Rabu, 20 Juli 2022 Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Ngawi Bidang Penyuluhan bersama dengan Penyuluh dari Balai Penyuluhan Pertanian Kec. Geneng menggelar kegiatan sharing petani ke petani atau tukar pengalaman antar petani di Poktan Dewi Sri desa Geneng.
Kegiatan ini dihadiri oleh 50 orang anggota dan pengurus Poktan Sedyo Rukun, Poktan Dewi Sri desa Geneng dan Poktan Rukun Tani desa Tepas. Adapun tempat kegiatan ini dilangsungkan di rumah ketua kelompok tani Dewi Sri. Sharing antar petani bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman petani, serta mendorong petani agar dapat memaksimalkan potensi di bidang pertanian dengan teknologi yang sudah berkembang.
Acara dimulai dengan sambutan oleh Bidang Penyuluhan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kab. Ngawi dan sambutan oleh Koordinator PPL BPP Kec. Geneng. Materi utama dalam sharing petani ke petani adalah pembuatan pupuk kompos dan persemaian padi dengan sistem dapog/tray yang disampaikan oleh pemateri Bapak Suwoto, SP.
Setelah pemaparan materi dan dilanjutkan dengan praktek, peserta kemudian melakukan sharing atau diskusi dengan pemateri dan sesama petani lain tentang metode pertanian yang ramah lingkungan namun tetap dengan hasil produksi yang memuaskan.
Minggu, 17 Juli 2022 dilaksanakan kegiatan gerakan pengendalian OPT tikus di desa Sumberbening. Kegiatan tersebut diikuti bersama anggota Gapoktan Sumber Rejeki, POPT, PPL, Perangkat Desa, dan Babinsa. Alat dan bahan yang digunakan yaitu empos, jerami kering, sekam, dan belerang.
Gerdal yang dilakukan yakni dengan cara gropyokan. Dengan cara melakukan pemburuan langsung atau membunuh tikus secara langsung. Gropyokan kali ini menggunakan alat emposan dengan sumber panas berasal dari gas elpiji dengan racun asapnya menggunakan belerang.
Proses pembuatannya belerang yang dicampur sekam dan jerami dimasukkan dalam empos lalu dibakar. Setelah dibakar ditutup, dinyalakan alatnya, lalu ujung alat empos diarahkan ke lubang aktif tikus, kipas di alat empos dinyalakan, setelah selesai di empos, lubang tikus ditutup. Tikus mati dalam liang.
Dengan adanya gerdal ini diharapkan hama tikus dapat terkendali. Sehingga tidak akan merusak tanaman padi petani dan tidak mengakibatkan kerugian atau gagal panen bagi petani.
Untuk meningkatkan Kapasitas dan Kompetensi Aparatur Dinas Ketahanan Pangan Dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Ngawi khususnya Penyuluh Pertanian dan dalam rangka mendukung misi visi Bapak Bupati Ngawi yaitu Pertanian Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan maka dilaksanakan pelatihan bagi Aparatur dengan mengambil tema Pertanian Ramah Lingkungan dalam Upaya Meningkatkan Produksi dan Pendapatan Petani. Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 15 Juni 2022 – 17 Juni 2022 yang dibagi menjadi 2 angkatan dan setiap angkatan terdiri dari 30 orang.
Adapun Narasumber Pelatihan Bagi Aparatur dari Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu dan Penyuluh Pertanian (PPL) yang telah mengikuti Bimbingan Teknis dan Diklat sesuai dengan materi yang disampaikan.
Materi yang disampaikan antara lain:
Kesuburan Lahan dan Pemupukan dilanjutkan Praktek Penggunaan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) dan Perangkat Uji Pupuk (PUP) tujuan dari materi ini adalah mengukur kondisi dan status hara dalam tanah sebelum melakukan pemupukan sehingga dapat ditentukan dosis rekomendasi pemupukan dan penggunaan PUP untuk mengukur kandungan hara dalam pupuk tersebut.
Penumbuhan agen hayati sebagi sumber pupuk organik juga disampaikan agar penyuluh memahami jenis agen hayati yang dapat digunakan dan mengetahui peran dari agen hayati tersebut
Mitigasi Iklim, materi ini disampaikan un tuk mempelajari bagaimana memprediksi iklim dan cuaca dan bagaimana langkah-langkah untuk membuat keputusan tentang usaha tani baik dari segi jenis komoditas ataupun penentuan varietasnya agar iklim tidak menurunkan produksi.
Korporasi Petani, materi tentang korporasi bertujuan bagaimana petani dapat melakukan korporasi untuk meningkatkan nilai tawar dan memperpendek rantai pemasaran hasil panennya sehingga pendapatan petani dapat ditingkatkan, materi selanjutnya adalah tentang BPP Kostratani tujuan materi ini adalah memberikan penjelasan tentang fungsi BPP yang semakin dituntut untuk lebih meningkatkan fungsi dan peran BPP dan penyuluh, BPP selain sebagai rumah bagi penyuluh dan petani juga sebagai tempat konsultasi baik kegiatan on farm maupun konsultasi agribisnis, BPP juga sebagai tempat konsultasi inovasi teknologi pertanian yang akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam usaha tani.
Dalam rangka mendukung misi visi Kabupaten Ngawi Pertanian Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan, Dinas Ketahanan Pangan Dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Ngawi melaksanakan Pelatihan Tematik Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) dengan memanfaatkan limbah organik yang ada disekitar kita.
Dengan semakin berkurangnya subsidi untuk pupuk maka jumlah pupuk bersubsidi juga semakin berkurang selain itu dengan kondisi tanah kita yang sudah sakit maka perlu dilakukan langkah untuk mencari solusi dari semua permasalahan itu. Apabila tanah sudah sehat maka penggunaan pupuk kimia tidak terlalu banyak untuk memberikan daya dukung terhadap usaha tani yaitu dengan meningkatnya produksi secara kuantitas dan kualitas. Tanah dikatakan sehat bilamana kandungan bahan organik nya minimal 5% dan tanah kita masih membutuhkan tambahan bahan organik tersebut untuk mencapai 5%, untuk itulah pelatihan dilaksanakan dengan tema pembuatan pupuk organik cair (POC) agar limbah yang ada disekitar kita dapat dimanfaatkan yaitu dengan diproses menjadi Pupuk Organik Cair (POC) dan penggunaan POC akan mengurangi penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan produk hasil pertanian dengan kualitas yang lebih sehat karen semakin sedikitnya residu kimia.
Pelatihan ini dilaksanakan secara serentak di 19 BPP mulai dari tanggal 18 Mei 2022 – 31 Mei 2022 dengan menghadirkan kelompok tani untuk memberikan materi tentang manfaat pupuk organik, jeni-jenis pupuk organik, bahan dan cara pembuatan POC, manfaat dan cara aplikasi POC. Setelah pemberian materi dilanjutkan dengan praktek pembuatan POC.
Dalam Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) membutuhkan bahan-bahan yaitu : (1) Air Cucian Beras, (2) Air Kelapa dan (3) Air urine kelinci (uci). Pembuatan POC dengan berbagai bahan dasar ini dibuat secara terpisah sehingga setelah jadi dan diaplikasikan ke tanaman akan dapat dijadikan studi POC dari jenis bahan yang mana yang baik untuk pertumbuhan vegetatif, pertumbuhan generatif dan yang mana yang sesuai untuk meningkatkan produksi secara kuantitas dan kualitas produk pertanian. Penggunaan POC akan mengurangi penggunaan pupuk kimia sehingga mengurangi biaya produksi dan hal ini akan berdampak meningkatkan keuntungan secara analisa usaha tani serta lebih menyehatkan tanah karena dengan mengurangi residu kimia di dalam tanah, memnafaat limbah sehingga dari limbah menjadi berkah.
Dalam melaksanakan program Kementerian Pertanian yaitu Pengukuran Susut Hasil Komoditi Tanaman Pangan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi bersama perwakilan dari Kementerian Pertanian dan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur melaksanakan Pengukuran Susut Hasil Komoditi Tanaman Pangan di Desa Klampisan, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi (14/7/2022) yang dibantu oleh BPP Kecamatan Geneng dan Petugas Data Tanaman Pangan. Pemilihan Kabupaten Ngawi berdasarkan atas rekomendasi dari Kementerian Pertanian, dikarenakan Kabupaten Ngawi merupakan salah satu lumbung pangan beras di Jawa Timur.
Pelaksanaan pengukuran susut hasil ini dilakukan pada komoditas padi varietas Inpari 32, dengan beberapa metode antara lain:
Susut akibat perontokan menggunakan Power Thresher Mobile
Pelaksanaan dilakukan dengan perontokan padi yang telah dipanen menggunakan Power Thresher Mobile, susut yang dihitung adalah sisa-sisa gabah yang tercecer di sekitar alat baik di atas terpal maupun karung yang sudah dipersiapkan. Penghitungan susut dilakukan dengan beberapa komponen sebelum dilakukan penimbangan gabah yang tercecer. Perlakuan ini dilakukan sebanyak dua kali ulangan.
Susut panen dengan menggunakan sabit bergerigi
Pelaksanaan susut panen menggunakan sabit bergerigi dilakukan dengan ubinan terlebih dahulu dengan luasan 2,5 m x 2,5 m, kemudian meletakkan 9 papan berukuran 40 cm x 14 cm di tengah kotak ubinan. Kemudian dilakukan pemanenan dengan memotong batang padi menggunakan sabit dan mengambil ceceran gabah yang terjatuh di atas papan dan jerami yang terjatuh di atas lahan. Kemudian dilakukan penghitungan berat gabah yang tercecer. Perlakuan ini dilakukan sebanyak dua kali ulangan.
Susut panen dengan Combine Harvester Besar
Pelaksanaan susut panen dilaksanakan dengan menggunakan alat panen Combine Harvester Besar, metode ini dilakukan dengan menjalankan alat seperti halnya panen biasa. Dilakukan peletakkan 9 papan yang dicecer sepanjang lintasan CHB yaitu 40 meter hal ini untuk menampung gabah yang tercecer di bawah lintasan alat, dan pada bagian belakang alat dipasang layar atau terpal untuk menampung kotoran jerami yang keluar dari alat pada saat CHB dijalankan sejauh 5 meter. Metode ini dilakukan sebanyak empat kali ulangan.
Hasil sementara pada kegiatan pengukuran susut panen tersebut didapatkan bahwa gabah yang susut di Kabupaten Ngawi tergolong kecil atau rendah, dengan nilai susut terendah yaitu pada metode dengan menggunakan Combine Harvester Besar. Hal tersebut dikarenakan pemilihan varietas padi yang cocok untuk dilakukan pemanenan menggunakan alat besar, dan juga kemampuan operator alat yang cukup baik. Untuk melakukan perbandingan, diharapkan dapat dilakukan kegiatan susut hasil komoditi di Kabupaten Ngawi pada lokasi dan varietas yang berbeda.
Organisme pengganggu tanaman (opt) merupakan faktor utama yang berpengaruh pada penurunan produksi suatu komoditi, dalam hal ini tanaman pangan (padi). Wereng batang coklat berkembangbiak secara sexual, masa pra peneluran 3-4 hari untuk brakiptera (bersayap kerdil) dan 3-8 hari untuk makroptera (bersayap panjang). Telur biasanya diletakkan pada jaringan pangkal pelepah daun, tetapi kalau populasinya tinggi telur diletakkan di ujung pelepah dan tulang daun.
Telur diletakkan berkelompok, satu kelompok telur terdiri dari 3-21 butir. Satu ekor betina mampu meletakkan telur 100-500 butir. Telur menetas setelah 7-10 hari. Muncul wereng muda yang disebut nimfa dengan masa hidup 12-15 hari dan setelah fase ini menjadi wereng dewasa.
Dalam perkembangan hidupnya, wereng batang coklat mempunyai tiga stadium pertumbuhan yaitu stadium telur, nimfa dan dewasa. Gambar berikut menjelaskan siklus hidup hama wereng batang coklat pada suatu daerah tertentu, dengan adanya keadaan tersebut, maka pada senin, 11 juli 2022 kelompoktani (poktan) bersama petugas pengamat opt (popt) kecamatan gerih dan ppl melakukan gerakan pengandalian wbc yang dilakukan serentak pada hamparan poktan tani makmur.
Foto Gerdal WBC di Gerih
Pada kegiatan tersebut di berikan pestisida dari dinas ketahanan pangan dan pertanian ngawi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian wbc antara lain:
1 tepat sasaran, sasaran pada pengendalian wbc ada di pangkal rumpun, sehingga penyemprotan pestisida harus di bagian bawah tanaman.
Tepat mutu, pestisida yang digunakan harus bermutu baik, terdaftar dan diijinkan oleh komisi pupuk dan pestisida.
Tepat jenis pestisida, jenis pestisida yang digunakan sesuai anjuran untuk mengendalikan opt tertentu tersebut. Jenis pestisida untuk pengendalian wbc antara lain applaud, basa, dll yang memiliki kandungan bahan aktif buprofzin, bbmc, abamectin.
Tepat waktu, pengendalian opt harus disesuaikan dengan kondisi serangan dan populasinya. Pengendalian dilakukan bila ada populasi opt.
Waktu penyemprotan dilakukan pada pagi atau sore hari.
Tepat dosis konsentrasi, dosis atau konsentrasi pestisida berpengaruh pada daya bunuh terhadap opt. Sebaiknya diberikan sesuai dengan dosis anjuran.
Tepat cara penggunaan pada umumnya pestisida diaplikasikan dengan cara di semprot (menggunakan hand sprayer). Pada saat aplikasi juga harus memperhatikan arah angin dan kondisi cuaca untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Kegiatan seperti ini memang perlu di lakukan untuk mengendalikan serangan hama wereng pada areal tanaman padi dan mencegah agar serangan hama wereng tidak menyebar ke areal tanaman padi secara luas. Wereng menjadi hama yang ditakuti oleh petani karena serangan populasi wereng pada tanaman padi bisa menyebabkan puso sehingga petani mengalami gagal panen.