Rembug KTNA dan Agro Expo 2024

Rembug KTNA dan Agro Expo 2024

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi mengikuti kegiatan Rembug KTNA dan Agro Expo 2024 yang berlangsung di kabupaten tabanan.

Kegiatan yang berlangsung sejak tanggal 26 Juli 2024 – 29 Juli 2024, di Tabanan Provinsi Bali, turut dihadiri oleh semua Ketua KTNA Wilayah Provinsi se-Indonesia. Soft Opening  acara ini  dibuka oleh Bupati Tabanan yang diwakili oleh Sekda I Gede Susila pada Jumat, 26 Juli 2024

AGRO EXPO KTNA 2024 akan berlangsung dari tanggal 26 – 29 Juli 2024 menampilkan 87 stand yang terdiri dari perwakilan KTNA dari seluruh provinsi di Indonesia. Selain itu, beberapa perusahaan swasta yang memproduksi teknologi di bidang pertanian juga turut berpartisipasi dalam pameran ini.

Bupati Tabanan dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Sekda I Gede Susila mengungkapkan rasa bangga dan memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas kepercayaan yang diberikan kepada Kabupaten Tabanan sebagai tuan rumah Rembug Utama dan Agro Expo tahun 2024. Ia berharap kegiatan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan para petani tentang inovasi dan teknologi di bidang pertanian sebagai upaya untuk meningkatkan budidaya dan hasil produksi di bidang pertanian dalam arti yang seluas-luasnya.

Grand Opening kegiatan Rembug KTNA dan Agro Expo 2024 dibuka oleh (Pj) Gubernur Bali S. M. Mahendra Jaya bersama Kepala BPPSDMP Kemntan RI, Prof. Ir. Dedi Nursyamsi, M.Agr pada Sabtu, 27 Juli 2024

Menurut Pj. Gubernur, momen ini adalah event luar biasa yang menjadi wahana berkumpulnya pahlawan pangan dari seluruh Indonesia. “Semoga taksu vibrasi Bali bisa memberikan kesuksesan, dan saya menyambut gembira forum pertemuan ini untuk membagi pengalaman serta pengetahuan, membangun kerjasama, dan jejaring antar petani serta nelayan untuk meningkatkan kemandirian,” tukasnya.

Mahendra Jaya menekankan bahwa kemandirian pangan harus menjadi upaya bersama karena kekurangan pangan dapat berdampak luas, seperti memicu inflasi dan masalah sosial lainnya. Bali sebagai kawasan wisata internasional dengan jumlah wisatawan 16 juta orang pada tahun 2023 dan diprediksi 20 juta orang pada tahun 2024, memerlukan ketersediaan pangan yang konsisten,” katanya.

Terlebih lagi, menurut Pj. Gubernur, di tengah realita masifnya alih fungsi lahan, ketersediaan air, dan perubahan iklim yang menjadi tantangan, “Karenanya, untuk mewujudkan swasembada perlu sinergi bersama. Mari bergandengan tangan antara pusat dan daerah untuk membangun negeri dan mengembangkan sektor pertanian,” tandasnya.

Karena itu, Dedi menegaskan bahwa tidak akan ada pangan tanpa pertanian dan tanpa petani serta nelayan. “Petani dan KTNA adalah penyangga pangan negara kita. Pangan tidak boleh bermasalah. Lebih dari 60 negara mengalami krisis pangan saat ini, dan jangan sampai mampir di Indonesia,” katanya.

El Niño dan kemarau tahun lalu, dikatakan Dedi, mengakibatkan curah hujan berkurang. Imbasnya, produksi beras turun signifikan dan untuk kebutuhan konsumsi kurang 1 juta ton tahun lalu. “Saya agak khawatir tahun 2024 ini, di mana BPS dalam rilisnya mengatakan produksi turun 17 persen dibandingkan tahun lalu. Kalau defisit beras berlanjut, ini berbahaya. Pangan tidak boleh bermasalah. Solusi impor? Negara lain juga menahan untuk warga sendiri,” katanya. “Tidak ada yang tahu krisis pangan sampai kapan. Punya uang belum tentu dapat beras. Mau tidak mau kita harus swasembada, genjot produksi kita sampai mencukupi konsumsi dan cadangan beras kita. Swasembada bisa tercapai bila petani kita semua turun ke sawah,” tandasnya lagi.

Acara Rembug dan AGRO EXPO ini merupakan rangkaian ulang tahun KTNA ke-53 yang menggandeng Kementerian Pertanian, Pemprov Bali, dan Pemkab Tabanan. Gelaran rembuk diadakan pada 26-29 Juli dengan kegiatan temu wicara dan studi banding teknologi mutakhir dunia pertanian sebagai agenda utama, serta pameran mesin, bibit unggul, pupuk, sarana, dan hasil pertanian. Acara ini diikuti oleh 85 stand pertanian dan 30 stand UMKM dengan total peserta yang hadir sebanyak 3.124 orang dari seluruh Indonesia.

Festival Dewi Sri dan Panen Raya Padi Serentak bersama Bupati Ngawi

Festival Dewi Sri dan Panen Raya Padi Serentak bersama Bupati Ngawi

Dalam rangka memperingati Hari Jadi Kabupaten Ngawi ke-666, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi mengadakan Festival Dewi Sri dan Panen Raya Padi Serentak bersama Bupati Ngawi di Desa Purwosari Kecamatan Kwadungan. Sebagai salah satu kabupaten dengan produktivitas tertinggi nasional, Kabupaten Ngawi terus meningkatkan target produksi melalui program Pertanian Ramah Lingkungan Berkelanjutan (PRLB).

Panen raya sekaligus festival Dewi Sri turut dihadiri Dirjen Tanaman Pangan beserta jajarannya. Dalam kegiatan ini sekaligus disampaikan untuk meningkatkan Program PRLB dengan memaksimalkan bahan sederhana sehingga dapat meningkatkan kemandirian kesejahteraan petani melalui pengembangan kreativitas dan inovasi pertanian dengan memanfaatkan Lumbung MOL yang sudah terfasilitasi 1 lumbung MOL/desa.

Festival Dewi Sri dan Panen Raya Padi juga menjadi ajang apresiasi kepada petani selaku pelaku utama di bidang pertanian. Apresiasi melalui pemberian penghargaan diserahkan secara langsung oleh DIrjen Tanaman Pangan dan Bupati Ngawi kepada para petani penerima penghargaan dan PPL teladan yang telah terpilih melalui beberapa indikator.

Pada akhir kegiatan, Dirjen Tanaman Pangan menyampaikan kepada petani untuk menerapkan pengendalian hama tikus dengan memanfaatkan musuh alami yaitu Tyto Alba atau burung hantu dan diharapkan dapat membangun rumah burung hantu pada setiap lahan persawahan.

Pelatihan Penyuluh Pertanian Swadaya

Pelatihan Penyuluh Pertanian Swadaya

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi melalaui Bidang Penyuluhan melaksanakan kegiatan Pelatihan penyuluh pertanian swadaya yang dilaksanakan selama dua hari, tanggal 3-4 Juli 2024. Bertempat di Aula Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi ,Pelatihan diikuti Penyuluh swadaya Se-Kabupaten Ngawi.
Pelatihan penyuluh pertanian swadaya dibuka oleh Ibu Ir. Eka Sri Rahayu, M. Si, selaku Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan apresiasi atas antusiasme para peserta dan menekankan pentingnya peran penyuluh swadaya dalam mendukung program-program pembangunan pertanian di daerah.
Selama dua hari pelatihan, para peserta mendapatkan materi tentang berbagai topik terkait Pertanian Organik, Kelembagaan Ekonomi Petani, Smart Farming, dan Pengenalan P4S Materi disampaikan oleh narasumber yang kompeten selaku praktisi pertanian.


Penyuluh pertanian swadaya yang notabene adalah petani mempunyai beberapa kelebihan antara lain berada ditengah tengah petani baik siang maupun malam sehingga mudah dijumpai sepanjang waktu. Sudah banyak makan asam garam, artinya sudah banyak pengalaman dalam bertani maupun berusahatani.
Seperti halnya petani, penyuluh pertanian swadaya juga mempunyai beberapa macam usahatani baik perkebunan, pertanian tanaman pangan, sayuran, peternakan, tanaman hutan maupun perikanan sehingga satu penyuluh pertanian swadaya mempunyai banyak keahlian. Kesamaan dalam hal bahasa dan sosial budaya ditengah masyarakat, penyuluh yang satu ini lebih akrab dengan sesamanya sehingga misi yang dibawakan mudah untuk diterima petani binaannya.
Penyuluhan pertanian swadaya memiliki potensi besar untuk memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan inklusif. Dengan memanfaatkan pengetahuan lokal, keterampilan, dan sumber daya komunitas, penyuluhan ini dapat menjadi kekuatan penting dalam memajukan kesejahteraan petani dan mengurangi ketimpangan di pedesaan.

Kunjungan Studi Tiru Pengembangan Burung Hantu

Kunjungan Studi Tiru Pengembangan Burung Hantu

Pada hari Rabu tanggal 03 Juli 2024 Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi dipimpin oleh Supardi, S.E., M.Si. selaku Kepala Dinas bersama dengan jajarannya melakukan kunjungan studi tiru pengembangan burung hantu di Desa Tlogoweru, Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak. Tujuan dilakukannya studi tiru ini untuk mencari salah satu solusi dari permasalahan tikus yang ada di Kabupaten Ngawi.

Kunjungan ini dilakukan di rumah bapak Tejo selaku pemberdaya burung hantu dan Karantina Tyto alba. Pembahasan dari obrolan tersebut menjelaskan Program Tyto alba di Desa Tlogoweru merupakan salah satu upaya Pemerintah Desa Tlogoweru dalam memberdayakan masyarakat yang belum mampu mengatasi masalah gagal panen akibat hama tikus yang sangat sulit dikendalikan. Tyto alba memiliki kemampuan berburu sangat tinggi dengan memangsa tikus hingga tiga ekor per hari. Selain itu daya penglihatannya juga tajam hingga 500 meter. Pak Tejo menjelaskan upaya untuk mengembangkan burung hantu adalah dengan cara membuat rubuha (rumah burung hantu) dari cor beton atau kayu dengan jarak sekitar 100 m per 1 rubuha  ketinggian ± 3 – 3,5 m dan dibuat senyaman mungkin dengan memperhatikan gelap terangnya warna serta sirkulasi udara.

Cara ini efektif karena tidak menghabiskan tenaga dan biaya besar serta aman terhadap lingkungan serta mudah diterapkan di masyarakat. Langkah kedua yang perlu dilakukan untuk mendukung pengembangan burung hantu adalah dengan membuatkan Peraturan Desa tentang pelarangan memburu burung hantu disertai dengan ketentuan pidana bagi yang melanggarnya serta perlu dibuatkan peraturan desa tentang larangan menggunakan jebakan listrik untuk menangani hama tikus. Langkah yang ketiga yaitu dengan merangkul masyarakat agar bersama-sama mendukung program pengembangan burung hantu baik melalui penyuluhan ataupun sosialisasi.

Dalam kunjungan tersebut Pak Tejo menekankan kunci keberhasilan Pengembangan Burung Hantu di setiap daerah adalah menyiapkan rumahnya burung hantu yaitu rubuha dan keamanannya burung hantu yaitu Perdes tentang pelarangan pemburuan burung hantu dengan dilakukannya kunjungan tersebut diharapkan upaya penanganan hama tikus dengan menggunakan burung hantu dapat terlaksana dengan baik dan tidak memakan korban jiwa lagi.