Plant Growth Promoting Rhizobakteria (PGPR) Akar Bambu

Plant Growth Promoting Rhizobakteria (PGPR) Akar Bambu

Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) merupakan kelompok bakteri menguntungkan yang secara aktif mengkolonisasi rhizosfer. PGPR berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman, hasil panen dan kesuburan lahan (Rahni, 2012). Lingkungan rhizosfer yang dinamis dan kaya akan sumber energi dari senyawa organik yang dikeluarkan oleh akar tanaman (eksudat akar) merupakan habitat bagi berbagai jenis mikroba untuk berkembang dan sekaligus sebagai tempat pertemuan dan persaingan mikroba. Tiap tanaman mengeluarkan eksudat akar dengan komposisi yang berbeda-beda sehingga berperan juga sebagai penyeleksi mikroba; meningkatkan perkembangan mikroba tertentu dan menghambat perkembangan mikroba lainnya (Husen, 2008). Akar bambu yang sudah lapuk diduga mengandung bakteri yang mampu menghasilkan enzim selulase (terutama lingo selulase) (Iswati, 2012). PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) sebagai alternatif teknologi ramah lingkungan di lapangan.

PGPR ini pertama kali diteliti oleh Kloepper dan Schroth tahun 1978. Mereka menemukan bahwa keberadaan bakteri yang hidup di sekitar akar ini mampu memacu pertumbuhan tanaman jika diaplikasikan pada bibit/benih. Tidak hanya itu, tanaman nantinya akan beradaptasi terhadap hama dan penyakit.

Bagaimana bakteri PGPR dapat memacu pertumbuhan? 

Bakteri PGPR mampu mengikat nitrogen bebas dari alam atau istilahnya fikasi nitrogen bebas. Nitrogen bebas diubah menjadi amonia kemudian disalurkan ke tanaman. Bakteri akar ini juga mampu menyediakan berbagai mineral yang dibutuhkan tanaman seperti besi, fosfor, atau belerang. PGPR juga memacu peningkatan hormon tanaman. Peningkatan hormon tanaman inilah yang secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

CARA PEMBUATAN BIANG PGPR AKAR BAMBU:

ALAT & BAHAN 

  • Akar bambu 500 gr (untuk larutan biang sebanyak 2 liter)
  • Wadah larutan 
  • Plastik penutup dan karet ban
  • Akar bambu 

CARA PEMBUATAN :

Akar bambu dibersihkan dengan air sampai tanahnya hilang, Setelah bersih dipukul dengan bambu sampai memar Masukkan kedalam wadah dan diisi dengan 2 Liter air. Tutup rapat dengan palastik hitam dan diikat dengan karet. Simpan di tempat sejuk dan jangan dibuka selama 5 – 7 hari Biang siap pakai memiliki ciri berbau busuk.

CARA MEMBUAT LARUTAN PLANT GROWTH PROMOTING RHIZOBIUM :

ALAT & BAHAN

  • 20 liter air 
  • ½ kg dedak (bekatul) 
  • 3 bungkus terasi 
  • 2 sendok makan kapur sirih 
  • Molase (tetes tebu) Air nira gula merah atau gula pasir 2 ons

PROSEDUR 

Campur semua bahan, kemudian didihkan. Setelah dingin kemudian disaring dan, campurkan 1 liter “biang PGPR”. Tutup rapat. Diamkan 1-2 minggu, pastikan ditutup rapat tanpa ada celah udara Setelah 1-2 minggu larutan siap pakai memiliki ciri berbau masam.

PADUAN PENGGUNAAN LARUTAN PGPR

Menjelaskan Beberapa Dosis Penggunaan Larutan PGPR Sesuai Peruntukannya

  • PGPR untuk perlakuan benih (konsentrasI 10 ML larutan perliter air) perendaman 5 menit – 8 jam.
  • untuk perlakuan bibit (konsentrasI 10 ML larutan perliter air) akar stek direndam 1-3 jam.
  • untuk tanaman perkebunan (konsentrasI 50 ML larutan perliter air) disiram disekitar akar tanaman.

WhatsApp Image 2022-10-12 at 15.01.05.jpegWhatsApp Image 2022-10-12 at 15.01.09.jpeg

Akar Bambu Proses Pembuatan Biang

WhatsApp Image 2022-10-12 at 15.01.10.jpegWhatsApp Image 2022-10-05 at 15.18.20.jpeg

Biang PGPR yang berhasil

WhatsApp Image 2022-10-12 at 15.01.11.jpegWhatsApp Image 2022-10-12 at 15.01.10 (1).jpeg

Proses pembuatan larutan PGPR akar bamboo

WhatsApp Image 2022-10-12 at 15.01.12.jpeg

PGPR Akar Bambu yang berhasil

WhatsApp Image 2022-10-05 at 15.15.38.jpeg

Proses pengemasan PGPR Akar Bambu

Kunjungan Lapang Pelatihan Mesin Perajang Petani Tembakau di Kabupaten Lumajang

Kunjungan Lapang Pelatihan Mesin Perajang Petani Tembakau di Kabupaten Lumajang

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi melaksanakan kegiatan Kunjungan Lapang Pelatihan Mesin Perajang Petani Tembakau dan Petugas Pertanian ke Kabupaten Lumajang pada tanggal 20-21 Oktober Tahun 2022. Kunjungan Lapang yang dilaksanakan oleh Dinas Ketahan Pangan dan Pertanian ini bekerja sama dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Lumajang, Kelompok Tani Kabupaten Lumajang, dan Bengkel Las Sahabat Kabupaten Lumajang. Dalam kegiatan kunjungan lapang pelatihan mesin perajang ini diikuti oleh pengurus APTI Kabupaten Ngawi, kelompok tani tembakau Kecamatan Sine, Kecamatan Kendal, Kecamatan Jogorogo serta Petugas Pertanian Kabupaten Ngawi. 

Kegiatan dimulai dengan berkunjung ke Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Lumajang dan di sambut oleh Kepala Bidang Perkebunan Mami Woroarijati, SP, MP selanjutnya dari Kepala Bidang Perkebunan dan Hortikultura Dinas Ketahan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi Hendro Budi Suryawan, SP, M.M menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan yang dilaksanakan tersebut. Mengingat potensi tanaman tembakau di kabupaten ngawi cukup besar dan diharapkan bisa membangkitkan minat petani tembakau di 3 kecamatan tersebut yang sudah berpotensi tanaman tembakau.

D:\DOKUMENTASI BUNHORTI\KUNJUNGAN LAPANG LUMAJANG\drive-download-20221024T005214Z-001\DJI_0581.jpg

Kabupaten lumajang sudah mencapai kesuksesan dalam budidaya tembakau karena mempunyai kemitraan dengan salah satu perusahaan yaitu PT. Indonesia Dwi 9 hal tersebut menjadi salah satu kunci keberhasilan petani tembakau di Kabupaten Lumajang. Dalam kunjungan lapang ini di dampingi langsung oleh Ketua APTI Kabupaten Lumajang Dwi Wahyono dan Ketua kelompok tani dari Karya Tani dan Marsudi Tani. Produksi tembakau terbesar di kabupaten lumajang berada di daerah Yosowilangun kidul, Kecamatan Yosowilangun dan varietas tembakau yang banyak di tanam yaitu jenis kasturi dengan hamparan tanaman tembakau sebesar 58 Ha. Dalam satu hektarnya bisa mencapai 3 Ton produksi tembakau kering dan grade yang dihasilkan bisa mencapai 47-50 ribu per kilo untuk tahun 2022, dan juga sekali tanam per hektar yang diperoleh petani mencapai 20-25 juta. Petani tembakau di Yosowilangun Kidul sangat menjaga kualitas produksinya karena telah sukses menjalin kerja sama dengan perusahaan kemitraan agar seluruh produksi tembakau petani dapat terserap.

D:\DOKUMENTASI BUNHORTI\KUNJUNGAN LAPANG LUMAJANG\drive-download-20221024T005214Z-001\IMG_5720.jpg

Kemudian kegiatan selanjutnya ke perusahaan Bengkel Las Sahabat Kabupaten Lumajang yang menjadi salah satu produsen pembuatan mesin perajang tembakau. Di bengkel las Sahabat para petani bisa melihat proses secara langsung pembuatan mesin perajang dari awal sampai dengan perakitannya. Dan juga petani disana mendapatkan pelatihan mesin perajang secara langsung agar bisa belajar cara mengoprasikan mesin perajang tersebut di dampingi oleh pemilik bengkel las Sahabat Kabupaten Lumajang. Seiring berjalannya waktu alat perajang tembakau memiliki kemajuan dari yang manual hingga saat ini mengalami perkembangan yang lebih canggih dengan dibantu alat mesin. Hal tersebut juga menjadi penentu kualitas rajangan tembakau yang dihasilkan.

Dengan kunjungan lapang pelatihan mesin perajang petani tembakau ini diharapkan bisa menggugah minat dalam menanam kembali tembakau di kabupaten ngawi dengan kemudahan dalam proses pasca panen dengan alat mesin perajang yang sudah canggih. Sehingga bisa membuka peluang pasar kemitraan bagi petani tembakau kabupaten Ngawi, juga dapat bekerja sama dengan pihak terkait di kabupaten luamajang dalam mengupayakan dan meningkatkan mutu produksi dan tingkat kesejahteraan petani tembakau di Kabupaten Ngawi.

Pilar dan Faktor Ketahanan Pangan

Pilar dan Faktor Ketahanan Pangan

Dalam UU No. 18/2012 tentang Pangan, Ketahanan Pangan didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

Tiga pilar dalam ketahanan pangan yang terdapat dalam definisi tersebut adalah ketersediaan (availability), keterjangkauan (accessibility) baik secara fisik maupun ekonomi, dan stabilitas (stability) yang harus tersedia dan terjangkau setiap saat dan setiap tempat. Apabila ketiga pilar ketahanan pangan terpenuhi, maka masyarakat atau rumah tangga tersebut mampu memenuhi ketahanan pangannya masing-masing.

Mengacu pada definisi di atas, maka masalah ketahanan pangan dapat terjadi apabila salah satu unsur ketahanan pangan tersebut terganggu. Namun dalam realitanya, pemahaman terhadap ketahanan sering direduksi hanya ditekankan pada unsur penyediaan dan harga saja, atau bahkan ada yang hanya menekankan pada aspek yang lebih sempit yang menyamakan pengertian ketahanan pangan dengan pengertian swasembada.

Ketiga pilar ketahanan pangan tersebut harus dapat terwujud secara bersama-sama dan seimbang. Pilar ketersediaan dapat dipenuhi baik dari hasil produksi dalam negeri maupun dari luar negeri. Pilar keterjangkauan dapat dilihat dari keberadaan pangan yang secara fisik berada di dekat konsumen dengan kemampuan ekonomi konsumen untuk dapat membelinya (memperolehnya). Sedangkan pilar stabilitas dapat dilihat dari kontinyuitas pasokan dan stabilitas harga yang dapat diharapkan rumah tangga setiap saat dan di setiap tempat.

Pangan menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat di sebuah negara. Maka dari itulah, penting bagi negara tersebut untuk menjamin ketahanan pangan. Pada dasarnya ketahanan pangan adalah ketersediaan dan kemampuan seseorang untuk mengakses pangan. Di Indonesia, pengertian ketahanan pangan disebutkan secara terperinci dalam UU No.18 Tahun 2012. Untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional, setidaknya ada lima hal penting dan berpengaruh yang perlu diperhatikan.

  1. Kondisi ekonomi, politik, sosial dan keamanan

Ketahanan pangan dapat tercipta apabila aspek penting dalam suatu negara terpenuhi. Aspek ini ada empat poin yakni kondisi ekonomi, politik, sosial, dan keamanan. Sebab, apabila dari keempat aspek tersebut tidak dapat berjalan dengan baik maka dampaknya dapat meluas ke segi lainnya yang merugikan masyarakat termasuk ketahanan pangan.

2. Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana adalah hal berikutnya yang mempengaruhi ketahanan pangan. Tanpa adanya sarana dan prasarana publik yang baik, proses pendistirbusian komoditas pangan tentu akan mengalami hambatan. Misalnya, di sebuah wilayah yang sulit diakses akan membuat distribusi terganggu dan jika dibiarkan akan menyebabkan krisis pangan. Di sini, akses transportasi memang menjadi hal penting agar semua pendistribusian pangan merata ke semua wilayah. Selain sarana untuk pendistribusian, sarana ini juga penting untuk meningkatkan produktivitas komoditas pertanian. Contohnya saja, mengenai pengadaan pupuk, benih unggul, dan sebagainya.

3. Teknologi yang dikembangkan

Di zaman sekarang sangat mustahil jika tidak menggunakan teknologi dalam segala aspek kehidupan sehari-hari. Termasuk pula dalam meningkatkan ketahanan pangan di tanah air. Penggunaan teknologi dapat digunakan pada saat proses tanam hingga masa panen komoditas pangan. Tidak sampai di situ saja teknologi pertanian juga digunakan dalam hal sistem penyimpanan hasil produksi pangan yang tepat. Tujuannya adalah agar tanaman dan komoditas pangan aman selama proses pendistribusian dan digunakan oleh masyarakat. Teknologi dalam rekayasa pangan juga diperlukan dalam hal ini untuk mengembangkan varietas unggul dalam pengadaan komoditas pangan.

4. Pengadaan lahan yang tepat

Jumlah lahan juga menjadi faktor utama dalam menjaga ketahanan pangan. Jumlah lahan yang memadai dapat memungkinkan produktivitas komoditas pangan tercukupi. Sebaliknya, jika lahan ini semakin menurun maka stabilitas pangan juga dapat terganggu. Inilah yang menjadi masalah di Indonesia saat ini. Sehingga, pemerintah harus memiliki strategi baru untuk menyediakan lahan untuk pertanian. Salah satunya dapat dilakukan dengan pemanfaatan lahan rawa melalui program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi). Apabila dilakukan dengan maksimal, maka jumlah produksi padi dengan memanfaatkan lahan rawa dapat mencapai sembilan kali lipat dari sebelumnya dan ini akan membuat ketahanan pangan Indonesia menjadi kokoh.

5. Iklim dan cuaca

Selain keempat faktor di atas, hal utama dalam mempengaruhi ketahanan pangan di Indonesia adalah mengenai iklim dan cuaca. Sederhananya, apabila cuaca dan iklim dalam keadaan baik maka petani bisa menghasilkan produktivitas pertanian lebih dan persediaan pangan yang memadai. Namun, sebaliknya ketika cuaca dan iklim dalam keadaan buruk tentu hal ini akan merugikan petani dan mengganggu stabilitas ketahanan pangan. Contohnya, ketika memasuki musim kemarau berkepanjangan ini bisa dapat mengarah pada kekeringan dan potensi gagal panen lebih tinggi.

Setidaknya itulah kelima faktor utama yang dapat mempengaruhi ketahanan pangan nasional di tanah air. Dari hal di atas bisa disimpulkan bahwa dalam menjaga ketahanan pangan yang stabil diperlukan peran aktif semua pihak. Tidak hanya pemerintah saja tetapi juga para stakeholder lainnya dan dukungan penuh dari masyarakat.

Kunjungan Lapang Tembakau di Kabupaten Sumedang

Kunjungan Lapang Tembakau di Kabupaten Sumedang

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi melaksanakan kunjungan lapang ke Kabupaten Sumedang Jawa Barat pada tanggal 17-19 Oktober 2022 yang diikuti oleh perwakilan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi, Anggota APTI Kabupaten Ngawi, kelompok tani tembakau dari berbagai kecamatan di Kabupaten Ngawi seperti Kecamatan Karangjati, Kecamatan Pangkur, Kecamatan Bringin, Kecamatan Kedunggalar, Kecamatan Paron, beserta PPL wilayah binaan di daerah kelompok tersebut. Kegiatan ini bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sumedang, UPT Agribisnis Tembakau Kabupaten Sumedang, dan Kelompok Tani Tani Karya Prima Mandiri.

Kabupaten Sumedang menjadi tujuan kunjungan lapang karena tembakau menjadi salah satu unggulan komoditas terbesar di Kabupaten Sumedang sejak jaman dahulu. Sumedang merupakan satu-satunya daerah di Indonesia yang memiliki pasar tembakau, tepatnya di Jalan Pasar Lama, Kecamatan Tanjungsari. Kabid Perkebunan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sumedang menyebutkan bahwa, Pasar Tembakau Tanjungsari merupakan Bremen nya Indonesia, karena pasar tembakau di dunia hanya ada dua, yakni Pasar Tembakau Bremen, Jerman dan Pasar Tembakau Tanjungsari. Pasar tembakau awalnya ada tiga, yakni di Medan. Namun di Medan sekarang hanya melayani tembakau untuk di ekspor dan sudah menjadi PT yang dalam artian tidak lagi dikelola oleh petani. Dengan adanya pasar tembakau para petani di wilayah Sumedang tidak lagi kebingungan mengenai pemasaran. Tembakau Sumedang juga dijual ke perusahaan-perusahaan rokok terbesar di Indonesia. 

Dari 26 kecamatan di Kabupaten Sumedang, 25 kecamatan diantaranya merupakan komoditas tembakau. Tembakau yang menjadi ciri khas Kabupaten Sumedang adalah jenis tembakau Mole, begitu pula dengan daerah Jawa Barat penghasil tembakau lainnya. Indeks pertanaman tembakau di Sumedang rata-rata tiga kali dalam satu tahun. Petani tembakau Sumedang terbagi menjadi 3 yaitu: petani di dataran rendah terdiri dari petani tanam, dataran menengah merupakan petani penanam dan pengolah, dan petani di wilayah dataran tinggi merupakan petani penanam, pengolah dan pemasar. Uniknya, Desa Sukasari yang menjadi salah satu desa di Kabupaten Sumedang mempunyai tradisi Sewa Lahan ke daerah lain. Hal itu lantaran lahan tembakau di Desa Sukasari tidak begitu luas terlebih menghadapi perubahan musim. Jadi, sebagian besar lahan tembakau para petani Sukasari itu berada di luar desa Sukasari. Selain di Desa Sukasari, Desa Sukawangi juga menjadi Agrowisata di Kabupaten Sumedang. Kelompok tani tembakau dari Kabupaten Ngawi melaksanakan study banding tepatnya di rumah Ketua APTI Kabupaten Sumedang di Kelompok Tani Karya Prima Mandiri, Desa Sukawangi Kecamatan Pamulihan. Para kelompok tani saling berbagi ilmu dan pengalaman mengenai budidaya tembakau. Selain itu, kelompok tani tembakau Kabupaten Ngawi juga belajar cara rajang tembakau yang masih tradisional dan digunakan petani tembakau di Sumedang hingga saat ini. Teknik irisan tipis-tipis ini masih dipertahankan karena untuk menjaga kualitas daripada tembakau petani di Sumedang.

Harapanya, dengan adanya kunjungan ini dapat menambah bekal pengetahuan dan keterampilan bagi petani tembakau di Kabupaten Ngawi dalam budidaya tembakau, pemasaran tembakau yang dihasilkan dan dapat diterapkan di Kabupaten Ngawi.

Jumat Berkah Bersama Bupati Kabupaten Ngawi Dalam Rangka Sambang Desa Nyambung Rasa

Jumat Berkah Bersama Bupati Kabupaten Ngawi Dalam Rangka Sambang Desa Nyambung Rasa

Jum’at (21/10/2022) Bupati Ngawi, Sekda Kab. Ngawi, Dinas Ketahanan Pangan & Pertanian Kab. Ngawi beserta OPD Kab. Ngawi melaksanakan kegiatan Jum’at Berkah (Bersama Kepala Daerah) ke Kecamatan Geneng. Dengan mengendarai motor, Bupati Ngawi mengunjungi lokasi pertama yaitu Desa Dempel Kec. Geneng. Rangkaian acara di Desa Geneng dilaksanakan dengan tertib. Bupati Ngawi pun berdiskusi dengan petani mengenai program Pertanian Ramah Lingkungan Berkelanjutan (PRLB). Kemudian memberikan sumbangan ke warga dan tempat ibadah di Desa Dempel.

Lokasi berikutnya adalah Desa Kersikan, Bupati Ngawi mengecek Gedung MWC NU di Kersikan lalu meninjau lahan sawah milik petani Desa Kersikan yang telah menggunakan pupuk organic dalam pengolahan lahan sawah miliknya. Di Desa kersikan, Bupati Ngawi pun membagikan sembako ke warga dan sumbangan ke tempat ibadah. Melanjutkan perjalanan dari Kersikan, Bupati Ngawi menyempatkan untuk mengecek proyek pelebaran dan peninggian jalan di Kecamatan Kwadungan. Setelah itu, Beliau menuju Desa Tambakromo tepatnya di samping masjid Sami’na Wa Atho’naa. Beliau juga melakukan penyerahan bantuan untuk lansia dan bantuan untuk perbaikan masjid. Tak lupa juga mensosialisasikan Pertanian Ramah Lingkungan Berkelanjutan (PRLB) kepada petani Desa Tambakromo. Kegiatan diakhiri dengan sholat jum’at Bersama di masjid Sami’na Wa Atho’naa.