Budidaya Cabai Merah

Budidaya Cabai Merah

Cabai merah (Capsicum annuum) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki banyak manfaat, bernilai ekonomi tinggi dan mempunyai prospek pasar yang menarik. Buah cabai selain dapat dikonsumsi segar untuk campuran bumbu masak juga dapat diawetkan misalnya dalam bentuk acar, saus, tepung cabai dan buah kering.

Cabai merah cocok dibudidayakan, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, pada lahan sawah atau tegalan dengan ketinggian 0–1000m dpl. Tanah yang baik untuk pertanaman cabai adalah yang berstruktur remah ataugembur, subur, kaya akan bahan organik, pH tanah antara6-7.Kandungan air tanah juga perlu diperhatikan.Hal tersebut berhubungan dengan tempat tumbuh tanaman cabai (sawah atau tegalan).Tanaman cabai yang dibudidayakan disawah sebaiknya ditanam pada akhir musim hujan, sedangkan di tegalan ditanam padamusim hujan. Dengan pemilihan musim tanam yang tepat, diharapkan pada saat pertumbuhan tanaman, kandungan air sawah tidak berlebihan dan ditanah tegalan masih cukup air untuk pertumbuhan cabai.

1.   Varietas yang Dianjurkan

Varietas yang dapat digunakan untuk budidaya cabai merah antaralain adalah Lembang–1, Tanjung–2, Hot Chilli, Hot Beauty dan lain sebagainya. Kebutuhan benih sebesar 250-350 g/ha.

2.   Persemaian

Sebelum disemai, benih direndam dahulu dalam air hangat (50°C)atau larutan Previcur N (1 cc/l) selama satu jam. Benih disebar secara merata pada bedengan persemaian dengan media berupa campuran tanah dan pupuk kandang/kompos (1:1), kemudian ditutup dengan daunpisang selama 2-3 hari. Bedengan persemaian diberi naungan/atap dari screen/kasa/plastik transparan kemudian persemaian ditutup dengan screen untuk menghindari serangan OPT. Setelah berumur 7-8 hari, bibit dipindahkan ke dalam bumbunan daun pisang/pot plastik dengan media yang sama (tanah dan pupuk kandang steril). Penyiraman dilakukan setiap hari. Bibit siap ditanam dilapangan setelah berumur 4-5 minggu.

3.   Pengolahan Lahan

  1. Lahan kering/tegalan

Lahan dicangkul sedalam 30-40 cm sampai gembur kemudian dibuat bedengan-bedengan dengan lebar1-1,2 m,tinggi 30 cm, dan jarak antar bedengan 30 cm.Lubang tanam dibuat dengan jarak tanam (50-60 cm) x (40-50 cm) atau 50 cm x 70 cm, sehingga dalam tiap bedengan terdapat 2 baris tanaman.

  1. Lahan sawah

Tanah dicangkul sampai gembur kemudian dibuat bedengan-bedengan dengan lebar 1,5 m dan antara bedengan dibuat parit sedalam 50 cm dan lebar 50 cm.Dibuat lubang tanam dengan jarak tanam 50 cm x 40cm. Bila pH tanah kurang dari 5,5 dilakukan pengapuran menggunakan Kaptan/Dolomit dengan dosis 1,5 ton/ha pada 3-4 minggu sebelum tanam(bersamaan dengan pengolahan tanah dengan cara disebar dipermukaan tanah dan diaduk rata).

4.   Pemupukan

  1. Untuk penanaman cabai secara monokultur dilahan kering

Pupuk dasar yang diberikan berupa pupuk kandang kuda atau sapi sebanyak 20–40 ton/ha dan pupuk buatan TSP 200–225kg/ha diberikan sebelum tanam. Pupuk susulan berupa Urea 100–150 kg/ha, ZA 300–400 kg/ha,dan KCl 150–200 kg/ha diberikan 3 kali pada umur 3, 6 dan 9 minggu setelah tanam.

  1. Untuk penanaman cabai secara tumpang gilir dengan bawang merah

Bawang merah: pupuk kandang kuda atau sapi 10–20 ton/ha danTSP 150–200 kg/ha diberikan 7 hari sebelum tanam, kemudian Urea 150–200 kg/ha, ZK 400–500 kg/ha dan KCl 150–200 kg/ha diberikan pada umur 7 dan 25 hari setelah tanam masing-masing ½ dosis.

Cabai merah: pupuk kandang kuda atau sapi 10–15 ton/ha dan TSP100–150 kg/ha diberikan seminggu setelah tanam. Urea 100–150kg/ha, ZA 300 – 400 kg/ha dan KCl 100 – 150 kg/ha diberikan pada umur 4,7dan10 minggu setelah tanam.

  1. Untuk penanaman cabai secara tumpangsari dengan kubis atau tomat

Pupuk kandang kuda atau sapi 30 – 40 ton/ha dan NPK 15:15:15 sebanyak 700 kg/ha diberikan seminggu sebelum tanam dengan cara disebar dan diaduk secara rata dengan tanah. Pupuk susulan diberikan dalam bentuk pupuk NPK 15:15:15   yang dicairkan (1,5-2 g/l air), dengan volume semprot 4000 l larutan/ha. Pupuk tersebut diberikan mulai umur 6 minggu sebelum tanam dan diulang tiap10-15 hari sekali.

5.   Penggunaan Mulsa

Mulsa digunakan untuk menjaga kelembaban, kestabilan mikroba tanah, mengurangi pencucian unsur hara oleh hujan dan mengurangi serangan hama. Mulsa dapat berupa jerami setebal 5 cm (10 ton/ha) pada musim kemarau, yang diberikan dua minggu setelah tanam atau berupa mulsa plastik hitam perak untuk musim kemarau dan musim hujan.

6.   Pemeliharaan

Penyulaman dilakukan paling lambat 1–2 minggu setelah tanam untuk mengganti bibit yang mati atau sakit. Pengairan diberikan dengan cara dileb (digenangi) atau dengan disiram perlubang. Penggemburan tanah atau pendangiran dilakukan bersamaan dengan pemupukan kedua atau pemupukan susulan. Pemberian ajir dilakukan untuk menopang berdirinya tanaman. Tunas air yang tumbuh di bawah cabang utama sebaiknya dipangkas.

7.   Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)

OPT penting yang menyerang tanaman cabai antara lain kutu kebul,thrips,kutu daun,ulat grayak,ulat buah tomat,lalat buah,antraknose,penyakit layu, virus kuning, dsb. Pengendalian OPT dilakukan tergantung pada OPT yang menyerang. Beberapa cara yang dapat dilakukan, antara lain:

  • Penggunaan border 4–6 baris jagung
  • Penggunaan musuh alami (predator:Menochilussex maculatus)
  • Penggunaan perangkap (kuning, methyleugenol)
  • Penggunaan pestisida nabati
  • Penggunaan pestisida kimia sesuai kebutuhan dengan dosis yang sesuai petunjuk. Pengendalian dengan pestisida harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis,volume semprot,cara aplikasi,interval maupun waktu aplikasinya

8.   Panen dan Pasca Panen

Cabai merah dapat di panen pertama kali pada umur 70–75 harisetelah tanam di dataran rendah dan pada umur 4–5 bulan di dataran tinggi, dengan interval panen 3–7 hari. Buah rusak yang disebabkan oleh lalat buah atau antraknos sebaiknya langsung dimusnahkan. Buah yang akan dijual segar sebaiknya dipanen matang. Buah yang dikirim untuk jarak jauh dipanen matang hijau. Buah yang akan dikeringkan dipanen setelah matang penuh.

Sortasi dilakukan untuk memisahkan buah cabai merah yang sehat, bentuk normal dan baik dengan buah yang kualitasnya tidak baik. Pengemasan cabai untuk transportasi jarak jauh sebaiknya mengggunakan kemasan yang diberi lubang angin yang cukup atau menggunakan karung jala. Apabila hendak disimpan sebaiknya disimpan ditempat penyimpanan yang kering,sejuk dan cukup sirkulasi udara.

Penyebab Dan Gejala Penyakit Pada Tanaman Karet

Penyebab Dan Gejala Penyakit Pada Tanaman Karet

Tanaman karet merupakan salah satu komoditas perkebunan penting yang memiliki prospek yang cerah untuk di budidayakan. Tanaman karet menghasilkan lateks sebagai bahan baku pembuatan produk sintesis seperti alat-alat kendaraan, alat kesehatan, perkakas dll. Upaya peningkatan produktivitas tanaman karet terus dilakukan. Agar mampu tumbuh dengan baik dan menghasilkan banyak lateks maka perlu memperhatikan syarat tumbuh, lingkungan dan teknik budidaya yang tepat. Namun dalam proses budidaya tanaman karet terkadang ditemui beberapa kendala seperti adanya serangan penyakit yang menyerang tanaman karet sehingga dapat mengganggu proses pertumbuhan karet dan menurunkan produktivitas karet dalam menghasilkan lateks, termasuk karet Lampung yang memiliki luas areal 199.625 ha dengan produktivitas 1.376 kg/ha, masih dibawah produktivitas rata-rata minimal 1500 kg/ha. Penyakit yang  menyerang tanaman karet antara lain: jamur akar putih, kanker garis, gugur daun.

Penyakit Jamur Akar Putih

Penyebab: Jamur Rigidoporus lignosus atau R.icropus

Gejala Serangan:

  • Mati mendadak seperti tersiram air panas pada musim hujan,
  • Terbentuk buah lebih awal pada tanaman muda yang seharusnya belum cukup waktunya berbuah dan bertajuk tipis.
  • Daun berwarna hijau gelap kusam dan keriput, permukaan daun menelungkup.
  • Pada permukaan akar terdapat benang-benang berwarna putih kekuningan menempel pipih menyerupai akar rambut yang menempel kuat dan sulit  dilepas.
  • Gejala lanjut akar membusuk, lunak dan berwarna coklat.
  • Gejala lainnya badan buah berbentuk kipas tebal, agak berkayu, mempunyai zone-zone pertumbuhan, sering mempunyai struktur serat yang radier, mempunyai tepi yang tipis. Warna permukaan atas bakal buah dapat berubah tergantung dari umur dan kandungan airnya. Pada waktu masih muda berwarna jingga jernih sampai merah kecoklatan,dengan zone berwarna gelap yang agak menonjol

Penyakit Bidang Sadap Kanker Garis

Penyebab: Phytophthora palmivora

Gejala Serangan:

  • Adanya selaput tipis berwarna putih kelabu dan tidak begitu jelas menutupi alur sadap, apabila dikerok diatas irisan sadap akan tampak garis-garis tegak, berwarna coklat atau hitam.
  • Garis-garis ini berkembang dan berpadu satu sama lain membentuk jalur hitam yang terlihat seperti retak-retak membujur pada kulit pulihan.
  • Terdapat benjolan-benjolan atau cekungan cekungan pada bekas bidang sadap  lama sehingga sangat mempersulit penyadapan berikutnya.
  • Gejala lanjut lateks yang keluar berwarna coklat dan berbau busuk.

Penyakit Batang; Nekrosisnkulit

Penyebab: Jamur Fusarium solani, berasosiasi dengan Botrydiplodia sp

Gejala serangan:

  • Timbul bercak coklat kehitaman seperti memar pada permukaan kulit dan dapat timbul mulai dari kaki gajah sampai di percabangan.
  • Bercak membesar, bergabung satu sama lain, basah dan akhirnya seluruh kulit batang dan cabang
  • Penyakit berkembang pada lapisan kulit sebelah dalam dan merusak lapisan kambium bahkan sampai ke lapisan kayu.
  • Serangan lanjut kulit pecah dan terjadi pendarahan karena pembuluh lateks Pecah

Penyakit Daun Colletotrichum

Penyakit daun Colletotrichum merupakan penyakit yang baru mendapat perhatian.  Meskipun pada karet Colletotrichum terutama menyerang daun, jamur yang sama juga dapat menyerang semua bagian hijau dari tanaman karet, termasuk buah, dan juga menyebabkan mati ujung pada ranting-ranting yang. Serangan Colletotrichum yang berat pada daun-daun muda yang baru dibentuk setelah tanaman meranggas dapat menyebabkan gugurnya banyak daun muda, yang disebut gugur daun sekunder.

Penyakit Daun Phytophthora

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phytopthora sp. membentuk zoosporangium yang mudah disebarkan angin, yang jika jatuh di tempat yang berair.kecambah yang mengadakan infeksi ke dalam jaringan yang rentan.

Gejala:

  • Daun yang terinfeksi gugur, sementara anak-anak daun masih melekat pada tangkai.
  • Pada tangkai daun terdapat satu bercak atau lebih yang berwarna coklat tua atau hitam dengan bintik putih di tengahnya, yang terdiri dari lateks yang membeku.
  • Umumnya daun-daun yang gugur masih berwarna hijau dan tampak seperti daun sehat, meskipun kadang-kadang warnanya sudah berubah menjadi kuning atau merah.

Penyakit Gugur Daun

Penyebab: jamur Pestalotiopsis sp

Gejala:

  • Adanya bintik cokelat pada daun muda yang berkembang menjadi bercak cokelat tua dan terdapat batas yang jelas antara bagian bercak daun yang masih sehat, daun gugur sebelum waktunya,
  • Daun baru yang terbentuk lebih kecil dari ukuran daun normal,
  • Sebagian ranting mati dan tajuk tanaman meranggas serta berkurang lebih dari 50%,
  • Produksi getah menurun sampai 45%.

Source: Diseminasi Teknologi, Cybex Pertanian

Ramuan Bioyoso

Ramuan Bioyoso

Serangan hama tikus sekarang ini masih menjadi OPT utama dalam budidaya tanaman pangan disamping pengaruh perubahan iklim, telah berbagai cara dilakukan untuk menekan serangan tikus di lahan, diantaranya gropyokan, penggunaan umpan beracun, emposan, maupun penangkaran burung hantu dan belum memberikan hasil yang optimal untuk mengurangi serangan hama tikus di lahan milik para petani.

Terdapat inovasi terbaru yang ditemukan oleh Bapak Yoso Martono Suyadi atau Mbah Yoso dari Desa Tegalsari, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo dalam penanggulangan tikus yang terbuat dari bahan-bahan alami dan mudah didapatkan. Inovasi antisipasi pengendalian tikus ini disebut dengan Bioyoso, nama Bioyoso sendiri diambil dari nama Mbah Yoso. Ramuan Bioyoso ini sudah digunakan oleh Mbah Yoso dalam mengumpan Tikus di lahan miliknya dan lingkungan sekitarnya.

Ramuan Bioyoso ini merupakan pestisida berbahan alami guna mengendalikan hama tikus, caranya adalah ramuan Bioyoso dijadikan umpan sistemik agar dimakan tikus dan kemungkinan tikus akan mengalami kemandulan dan gigi rontok, lalu selanjutnya mati dalam kurun waktu 2 minggu.

Bahan Pembuatan Bioyoso;

  • 1 kg kulit pohon kamboja
  • 1 kg umbi gadung
  • 1 kg bekatul
  • 1 kg ikan segar
  • 10 butir ragi tape
  • ¼ kg beras

Alat Pembuatan Bioyoso;

  • Tumbu
  • Plastik
  • Alas untuk menjemur

Cara Pembuatan Bioyoso;

  1. Rajang kasar kulit kamboja
  2. Potong kecil umbi gadung
  3. Masukkan semua bahan kedalam tumbu
  4. Tumbuk halus semua bahan
  5. Bulat-bulat menjadi kecil ramuan Bioyoso dengan plastik
  6. Jemur sampai kering
  7. Ramuan Bioyoso siap diaplikasikan menggunakan plastik

Pada 22 Juni 2022, Mbah Yoso mendapatkan piagam penghargaan dari menteri pertanian RI Syahrul Yasin Limpo, sebagai stakeholder berinovasi kementerian pertanian dalam kategori pembuat pestisida nabati pemandul dan perontok gigi tikus. Bioyoso merupakan inovasi yang ramah lingkungan dan mendukung Pemerintah Ngawi dalam Program Pertanian Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan.

Tanaman Liar Penyubur Tanah

Tanaman Liar Penyubur Tanah

Tumbuhan liar yang sering kita jumpai ini kaya akan manfaat dalam bidang pertanian. Tanaman Putri Malu (Mimosa Pudica) tanaman asal Amerika Tropis dan tersebar di wilayah Asia. Tanaman ini merupakan tanaman perdu pendek suku polong – polongan, hidup di ketinggian hingga 1.200 meter diatas permukaan laut, Putri Malu memiliki kemampuan gerak seismonasti (tigmonasti), artinya daun tanaman akan menguncup ketika disentuh. Gerakan ini berfungsi untuk melindungi diri dari serangan hewan herbivora (pemakan tumbuhan) disekitarnya. Selain itu, ciri lain tanaman putri malu dikenal dari batangnya yang berwarna merah, dan jika sudah tua batangnya akan berubah warna menjadi warna hijau.

FAKTA MENARIK MENGENAI TANAMAN INI

Jika kita perhatikan tumbuhan putri malu terdapat beberapa fakta menarik. Pertama, putri  malu sangat invasif terhadap tanaman lain dalam suatu ekosistem tempat hidupnya. Artinya, putri malu berkembang sangat cepat melebihi  populasi tanaman lain.

Kedua, putri malu tahan terhadap cekaman abiotik. Hal ini bisa diperhatikan, bahwa tanaman ini lebih tahan terhadap kekurangan air, daunnya pun selalu nampak hijau saat kemarau panjang. Fakta tersebut dapat dimaknai, pasti ada sesuatu yang luar biasa di area perakaran, sehingga mampu memberi daya hidup bagi si pemalu itu.


D:\ngawi tani mandiri\bintil akar.jpg

Jika menilik dari sukunya, tumbuhan putri malu termasuk saudara jauh dari kedelai, kacang tanah dan kacang hijau. Tanaman tersebut memiliki pabrik pupuk berupa bintil-bintil akar. Dalam bintil-bintil akar tersebut bermiliar-miliar konsorsium koloni mikroba bersimbiosis mutualisme  dengan akar putri malu.

MIKROBA DALAM RIZOSFER AKAR PUTRI MALU:

  1. Rhizobium bakteri gram negatif aerob dalam suku Rizhobiaceae  yang bersimbiosis dengan inang tertentu seperti pada tumbuhan  suku leguminosa dan kacang-kacangan.
  2. Bacillus sp adalah jenis bakteri yang “numpang hidup” pada rizosfer akar. Salah satu manfaat bakteri ini adalah kemampuannya untuk melarutkan fosfat dan kalium serta menghasilkan zpt pemacu pertumbuhan tanaman, juga menekan perkembangan mikroba patogen.
  3. Pseudomonas putida adalah salah satu strain Bakteri Pseudomonas sp. yang biasa menghuni rizosfer akar. Pseudomonas putida yang disolasi dari perakaran putri malu mampu menekan serangan penyakit layu bakteri akibat bakteri Ralstonia Solanacearum.  
  4. Actinomycetes adalah bakteri yang dikenal memiliki kemampuan menghasilkan antibiotik terhadap  beberapa  jenis bakteri pathogen tular tanah. Bakteri ini banyak hidup sekitar perakaran tumbuhan berakar serabut, termasuk tumbuhan putri malu. 

Sumber:

Bbpopt.tanamanpangan.pertanian.go.id (2020, 09 Juni). Banyak yang tidak tahu, inilah manfaat putri malu bagi petani. Diakses pada 27 Januari 2023.

Irfanti, D. Y., Marsuni, Y., & Liestiany, E. (2021). Uji Antagonis Bacillus sp. dan Pseudomonas berfluorescens dari Rhizosfer Bambu, Rumput Gajah dan Putri Malu dalam Menekan Bakteri Ralstonia solanacearum. JURNAL PROTEKSI TANAMAN TROPIKA4(1), 292-298.

Nufus, N. H., Wangiyana, W., & Suliartini, N. W. S. (2022). Isolasi Dan Karakterisasi Mikrobia Bintil Akar Putri Malu (Mimosa Pudica) Indigenus Dari Lahan Kering Pringgabaya, Lombok Timur. Gontor AGROTECH Science Journal8(1), 18-27.

Yuliani, Y. (2017). Pemanfaatan Rptt (Rhizobakteri Pemacu Tumbuh Tanaman) Akar Putri Malu Dan Giberelin Untuk Peningkatan Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum Annum L.). AGROSCIENCE6(2), 49-54.

Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) Motivasi untuk Para Petani

Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) Motivasi untuk Para Petani

SLPHT merupakan suatu cara melatih petani untuk memiliki ketrampilan dalam pengendalian hama untuk meningkatkan kualitas dan produksi tanaman dalam bentuk sekolah lapang. Undang-undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman, pasal 20 menetapkan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan sistem perlindungan tanaman yang erat kaitannya dengan usaha pengamanan produksi mulai dari pra-tanam, pertanaman, sampai pasca panen. 

Sekolah Lapang merupakan salah satu kegiatan yang dianggap solutif dalam rangka pengelolaan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pada Tanaman. Dampak pengembangan agribisnis hortikultura tersebut adalah adanya serangan OPT yang menyebabkan kehilangan hasil pada beberapa komoditas hortikultura. Masalah OPT merupakan hal yang sangat kompleks yang terjadi dari interaksi antara komponen-komponen agroekosistem dan campur tangan manusia dalam mengelolanya, sehingga diperlukan suatu konsep untuk mengatasi masalah OPT yang lebih efisien, efektif dan lebih bersahabat dengan lingkungan. Konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan jawaban alternatif yang memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut dalam mengatasi masalah OPT.

Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan adanya kegiatan perlindungan hortikultura pada komoditas yang dianggap potensial untuk dikembangkan. Dan tujuan diadakannya kegiatan SLPHT ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keahlian petani/kelompok tani dalam menganalisa data dan informasi agroekosistem, memasyarakatkan dan melembagakan penerapan PHT dalam pengelolaan usahatani dan meningkatkan pengamanan produksi terhadap gangguan OPT. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah semua organisme yang mempunyai potensi menimbulkan kerusakan ekonomis atau gangguan pada tanaman termasuk didalamnya adalah hama, penyakit, dan gulma. 

Dari kegiatan SLPHT, para petani yang telah mengikuti dan lebih memahami teknik budidaya hingga pengolahan pasca panen. Diantaranya mengasah kemampuan petani dalam mengindetifikasi untuk tanamannya sendiri maupun kelompok, termasuk meningkatkan ketrampilan dalam menanggulangi pengendalian hama dan penyakit.

Mengenal Wereng Batang Cokelat (Nilaparvata lugens) 

Mengenal Wereng Batang Cokelat (Nilaparvata lugens) 

Wereng Batang Cokelat (Nilaparvata lugens) atau disebut juga Wereng Cokelat merupakan salah satu hama tanaman padi yang paling berbahaya dan sulit dibasmi. Bersama beberapa jenis wereng lainnya seperti wereng hijau (Nephotettix spp.) dan wereng punggung putih (Sogatella furcifera), wereng batang cokelat telah banyak merugikan petani padi bahkan mengakibatkan puso dan gagal panen.

Wereng batang cokelat, sebagaimana jenis wereng lainnya, menjadi parasit dengan menghisap cairan tumbuhan sehingga mengakibatkan perkembangan tumbuhan menjadi terganggu bahkan mati. Selain itu, wereng batang cokelat  (Nilaparvata lugens) juga menjadi vektor (organisme penyebar penyakit) bagi penularan sejumlah penyakit tumbuhan yang diakibatkan virus serta menyebabkan tungro.

Ciri ciri tanaman padi yang diserang hama wereng batang cokelat adalah warnanya berubah menjadi kekuningan, pertumbuhan terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Pada serangan yang parah keseluruhan tanaman padi menjadi kering dan mati, perkembangan akar merana dan bagian bawah tanaman yang terserang menjadi terlapisi oleh jamur.

Hama wereng batang cokelat hidup pada pangkal batang padi. Binatang ini mempunyai siklus hidup antara 3-4 minggu yang dimulai dari telur (selama 7-10 hari), Nimfa (8-17 hari) dan Imago (18-28 hari). Saat menjadi nimfa dan imago inilah wereng batang cokelat menghisap cairan dari batang padi.

Wereng menjadi hama padi yang paling berbahaya dan paling sulit dikendalikan apalagi dibasmi. Sulitnya memberantas hama padi ini lantaran wereng batang cokelat mempunyai daya perkembangbiakan yang cepat dan cepat menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.

Tidak jarang, hama wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens) tahan terhadap berbagai insektisida dan pestisida, sehingga sering kali para petani memberikan dosis pestisida yang berlipat ganda bahkan dengan mengoplos beberapa merk pestisida sekaligus. Dan semua usaha pengendalian dan pengobatan dengan menggunakan pestisida itu tidak pernah berhasil tuntas membasmi wereng batang cokelat.

Penggunaan varietas bibit padi yang tahan hama juga tidak dapat bertahan lama dan terus menerus. Sekali dua kali musim tanam memang varietas padi tahan wereng mampu melawan, namun untuk selanjutnya varietas tersebutpun mesti takluk oleh wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens).

Predator-predator yang secara alami menjadi pemangsa dan mengendalikan populasi wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens) antara lain beberapa jenis laba-laba, kumbang, belalang, kepik, hingga capung