Tanaman tebu merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis dan kebutuhan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Produktivitas tebu nasional sebesar 5.367 kilogram (kg)/ha pada 2021. Lampung berada di posisi kedua dengan produksi tebu mencapai 771,4 ribu ton.  Salah satu kendala untuk meningkatkan produksi yaitu serangan hama. Kerugian yang disebabkan oleh hama dan penyakit yang cukup tinggi menyakibatkan penurunan produksi gula sekitar 10%. Bahkan serangan hama penggerek pucuk pada umur 5 bulan sebelum tebang dapat menurunkan produksi gula 52-73%.

Hama-hama utama Tanaman Tebu, antara lain :           

  1. Uret

Gejala : 

Uret yang banyak dijumpai jenis Lepidiota stigma.  Tanaman yang terserang uret akan layu, daun menguning kemudian menjadi kering. Bagian pangkal batang tanaman terdapat luka atau kerusakan bekas digerek dan akar-akarnya dimakan uret.  Serangan berat menyebabkan tanaman mudah roboh dan mudah dicabut.  Kerusakan akar terutama disebabkan oleh uret instar 3.  Apabila dijumpai 3 ekor uret per rumpun makin besar kerusakannya. Populasi 3-4 ekor per rumpun dinilai secara ekonomi merugikan.

Biologi :

  1. Telur : Diletakkan dalam tanah yang cukup lembab dengan kedalaman bervariasi dari 5 cm sampai 30 cm. Telur menetas setelah berumur 1 sampai 2 minggu (di laboratorium 12-13 hari).
  2. Larva : Uret instar satu memakan sisa-sisa tanaman yang mati atau akar-akar tanaman di sekitarnya, selanjutnya memasuki instar kedua makan perakaran tanaman yang hidup. Uret L. stigma berkembang dalam empat instar dimana instar yang paling ganas dan merugikan adalah instar tiga. Uret dapat mencapai panjang 4 cm dan masa perkembangnya membutuhkan waktu 380 hari. Serangan L. stigma pada tanaman tebu terberat terjadi pada bulan Februari sampai dengan Juni dan kerusakan terparah banyak terjadi disekitar tempat hinggapnya kumbang.
  3. Pupa : Telur dan larva (uret) berada dalam tanah sampai menjadi fase kepompong (sekitar 6-9 bulan).
  4. Dewasa : Kumbang meletakkan telurnya di tempat tertentu sesuai dengan jenis inang atau habitat inangnya.

Pengendaliannya:

  • Belum diperoleh varietas tebu yang toleran terhadap hama uret, namun diinformasikan varietas tahan misalnya BZ 109 (M 134-32) pernah berhasil dicoba di Mauritus
  • Manipulasi waktu tanam dan tebang, pengolahan tanah secara intensif diikuti pekerja untuk mengambil uret secara manual dan memusnahkannya
  • Pengumpulan serangga dewasa saat penerbangan kumbang di awal musim hujan bulan November-Desember.

 b.  Penggerek Pucuk

Gejala :

Serangan dapat dimulai dari tunas umur 2 minggu hingga tanaman dewasa.  Hama menyerang tebu melalui tulang daun pupus dengan membuat lorong gerekan menuju ke bagian tengah pucuk tanaman sampai ruas muda, merusak titik tumbuh dan akhirnya tanaman mati.

Biologi :

Telur diletakkan secara berkelompok di bawah permukaan daun dan ditutupi bulu-bulu berwarna coklat kekuningan, panjang kelompok telur sekitar 22 mm. Setelah menetas, larva bergerak untuk menggerek dan menembus daun muda yang masih belum membuka menuju ke tulang daun untuk membuat lorong gerekan ke titik tumbuh.  Ulat muda berwarna putih dan ulat dewasa berwarna putih kekuningan,  panjangnya sekitar 30 mm.  Pupa berada di dalam lubang gerekan, berwarna kuning pucat,  panjang sekitar 20 mm.  Ngengat berwarna putih, panjang sekitar 20 mm. Ngengat betina memiliki seberkas rambut merah orange di ujung abdomen.

Pengendaliannya :

  1. Menggunakan benih bebas penggerek
  2. Menggunakan varietas tahan penggerek contihnya PSJT 941, PS 851, PS 891, PS 921, dan PSBM 88-144
  3. Menerapkan rogesan yaitu pemotongan sedikit demi sedikit (3 cm) tanaman dari pucuk ke bawah, dimulai tanaman tebu berumur 2 bulan dan diakhiri sampai tanaman tebu umur 6 bulan.  Rogesan dapat menyelamatkan produksi gula 580 kg/ha.
  4. Pengendalian hayati dengan pelepasan parasitoid telur trichogramma.

2.  Kutu Bulu Putih

Gejala :

Kutu menyerang helaian daun bagian bawah dengan membentuk koloni berwarna putih di kanan dan kiri ibu tulang daun.  Helaian daun permukaan atas tertutup lapisan jamur seperti jelaga. Pada serangat berat, daun menjadi kuning dan mengering,biasanya terjadi pada awal atau akhir musim hujan.   Serangan kutu putih dapat menurunkan produktivitas hingga 2,6 ton/ha dan rendemen menurun dari 12% menjadi 8%.

Biologi :

Nimfa muda dan dewasa, baik  bersayap maupun tidak bersayap, dapat dijumpai pada helai daun yang sama.  Perkembangan nimfa bergantung pada suhu.   Lama hidup nimfa tidak bersayap 23-32 hari, sedangkan yang bersayap antara 32-40 hari.  Rata-rata reproduksi di Laboratorium 3-5 ekor per hari dan satu individu dewasa selama hidup dapat menghasilkan keturunan 41-56 ekor.

Pengendaliannya :

  1. Pengendalian Mekanis pada awal serangan pada saat populasi masih sedikit,
  2. Mengulas daun yang terserang dengan kain basah atau tanah,
  3. Memotong daun yang terserang kemudian dikumpulkan dan dimusnahkan,
  4. Menggunakan varietas yang mudah dikelupas daunnya ,misalnya PS 881.

 d.  Penggerek Batang.  

Gejala :

Serangan biasanya dijumpai pada tanaman tebu berumur 5 bulan atau lebih, berupa bercak-bercak transparan berbentuk bulat oval di daun.   Ulat masuk melalui pelepah dan batang tanaman tebu, kadang menyebabkan tanaman mati puser. Lubang gerekan di dalam batang berbentuk lurus, sedangkan lubang keluar batang bentuknya bulat.  Gerekan kadang mengenai mata tunas.  Serangan ruas 20% menyebabkan penurunan hasil  gula sekurang-kurangnya 10%.

Biologi :

Telur diletakkan secara berkelompok di bawah permukaan daun,panjang sekitar 20 mm, bentuk lonjong,  berwarna putih kelabu.  Setelah menetas,  larva bergerak lewat  pelepah dan batang tebu.   Larva berwarna putih kekuningan dengan panjang sekitar 25 mm. Pupa diletakkan di dalam lubang gerekan,  berwarna kuning pucat,panjang sekitar 15 mm.  Stadia pupa berlangsung 8-12 hari. Ngengat berukuran sekitar 15 mm, warna sayap depan cokelat terang sampai coklat kusam.  Ngengat jantan memiliki sayap belakang putih cokelat dan untuk betinanya berwarna putih sutera.  Satu betina mampu bertelur 60-70 butir.

Pengendaliannya :

  1. Menggunakan benih bebas penggerek
  2. Menggunakan varietas tahan penggerek contohnya PSJT 941, PS 851, PS 891, PS 921, dan PSBM 88-144
  3. Pengendalian hayati dengan parasit lalat Jatiroto 30 pasang/ha dan parasitoid telur Trichogramma 50 pias @2.000 ekor/minggu pada tanaman tebu berumur   1-4 bulan.

Sumber : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, Kementerian Pertanian