Serangan hama tikus sekarang ini masih menjadi OPT utama dalam budidaya tanaman pangan disamping pengaruh perubahan iklim, telah berbagai cara dilakukan untuk menekan serangan tikus di lahan, diantaranya gropyokan, penggunaan umpan beracun, emposan, maupun penangkaran burung hantu dan belum memberikan hasil yang optimal untuk mengurangi serangan hama tikus di lahan milik para petani.
Terdapat inovasi terbaru yang ditemukan oleh Bapak Yoso Martono Suyadi atau Mbah Yoso dari Desa Tegalsari, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo dalam penanggulangan tikus yang terbuat dari bahan-bahan alami dan mudah didapatkan. Inovasi antisipasi pengendalian tikus ini disebut dengan Bioyoso, nama Bioyoso sendiri diambil dari nama Mbah Yoso. Ramuan Bioyoso ini sudah digunakan oleh Mbah Yoso dalam mengumpan Tikus di lahan miliknya dan lingkungan sekitarnya.
Ramuan Bioyoso ini merupakan pestisida berbahan alami guna mengendalikan hama tikus, caranya adalah ramuan Bioyoso dijadikan umpan sistemik agar dimakan tikus dan kemungkinan tikus akan mengalami kemandulan dan gigi rontok, lalu selanjutnya mati dalam kurun waktu 2 minggu.
Bahan Pembuatan Bioyoso;
- 1 kg kulit pohon kamboja
- 1 kg umbi gadung
- 1 kg bekatul
- 1 kg ikan segar
- 10 butir ragi tape
- ¼ kg beras
Alat Pembuatan Bioyoso;
- Tumbu
- Plastik
- Alas untuk menjemur
Cara Pembuatan Bioyoso;
- Rajang kasar kulit kamboja
- Potong kecil umbi gadung
- Masukkan semua bahan kedalam tumbu
- Tumbuk halus semua bahan
- Bulat-bulat menjadi kecil ramuan Bioyoso dengan plastik
- Jemur sampai kering
- Ramuan Bioyoso siap diaplikasikan menggunakan plastik
Pada 22 Juni 2022, Mbah Yoso mendapatkan piagam penghargaan dari menteri pertanian RI Syahrul Yasin Limpo, sebagai stakeholder berinovasi kementerian pertanian dalam kategori pembuat pestisida nabati pemandul dan perontok gigi tikus. Bioyoso merupakan inovasi yang ramah lingkungan dan mendukung Pemerintah Ngawi dalam Program Pertanian Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan.