MOL Bonggol Pisang

MOL Bonggol Pisang

Pohon pisang oleh sebagian besar masyarakat yang dimanfaatkan hanyalah buahnya, sehingga bagian yang lainnya tidak termanfaatkan dan dibuang begitu saja menjadi limbah. Namun, bagian tanaman pisang mulai dari akar sampai daun sebenarnya memiliki banyak manfaat, contohnya adalah bonggol pisang. Bonggol pisang pada dasarnya mengandung mikroba yang bagus untuk mengurai bahan organik. Di samping itu juga dapat berfungsi sebagai tambahan nutrisi bagi tanaman, yang dikembangkan dari mikroorganisme yang berada di tempat tersebut (Panudju, 2011). Mikrobia pengurai terletak pada bonggol pisang tersebar baik bagian dalam maupun bagian luar dari bonggol pisang (Suhastyo, 2011). Maka dari itu, bonggol pisang dapat dimanfaatkan sebagai Mikroorganisme lokal (MOL) bonggol pisang. 

Jenis mikrobia yang telah diidentifikasi pada MOL bonggol pisang antara lain Bacillus sp., Aeromonas sp., dan Aspergillus nigger yang berfungsi untuk membantu dan memaksimalkan penguaraian bahan organik (Suhastyo, 2011). Mikrobia pada MOL bonggol pisang akan bertindak sebagai dekomposer bahan organik yang akan dikomposkan. Menurut Wulandari dkk. (2009) bonggol pisang mengandung karbohidrat 66,2%. Kandungan korbohidrat yang tinggi tersebut akan membantu perkembangan mikroorganisme yang baik bagi tanah. Adapun bahan yang digunakan untuk membuat MOL bonggol pisang sebagai berikut:

  1. Bonggol pisang dari tanaman sehat yang dicacah sebanyak 50 kg
  2. Air cucian beras sebanyak 100 liter
  3. Molases sebanyak 5 liter

MOL bonggol pisang siap aplikasi setelah minimal 14 hari fermentasi menggunakan instalasi aerator. MOL bonggol pisang memiliki peranan dalam masa pertumbuhan vegetatif tanaman dan tanaman toleran terhadap penyakit. Kadar asam fenolat yang tinggi membantu pengikatan ion-ion Al, Fe dan Ca sehingga membantu ketersediaan P tanah yang berguna pada proses pembungaan dan pembentukan buah (Setianingsih, 2009). Dengan menggunakan bahan yang tersedia di lingkungan sekitar, MOL bonggol pisang sangatlah murah  dengan estimasi pengeluaran biaya bahan hanya untuk molases yaitu Rp. 8.000/liter, sehingga menghemat biaya produksi. Hasil MOL bonggol pisang dalam 1 musim tanam komoditas padi hanya membutuhkan 4-6 liter/Ha. Selain itu, dengan memanfaatkan MOL bonggol pisang akan menciptakan pertanian yang ramah lingkungan sehingga produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik terutama jika dikonsumsi aman untuk kesehatan. 

Daftar Pustaka 

Setyaningsih, R. 2009. Kajian Pemanfaatan Pupuk Organik Cair Mikroorganisme Lokal (Mol) Dalam Priming, Umur Bibit Dan Peningkatan Daya Hasil Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) (Uji Coba Penerapan System Of Rice Intensification”. Tesis. Jurusan Biologi UNS

Suhastyo, A. A. 2011. Studi Mikrobiologi dan Sifat Kimia Mikroorganisme Lokal yang digunakan pada Budidaya Padi Metode SRI (System of Rice Intensification). Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 69 hal.

Wulandari D.,D.N. Fatmawati, E.N. Qolbaini, K.E. Mumpuni, & S. Praptinasari. 2009. Penerapan MOL (mikroorganisme Lokal) Bonggol Pisang sebagai Biostarter Pembuatan Kompos. PKM-P. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Pelatihan Serentak Pembuatan MOL/POC Kecamatan Bringin

Pelatihan Serentak Pembuatan MOL/POC Kecamatan Bringin

Rabu, 21 September 2022 terlaksana kegiatan Pelatihan Serentak Pembuatan MOL/POC dalam rangka Pengembangan Lumbung MOL/POC Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan di Kecamatan Bringin Tahun 2022. Lokasi Pelatihan ini di Sekretariat Gapoktan Mitra Panca Tani, Desa Mojo. Kegiatan ini selain diikuti oleh 15 orang petani, PPL, POPT juga didampingi oleh perwakilan Babinkamtibnas dan Koramil Kecamatan Bringin. 

Acara dimulai dengan mempersiapkan alat dan bahan, koordinasi sebelum memulai pelatihan, praktik pembuatan, dan terakhir ditutup oleh sambutan dari Kepala Desa Mojo, PLT Koordinator BPP Kecamatan Bringin, dan Ketua Gapoktan Mitra Panca Tani disertai diskusi tanya jawab. 

Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan POC Urine Kelinci ini yaitu : 

Alat : 

  1. Jirigen 1 buah
  2. Karung 1 buah
  3. Ember 1 buah 
  4. Kayu tumbuk 1 buah

Bahan : 

  1. Air kelapa 10 Liter 
  2. Air leri (cucian beras) 10 liter
  3. Air urine kelinci 10 liter 
  4. Tetes tebu (molases) 1 liter 
  5. EM4 1 botol 
  6. Kunyit 200 gram 
  7. Temu ireng 200 gram 
  8. Jahe 200 gram
  9. Bawang merah 2 kilogram
  10. Daun kelor secukupnya. 

Pertama siapkan alat dan bahan, lalu bahan-bahan padat dimasukkan ke dalam karung untuk ditumbuk. Selanjutnya tumbuk bahan tersebut hingga setengah halus menggunakan kayu tumbuk. Setelah halus, bahan dimasukkan ke jirigen. Dilanjutkan memasukkan air leri atau air cucian beras ke jirigen, lalu molases, air kelapa, EM4 dan terakhir masukkan urine kelinci. Lanjut dengan memasang aerator di atas jirigen. Cara kerja Aerator yaitu Udara dari Aerator masuk ke cairan PK. Dari cairan PK masuk ke kapas. Dari kapas masuk ke jirigen. Dari jirigen udara keluar di air kontrol. Lalu tutup jirigen dan biarkan berfermentasi selama 14 hari atau 2 minggu. 

Harapan dari kegiatan ini petani mau dan mampu membuat POC dan MOL secara perseorangan atau kelompok, sehingga terciptanya lumbung MOL yang dapat bermanfaat bagi petani, untuk mendukung terwujudnya pertanian ramah lingkungan berkelanjutan di Kabupaten Ngawi. Sehingga, dapat meminimalisir biaya produksi, dan pendapatan usaha tani dapat lebih maksimal. 

Penerapan Sistem Mina Padi

Penerapan Sistem Mina Padi

Era saat ini, pemaksimalan lahan pertanian amatlah penting dilakukan guna mendapatkan hasil yang maksimal. Sistem Mina Padi merupakan salah satu inovasi dalam memaksimalkan lahan pertanian terutama untuk komoditas padi. Sistem Mina Padi itu sendiri adalah teknologi tepat guna dalam rangka optimalisasi produktifitas lahan sawah melalui integrasi budidaya ikan dengan padi.

Penarapan Mina Padi dilakukan di lahan Bapak Sumarwan selaku anggota Kelompok Tani Ngudi Makmur Desa Banjaransari Kecamatan Padas. Ketertarikan Bapak Sumarwan terhadap Mina Padi tidak terlepas dari informasi yang disampaikan oleh PPL bahwa sistem Mina Padi dapat memberikan keuntungan terhadap usahatani yang dikelola. Penaburan sebanyak 1000 ekor ikan nila dan 1000 ekor ikan tombro dilakukan pada tanggal 12 September 2022 di lahan Bapak Sumarwan. Adapun bentuk kolam yaitu keliling, dimana caren berada di 4 sisi lahan padi dengan lebar 1 – 2 meter dan kedalaman 0,5 – 1 meter.

Sistem minapadi merupakan konsep budidaya yang mengintegrasikan antara budidaya ikan dan tanaman padi dalam suatu sistem budidaya, terdapat hubungan timbal balik yang menguntungkan antara ikan dengan padi, dimana ikan dapat menyediakan nutrisi bagi padi serta menyediakan pupuk dan memperbaiki struktur tanah melalui hasil metabolisme (feses) dan sisa pakan yang tidak terkonsumsi, sedangkan padi menyediakan oksigen dan tempat perlindungan bagi ikan. Selain itu, keuntungan sistem Mina Padi yaitu:

  1. Meningkatkan produksi padi dari 5 – 6 ton/Ha/ panen menjadi 8 – 10 ton/Ha/panen. 
  2. Efisiensi penggunaan pupuk, bibit padi dan pakan ikan. 
  3. Efisiensi pemanfaatan lahan padi 80%. 
  4. Tambahan pendapatan petani 15 – 60 juta/Ha. 
  5. Padi bebas pestisida dan menghasilkan produk organik. 
  6. Resiko rendah dari serangan hama. 
  7. Mempercepat perbaikan lingkungan.
  8. Mudah melakukan pengaturan air irigasi. 
  9. Memperbaiki kesuburan dan tekstur tanah. 
  10. Meningkatkan pendapatan petani.

Harapan penerapan Mina Padi di Desa banjaransari adalah sebagai percontohan bagi petani sekitarnya dalam meningkatkan kapasitasnya guna memaksimalkan ketersediaan lahan dengan mengusahakan 2 komoditas yaitu padi dan ikan. Dengan itu, pendapatan petani akan meningkat dan tujuan akhir yaitu kesejahteraan juga meningkat.  

Sumber: 

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan Dan Perikanan. 2018. Budidaya Ikan Sistem Minapadi. https://kkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/DJPB/Leaflet/minapadi.pdf

Kunjungan Lapang Petani Tembakau Dan Petugas Pertanian Kabupaten Ngawi Ke Kabupaten Bondowoso

Kunjungan Lapang Petani Tembakau Dan Petugas Pertanian Kabupaten Ngawi Ke Kabupaten Bondowoso

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi melaksanakan kegiatan Kunjungan Lapang Petani Tembakau ke Kabupaten Bondowoso pada tanggal 12-13 September 2022. Kunjungan Lapang yang dilaksanakan oleh Dinas ketahanan pangan dan Pertanian ini bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bondowoso, UPTD Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso, PT. Natobin Internasional Kabupaten Bondowoso, dan PT. Dwi Cahaya Tembakau Kabupaten Bondowoso. Dalam kunjungan lapangan petani tembakau ini di ikuti oleh jajaran dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi, APTI Kabupaten Ngawi, PPL Kecamatan Karangjati dan Kasreman, serta Kelompok Tani dari kecamatan Karangjati dan Kecamatan Kasreman. 

Kabupaten Bondowoso merupakan daerah penghasil Tembakau terbesar nomor 5 di Jawa Timur dengan total luas sebesar  1300 Hektar. Varietas unggulan yang dibudidayakan di Kabupaten Bondowoso dan mempunyai nilai jual tertinggi yaitu varietas Miasan 1, Maisan 2, Maisan 3, dan Maisan 4. Namun tidak hanya itu di Kabupaten Bondowoso tembakau juga dimanfaatkan untuk diversifikasi produk yang dilakukan oleh UPTD Dinas Kesehatan bagian  Pengembangan Tanaman Obat dan Pelayanan Kesehatan Tradisional Kabupaten Bondowoso. Bentuk hasil diversifikasi produk tembakau di beri nama Tobacco Divine Kretek, Tobasec, dan Incese Tobacco. Tidak hanya untuk mengendalikan serangga yang ramah lingkungan tetapi juga bisa digunakan untuk pengobatan penyakit manusia. 

Tobacco Divine Kretek menjadi salah satu produk untuk kesehatan, bahan yang digunakan yaitu daun tembakau yang mempunyai kadar nikotin tinggi, kemudian dihilangkan radikal bebasnya dengan menambahkan scavenger (zat pengikat radikal bebas) dan zat nikotin yang dibuat ukuran nano sehingga nikotin bisa keluar dan masuk melalui celah antar sel. Cara kerja nikotin adalah mengikat radikal bebas logam berat yang menjadi penyebab penyakit degenerative seperti kanker, hiperkolesterol, DM termasuk autis.

Kunjungan Lapang di PT. Natobin

Tidak hanya itu selain daunnya, batang tembakau juga bisa dimanfaatkan juga limbah tembakau lainnya yang tidak bisa di jual, namun di PT. Natobin Internasional limbah tembakau yang sudah tidak bisa digunakan lagi menurut para petani tembakau ternyata bisa diolah dan mempunyai nilai jual tinggi. PT. Natobin Internasional merupakan salah satu pabrik yang menampung limbah tembakau untuk di daur ulang dan dimanfaatkan kembali hingga produknya sudah diekspor sampai manca negara. Hal tersebut menjadi perhatian para petani tembakau untuk memanfaatkan kembali limbah yang selama ini dianggap tidak ternilai.

Kunjungan Lapang di PT. Dwi Cahaya

Kemudian ada salah satu produk tembakau yang bernilai jual tinggi yaitu Cerutu, PT. Dwi Cahaya Tembakau merupakan salah satu perusahaan yang membudidayakan tembakau untuk bahan rokok cerutu dengan konsep budidaya dengan rumah kaca. Sehingga tembakau yang dibudidayakan tidak kenal musim biasa disebut Na-Oogst (NO). Luas lahan yang dimiliki perusahaan tersebut ada 1 hektar lebih. Produksi yang dihasilkan juga sudah di ekspor sampai manca negara. 

Pemanfaatan Urine Sapi Sebagai POC (Pupuk Organik Cair)

Pemanfaatan Urine Sapi Sebagai POC (Pupuk Organik Cair)

Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, kenaikan tingkat intensifikasi serta makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha peningkatan hasil pertanian. Para ahli lingkungan hidup khawatir dengan pemakaian pupuk kimia akan menambah tingkat polusi tanah akhirnya berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Penggunaan pupuk kimia secara berkelanjutan menyebabkan pengerasan tanah. Kerasnya tanah disebabkan oleh penumpukan sisa atau residu pupuk kimia, yang berakibat tanah sulit terurai. Sifat bahan kimia adalah relatif lebih sulit terurai atau hancur dibandingkan dengan bahan organik. 

Salah satu cara yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan memanfaaatkan limbah peternakan menjadi pupuk organik, untuk mencegah semakin merosotnya kesuburan tanah. Pupuk organik padat lebih banyak dimanfaatkan pada usahatani, sedangkan limbah cair (urine) masih belum banyak dimanfaatkan. Urine sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair sehingga dapat menjadi produk pertanian yang lebih bermanfaat yang biasa disebut dengan biourine. Penggunaan mikroorganisme pada pembuatan pupuk organik cair biasanya menggunakan dekomposer yang dapat diperoleh di toko sarana pertanian

Daur ulang limbah ternak berperan dalam mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, dan secara bersamaan juga meningkatkan produksi tanaman. Suatu hal yang cukup nyata bahwa limbah ternak yang cukup banyak dapat diubah menjadi pupuk organik yang bermanfaat untuk pertanian yang dapat memberikan unsur hara dalam tanah.

Urine sapi mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh. Lebih lanjut dijelaskan bahwa urine sapi juga memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman. Karena baunya yang khas, urine sapi juga dapat mencegah datangnya berbagai hama tanaman, sehingga urine sapi juga dapat berfungsi sebagai pengendalian hama tanaman 

Urine sapi dapat diolah menjadi pupuk organik cair setelah diramu dengan campuran tertentu. Bahan baku urine yang digunakan merupakan limbah dari peternakan yang selama ini juga sebagai bahan buangan. Pemanfaatan pupuk organic Urine Sapi banyak sekali manfaatnya yaitu membantu memperbaiki struktur tanah, meningkatkan permeabilitas tanah, dan ketergantungan lahan pada pupuk anorganik, selain itu, pupuk organic juga berperan sebagai dimetabolisme di dalam sel-sel tubuh

Sistem pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk organik pada tanaman pertanian semakin lama semakin berkembang. Dalam upaya mengatasi masalah pencemaran lingkungan dan lahan pertanian tersebut, maka sistem budidaya tanaman pertanian dengan limbah ternak terutama urine sapi kini juga mulai digalakkan.

Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Urin Sapi

Peralatan

  1. Drum/Jerigen 
  2. Aerator 
  3. Selang 
  4. Kapas 
  5. Ember 
  6. Lumpang
  7. Alu 
  8. Botol bekas dan Plastikcin 

Bahan-Bahan 

  1. Urin Sapi 100 Liter 
  2. Tetes Tebu 5 Liter 
  3. Susu Segar/Kaleng 5 Liter 
  4. Terasi 1 Kg 
  5. Kunir 2 Kg
  6. Jahe 2 Kg
  7. Laos 2 Kg 
  8. Kencur 2 Kg 
  9. Temuireng 2 Kg 
  10. Dekomposer 1 Liter 
  11. PK 2 Gram

Cara Pembuatan 

  • Bahan No 5-9 ditumbuk atau diselep 
  • Semua bahan No 1-10 dicampur dalam drum 
  • Alat (Aerator), PK, Kapas dipasang sesuai urutan aliran
  • Fermentasi selama 21 hari  

Cara aplikasi 

  1. Tanaman umur 14 hst, 28 hst, 42 hst, 60 hst.
  2. 1 gelas mineral Ferinsa Plus dalam 1 (satu ) tangka 10 Liter 
  3. Volume semprot mengabut 1 Ha dengan 400 Liter air atau 28 – 29 tangki iai 14 Liter 
  4. Kebutuhan ferinsa plus untuk 1 Ha sekali semprot adalah 40 gelas air mineral atau sekitar