Dalam melaksanakan program Kementerian Pertanian yaitu Pengukuran Susut Hasil Komoditi Tanaman Pangan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi bersama perwakilan dari Kementerian Pertanian dan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur melaksanakan Pengukuran Susut Hasil Komoditi Tanaman Pangan di Desa Klampisan, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi (14/7/2022) yang dibantu oleh BPP Kecamatan Geneng dan Petugas Data Tanaman Pangan. Pemilihan Kabupaten Ngawi berdasarkan atas rekomendasi dari Kementerian Pertanian, dikarenakan Kabupaten Ngawi merupakan salah satu lumbung pangan beras di Jawa Timur.
Pelaksanaan pengukuran susut hasil ini dilakukan pada komoditas padi varietas Inpari 32, dengan beberapa metode antara lain:
- Susut akibat perontokan menggunakan Power Thresher Mobile
Pelaksanaan dilakukan dengan perontokan padi yang telah dipanen menggunakan Power Thresher Mobile, susut yang dihitung adalah sisa-sisa gabah yang tercecer di sekitar alat baik di atas terpal maupun karung yang sudah dipersiapkan. Penghitungan susut dilakukan dengan beberapa komponen sebelum dilakukan penimbangan gabah yang tercecer. Perlakuan ini dilakukan sebanyak dua kali ulangan.
- Susut panen dengan menggunakan sabit bergerigi
Pelaksanaan susut panen menggunakan sabit bergerigi dilakukan dengan ubinan terlebih dahulu dengan luasan 2,5 m x 2,5 m, kemudian meletakkan 9 papan berukuran 40 cm x 14 cm di tengah kotak ubinan. Kemudian dilakukan pemanenan dengan memotong batang padi menggunakan sabit dan mengambil ceceran gabah yang terjatuh di atas papan dan jerami yang terjatuh di atas lahan. Kemudian dilakukan penghitungan berat gabah yang tercecer. Perlakuan ini dilakukan sebanyak dua kali ulangan.
- Susut panen dengan Combine Harvester Besar
Pelaksanaan susut panen dilaksanakan dengan menggunakan alat panen Combine Harvester Besar, metode ini dilakukan dengan menjalankan alat seperti halnya panen biasa. Dilakukan peletakkan 9 papan yang dicecer sepanjang lintasan CHB yaitu 40 meter hal ini untuk menampung gabah yang tercecer di bawah lintasan alat, dan pada bagian belakang alat dipasang layar atau terpal untuk menampung kotoran jerami yang keluar dari alat pada saat CHB dijalankan sejauh 5 meter. Metode ini dilakukan sebanyak empat kali ulangan.
Hasil sementara pada kegiatan pengukuran susut panen tersebut didapatkan bahwa gabah yang susut di Kabupaten Ngawi tergolong kecil atau rendah, dengan nilai susut terendah yaitu pada metode dengan menggunakan Combine Harvester Besar. Hal tersebut dikarenakan pemilihan varietas padi yang cocok untuk dilakukan pemanenan menggunakan alat besar, dan juga kemampuan operator alat yang cukup baik. Untuk melakukan perbandingan, diharapkan dapat dilakukan kegiatan susut hasil komoditi di Kabupaten Ngawi pada lokasi dan varietas yang berbeda.