dengan kegiatan ini dapat menghasilkan peta yang dapat memberikan representasi akurat dari kepemilikan lahan, menghitung luas area, menghitung jarak dari satu tempat ke tempat lain, mengetahui titik koordinat lokasi tertentu serta dapat dijadikan data dukung untuk meningkatkan kualitas data pertanian.

Giat Sosialisasikan Lumbung Pangan Masyarakat

Giat Sosialisasikan Lumbung Pangan Masyarakat

Pengelolaan Lumbung pangan masyarakat  merupakan amanah dalam UU 18/2012 tentang Pangan. Lumbung pangan masyarakat sendiri adalah sarana untuk penyimpanan dan pengelolaan bahan pangan pokok sebagai cadangan pangan masyarakat untuk antisipasi terjadinya kerawanan pangan, keadaan darurat, dan gangguan produksi pada musim kemarau. 

D:\2022\DAK\sosialisasi\guyung4.jpg

Idealnya di setiap desa harus ada lumbung pangan, karena fungsinya yang sangat penting untuk cadangan pangan di tingkat desa. Di kabupaten Ngawi sendiri sudah ada sekitar 50 lumbung pangan yang tersebar di beberapa desa. Ada yang aktif dan sebagian juga tidak difungsikan sebagaimana mestinya.

D:\2022\DAK\sosialisasi\Tambakboyo1.jpg

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kab Ngawi melalui Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan gencar memberikan sosialisasi ke tingkat desa untuk memotivasi kelompok tani atau Gapoktan untuk mengoptimalkan fungsi lumbung pangan yang ada di desa. Dalam aktifitasnya nanti keberadaan lumbung pangan masyarakat diarahkan untuk mengoptimalkan penyerapan gabah petani. Diharapkan dengan berfungsinya lumbung pangan masyarakat yang ada di desa bisa untuk mewujudkan Ketahanan pangan wilayah desa dan peningkatan kesejahteraan petani.